Home / Romansa / Pesona Bos Galak / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pesona Bos Galak: Chapter 91 - Chapter 100

137 Chapters

91. Bukan Orang Yang Tepat

Belum sempat Gyan menemui Resta, dua orang pria dengan pakaian serba hitam menghampirinya. Dua pria itu bahkan mengenakan kacamata hitam saat malam begini. Selama beberapa saat keduanya terlihat memberitahu sesuatu kepada Gyan. Dan tidak lama dari itu seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Gyan mengikuti kedua langkah orang itu. Dia mengurungkan niatnya menemui Resta dan dibawa menjauhi area pesta. Langkahnya menuju bangunan utama yang bisa Gyan prediksi kediaman keluarga Wiratama. Gyan terus mengikuti dua orang itu hingga sampai di ruang keluarga rumah mewah tersebut. Di sofa panjang dengan hamparan mantel kulit macan, netra birunya menangkap sosok Surya Wiratama yang sedang menyesap sebuah cerutu. "Selamat malam, Pak Surya," sapa Gyan tersenyum tipis. "Selamat malam, Putra Daniel," sambut Surya. Dia menyerahkan cerutunya kepada salah seorang yang mengantar Gyan ke rumah ini tasi sebelum berdiri dan mempersilakan Gyan duduk dengan ramah. "Terima kasih karena sudah datang ke pesta
Read more

92. Ottoke? (warning 18+)

Resta menggigit bibir kuat-kuat. Tubuhnya menggigil padahal Gyan sengaja mematikan AC mobil. Selama perjalanan menuju apartemen sebelah tangan Gyan bahkan terus menggenggam tangannya. Tidak ada efek apa pun di tubuh Resta kecuali hatinya yang menghangat. Pria itu masih peduli padanya. Resta pikir selama beberapa hari ini Gyan benar-benar marah. Demi apa pun dia ingin berbaikan dengan lelaki itu, tapi jarak yang Gyan pasang membuat nyalinya menciut untuk mendekat. Sesampainya di unit, Gyan menggiring Resta ke kamarnya. "Duduk. Akan kusiapkan air hangat." "Enggak us—" Punggung Gyan sudah lebih dulu masuk kamar mandi tidak peduli ucapan Resta. Kembali Resta menggigit bibir, dia mengeratkan blazer yang menyampir di tubuhnya, dan memutuskan menurut saja. Namun setelah beberapa saat menunggu, tanpa alasan yang jelas Resta merasa gelisah. Dia beranjak berdiri, menatap pintu kamar mandi sejenak, sebelum memutuskan menyusul Gyan masuk ke sana. Kran air di bathtub menyala. Sementara itu Gya
Read more

93. Teror

+6283456xxx : [ Dasar cewek murahan, pecun tengik, gundik pelakor, gold digger! Mati saja sana!] Resta menelan ludah ketika lagi-lagi dia mendapat pesan yang isinya kata-kata hujatan tak bermoral. Sejak beberapa hari lalu nomor-nomor asing terus bermunculan dengan isi pesan serupa. Lebih parah ada yang sengaja telepon tapi keluarnya suara ambulan kalau enggak suara tangisan. Dan gara-gara itu hidup Resta menjadi tak tenang. Namun sampai detik ini dia belum memberitahu Gyan perihal teror yang menimpanya. Meski Resta bisa menebak dalang dibalik pesan-pesan kaleng itu, tapi tidak mungkin dia asal menuduh. Sejak kejadian malam itu, Amanda tidak pernah mengganggunya lagi. Biasanya wanita itu akan terus menghubunginya meminta Resta mengosongkan waktu Gyan. Tapi sebagai gantinya Resta mendapat teror terus-terusan. "Mau gofood atau masak?" tanya Gyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Resta yang masih memelototi layar ponsel mendongak. "Gofood aja. Kamu mau pesan apa?" Dia kembali me
Read more

94. Clear

Delotta tersenyum melihat muka kecut suaminya. Dia lantas mengambil cangkir teh dan mengangsurkannya pada pria tua itu. "Minum dulu. Mungkin itu bisa bikin hati kamu membaik." Daniel menghela napas sebelum melirik cangkir teh dan senyum istrinya. "Thank you, Baby," katanya seraya menerima cangkir itu. Sebentar dirinya menyeruput isi cangkir itu mengabaikan empat pasang mata yang tengah memperhatikannya. Dia menyerahkan cangkir itu kembali kepada Delotta setelah merasa cukup. "I'm sorry, Son," ujarnya lagi yang kali ditujukan kepada Gyan. Bersama Resta, Gyan mengunjungi rumah orang tuanya itu. Meskipun awalnya Resta masih saja enggan. "Papi aku nggak mau loh dijodohin-jodohin kayak Mas Gyan." Ola ikut berkomentar. "Apalagi kalau dijodohin sama orang redflag begitu." Mendengar itu Daniel makin merasa bersalah. "Percayalah, Nak. Tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya." "Makanya papi jangan terlalu silau dong sama harta. Liat ada peluang sedikit buat ngembangin aset ma
Read more

95. I Love You So Bad

"Bisa-bisanya gue nggak tau kalau kalian punya hubungan."Sella memegangi kepala seperti orang frustrasi. Sementara Resta di depannya tampak serba salah. Pasalnya Sella menolak penjelasan apa pun darinya. "Gue udah curiga waktu pintu ruangan si bos dikunci dan lo ada di dalam sana. Lo sama si bos... Astaga, Res. Lo waras nggak sih?" "Sell...." Sella mengangkat tangannya cepat. Menyuruh Resta diam. "Asal lo tau ya, gosip lo jalan sama si bos santer terdengar, tapi bisa-bisanya gue bantah mati-matian kalau hubungan kalian ini profesional. Ngapain coba gue?!" Resta hendak membuka mulut, tapi kata-kata Sella kembali meluncur. "Dan si Joana. Dia pasti tau kan? Tapi dia diam aja kayak orang bego, malah gue yang capek-capek klarifikasi tentang kalian. Astaga, Resta. Gue kesel banget sekarang tau nggak?!" "Gue minta maaf, Sell. Gue nggak bermaksud nyembunyiin ini dari lo." Akhirnya permintaan maaf itu berhasil Resta utarakan. Tapi—"Nggak bisa! Gue nggak mau maafin lo. Gue merasa tertip
Read more

96. Proposal

Resta mengeratkan lingkaran lengannya pada lengan Gyan. Ini pertama kalinya dia datang ke Pisa, Italy. Tempat yang benar-benar asing. Dia tidak boleh jauh-jauh dari Gyan kalau tidak mau tersesat. Saat tiba di bandara Pisa, hari masih pagi. Matahari di kota ini lebih lambat sekitar lima jam dari Indonesia. Resta sudah lumayan kenyang tidur di pesawat lantaran sepanjang perjalanan dia terus melewati malam. "Kita akan ke mana?" tanya Resta sambil melihat sekeliling yang terasa asing. "La Spezia." Bukan Roma, Milan, Genoa atau kota-kota besar lainnya yang familiar, nama La Spezia masih terdengar asing bagi Resta. "Itu tempat bagus?" "Bagus. Papi pernah mengajakku ke sana lima tahun lalu. Semoga tempatnya masih sebagus dulu." Rasanya Resta ingin berkata ke mana pun pria itu pergi dia ikut saja. Dia benar-benar buta arah. Yang dia paham setelah keluar dari bandara yang berisi muka-muka khas Eropa, Gyan membawanya menaiki sebuah taksi berwarna putih. Hanya sekitar sepuluh menit mereka m
Read more

97. Langit Malam Cinque Terre

Malamnya Resta menangis karena kakinya pegal-pegal parah. Tangannya tak berhenti menekan betis dan telapak kakinya. Kalau bisa dilepas, dia ingin melepas kakinya sejenak. Gara-gara itu pun dia menolak makan malam di tempat yang Gyan incar. Herannya, saat Gyan menyarankan wanita itu pergi ke spa, Resta menolak. Resta sedang menekan-nekan betis ketika Gyan muncul membawa sebuah baki. Baki berisi air yang lelaki itu letakkan tepat di bawah Resta. "Apa itu? Air jampi-jampi?" Detik berikutnya Resta terpekik lantaran Gyan menyentil dahinya. Diusapnya bekas sentilan Gyan yang terasa sakit sambil manyun. "Rendam kakimu di sini," perintah Gyan. "Ini air garam. Kakimu akan lebih enakan setelah direndam air garam hangat." Resta tahu mitos itu. Eh, bukan mitos ya. Faktanya hal seperti ini biasanya menjadi step pertama saat melakukan spa. Resta menuruti perintah Gyan. Setelah menurunkan kaki ke dalam baki, dia memposisikan diri bersandar di sofa dengan mata terpejam. Namun belum ada satu meni
Read more

98. Nyeri Haid

98Cuti lima hari seperti berlalu begitu saja. Tahu-tahu Resta dan Gyan sudah disibukan kembali dengan urusan pekerjaan yang makin rumit. Pagi ini saja ketika dirinya baru sampai kantor, Daniel sudah melobinya untuk ikut rapat. Siang nanti dirinya juga harus menemui klien yang sudah di-follow up orang kepercayaan Daniel. Belum lagi masalah di divisi keuangan. Meski ada wakil, Gyan harus tetap mengecek keadaan. Kesibukkan Gyan sama artinya dengan kesibukkan Resta. Mereka satu paket. Di mana ada Gyan, maka di situ ada Resta. Namun tidak seperti dulu saat mereka tidak terlibat hubungan asmara, pekerjaan Resta saat ini menjadi lebih manusiawi. Di waktu-waktu tertentu Gyan tidak segan menyuruhnya untuk istirahat. Pria itu juga jauh lebih peka, terutama di masa-masa sulit jika periode menstruasi Resta datang. Seperti sekarang. Gyan kekeh menyuruhnya diam ketika tahu Resta mendapat haid pertamanya. Padahal di meja kerja pria itu segunung kerjaan melambai-lambai. "Ini belum terlalu sakit b
Read more

99. Makan Siang PHP

Resta dikejutkan dengan wajah Gyan yang begitu dekat dengan wajahnya ketika dia membuka mata. Seingat Resta pria itu pulang setelah memberinya obat, tapi kenapa tiba-tiba ada di sampingnya sekarang? Kapan pria itu datang lagi dan menyusup ke bawah selimutnya? Gyan tertidur begitu pulas. Bahkan suara alarm dari ponsel Resta tidak mampu mengusik lelapnya. Membiarkan pria itu tetap tidur, Resta pun bangkit. Kantong kemihnya minta dikosongkan segera. Resta melangkah ke kamar mandi sembari membungkuk menahan nyeri. Menstruasi membuat bawah perutnya ikut berkontraksi. Dia sempatkan menggosok gigi dan cuci muka sebelum keluar dari kamar mandi. Lantas kembali mendekati tempat tidur. Baru juga dirinya merebah sambil berniat mengecek ponsel, lengan besar Gyan terulur dan memeluknya. Kepala pria itu mendusel mencari posisi nyaman. "Gy, kamu nggak ngantor?" tanya Resta. Biasanya jam segini Gyan sudah sibuk di kamar mandi. "Males," jawab Gyan sekenanya masih dengan mata terkatup rapat. "Kerja
Read more

100. Aku Mau Kamu di Sini

Berita tentang kandasnya pertunangan May dan produser itu tengah gencar ditayangkan di beberapa stasiun TV swasta. Siang ini pun sama, berita gosip kembali memutar kabar itu ketika Gyan dan Resta tengah bersantap siang. Resta sengaja tidak memindah channel TV untuk mengetahui reaksi Gyan tentang berita itu. Namun, Gyan terlihat tidak terusik sama sekali. Pria itu malah makan dengan tenang tanpa peduli tentang berita heboh itu. "Kasihan," gumam Resta, seraya melirik Gyan dengan ujung matanya. Dia penasaran dengan sikap kekasihnya yang tampak biasa saja. "Gy!" sentak Resta gemas. "Apa, Sayang?" Daripada tayangan TV, pria itu malah sibuk makan sembari scroll layar ponsel. "Itu mantan kamu putus gara-gara mengalami kekerasan. Kamu nggak iba?" "Iba kok.""Terus kenapa diam aja?" Gyan menjeda kegiatan makan lalu menatap Resta sepenuhnya. "Terus aku kudu ngapain, Sayang?" "Seenggaknya tunjukin kek empati kamu. Dia mantan kamu loh, Gy." Perempuan ini kadang sulit ditebak. Nanti giliran
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status