Beranda / Romansa / Pesona Bos Galak / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Pesona Bos Galak: Bab 81 - Bab 90

137 Bab

81. Cap Bibir

"Weekend boleh izin nggak kerja?" tanya Resta sembari memainkan dasi Gyan. Saat ini dirinya sedang ada di pangkuan pria itu. Sedikit bermanja di jam kantor yang tidak terlalu sibuk. "Mau ke mana?" tanya Gyan dengan suara agak serak. Tahukah wanita itu dia sedang menahan untuk tidak menerkamnya? "Orang tua Joana mau anniversary pernikahan. Joana minta aku menemaninya beli sesuatu. Kado." Gyan mengangguk-angguk. Dikecupnya bibir Resta singkat. "Boleh. Mau aku temani?" Kepala Resta menggeleng agresif. "Nggak usah. Aku mau nginep di rumahnya." "Mau aku anterin?" "Nggak usah juga. Kan Joana bawa mobil." "Hm, kalau nggak ada kamu aku ke mana ya?" tanya Gyan dengan mata sendunya yang terus memperhatikan wanita itu. "Bukannya kamu mau dimasakin Miss Amanda weekend ini?" sindir Resta seraya melempar pandang ke arah lain. Sudut bibirnya berkedut, menunjukkan tampang tak suka. Pria yang menahan bobot tubuhnya itu terkekeh. "Kamu anggap serius ucapan dia?" "Ciye yang mau dimasakin makana
Baca selengkapnya

82. Kabar

Sudah dari satu jam lalu telepon Resta berakhir. Wanita itu bilang sudah bersama Joana dan akan pulang besok siang. Weekend tanpa Resta itu membosankan. Tidak ada pekerjaan urgent di kantor juga yang mengharuskan Gyan berangkat. Jadi, pagi ini setelah jogging dan sarapan sedikit, dia melanjutkan kegiatan berenang. Gyan melakukan beberapa kali putaran sebelum bergerak keluar dari kolam renang apartemennya. Tidak ada siapa pun selain dirinya. Padahal biasanya penghuni apartemen banyak menghabiskan waktu weekend di sini. Gyan menyambar handuk kering dan memutuskan mengakhiri kegiatan berenang ketika mendapat pesan dari Daniel. Pria tua itu memintanya makan siang di rumah. Sebenarnya Gyan masih malas bertemu papinya, tapi kemudian voice note dari Ola membuatnya berubah pikiran. Tepat ketika dia bergerak menuju lift hendak kembali ke unit, ponselnya berdering menampilkan nomor Marsel. Malas-malasan pria bermata biru itu mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa?" tanya Gyan tanpa basa-b
Baca selengkapnya

83. Kak Aaron

Kehadiran Resta disambut hangat oleh keluarga Joana seperti biasa. Wanita itu bahkan sudah dianggap anak sendiri oleh Alfa dan Syilla, orang tua Joana. Di masa perkuliahan, Resta banyak membantu Joana, pun sebaliknya. Tidak heran keduanya bisa lengket satu sama lain. Seperti tak terpisahkan. Bahkan urusan mencari kerja pun mereka bersama. Padahal jika dipikir-pikir Joana tidak perlu repot atau pusing mencari kerja lantaran kedua orang tuanya pengusaha. Dia bebas memilih jabatan di perusahaan orang tua mereka. Namun, wanita itu kekeh memilih mengikuti jejak kakaknya untuk mencari pengalaman di luar perusahaan keluarga."Happy anniversary, Tante, Om," ucap Resta yang langsung dihujani ucapan terima kasih oleh sepasang suami istri di depannya. "Kalian nginep kan nanti?" tanya Syilla, mamanya Joana. Wanita yang selalu menempel dengan suaminya itu. "Rencananya sih gitu, Ma," sahut Joana. "Kak Aaron belum sampai?" Syilla mengangkat bahu. Wajahnya berubah masam. "Nggak tau deh, Jo. Kakak
Baca selengkapnya

84. Menyusul

Saat memasuki restoran hotel yang masih milik keluarga Joana, Resta mengernyit heran. Wanita itu sedikit menarik lengan Joana untuk sekedar mengonfirmasi bahwa ini cuma perayaan keluarga. Karena yang Resta lihat sekarang malah banyaknya orang yang memberi selamat pada orang tua Joana. "Lo bilang ini cuma makan malam keluarga," bisik Resta bingung. Keluarga yang ada di pikiran Resta itu hanya terdiri dari Om Alfa, Tante Syilla, Kak Aaron, Joana, dan dirinya yang merupakan orang luar. Ya, dia pikir hanya mereka berlima saja yang akan makan malam bersama. Joana terkekeh. "Iya itu memang keluarga gue semua. Para Om dan Tante gue, sepupu-sepupu gue dan jelas eyang sama kakung gue."Resta tak habis pikir lagi dan cuma bisa mengurut pangkal hidungnya sendiri. Saat Joana menarik tangannya dan membawanya duduk di salah satu meja bundar bergabung sama Aaron, dia menurut saja. "Ada apa?" tanya Aaron, yang duduk di sebelahnya melihat wajah kaku Resta. Joana sendiri malah pergi ke meja lain tem
Baca selengkapnya

85. Tantrum

Tarikan napas Resta terdengar panjang. Ini masih weekend tapi dia harus menghadapi ketantruman Gyan yang tidak beralasan. Cemburunya agak keterlaluan. Bukan hanya cemburu, lelaki itu juga tidak segan menuduh. Padahal yang Aaron lakukan belum ada apa-apanya dibanding si Amanda itu. "Dia kakaknya Joana, Gy." Resta membuang napas lelah. Duduk di pojokan sofa seperti terpidana. Sementara Gyan berdiri di depannya sambil berkacak pinggang berperan sebagai jaksa merangkap hakim. "Jadi ada hubungan apa kamu sama kakaknya Joana itu sampai kalian bisa rangkul-rangkulan?" Astaga! "Siapa yang rangkul-rangkulan?" Resta tampak tak terima. "Vino bilang laki-laki itu ngaku kalau kamu pacarnya." "Nggak ada yang ngomong begitu. Itu asumsi teman kamu dan lainnya." Mata Gyan menyipit. Masih menunjukkan raut tidak percaya yang begitu kental. Dua lengannya kini melipat di dada. "Terus kenapa kamu mau nginep? Bisa ajakan setelah acara langsung pulang?" "Karena Joana yang minta aku nginap." "Bukan k
Baca selengkapnya

86. Halo, Dek!

Rencana haha-hihi Resta semalaman suntuk gagal total. Ujung-ujungnya minggunya terjebak bersama Gyan lagi. Sempit-sempitan di tempat tidur, bangun hampir siang bolong, sampai badan remuk redam. Belum lagi menghadapi kelakuan absurd Gyan yang tidak kebanyakan orang tahu. "Menjauh enggak?" ancam Resta saat Gyan masih saja menggesek-gesekkan 'anunya' yang menegang di balik celana ke bokong Resta. Di belakangnya Gyan manyun, lantas mundur dan bergeser ke sisi Resta. "Yang, kamu nggak kasian sama dia." Gyan mengarahkan matanya ke pangkal celana. "Nggak pernah kamu sentuh." Di tempatnya, Resta yang sedang menekan roti dengan spatula pura-pura tidak peduli. Mau tuh laki nangis sambil koprol Resta tidak mau menggubris. "Yang...." Tidak dipedulikan Resta pria itu merengek seperti anak kecil. Membuat Resta ingin memanggangnya bersama roti itu. "Mending kamu mandi deh, Gy. Dan please nggak usah drama lagi. Nggak cocok sama muka kamu," ujar Resta sadis, memutar bola mata. "Ini bukan drama.
Baca selengkapnya

87. Pesta Amanda

Papi : [ Papi pasti tahu kalau kamu tidak datang. Jangan bikin malu papi.] Gyan berdecak kesal. Jika bukan karena pesan itu dia tidak akan mungkin berada di sini. Di rumah besar Surya Wiratama yang tengah mengadakan pesta bertajuk welcome home Amanda. Berlebihan. Bertahun-tahun Gyan di NYC dan Kanada, tidak pernah tuh dia bikin pesta begini. Pria itu mencibir. Sangat tidak berguna dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Oke, dia hanya perlu setor muka setelah itu balik. Jangan lupa selfie untuk dikirim ke papinya, bukti bahwa dia hadir di pesta Amanda. Dengan malas, Gyan menyambar blazer di kursi sebelah. Mendadak dia teringat Resta yang juga diundang ke pesta ini. Gyan membuang napas. Keduanya masih perang dingin. Jujur, dirinya merindukan wanita itu. Ingin memeluk dan menciumnya, tapi tiap kali ada dorongan ingin berbaikan ingatannya kembali ke pesan sialan Aaron itu. "Aku harap dia nggak nekat datang," gumamnya sembari mengenakan blazer. Setelahnya dia keluar dari mobil, dan sadar
Baca selengkapnya

88. Dresscode

Mau tahu rasanya terdampar di tempat asing sendirian? Atau rasanya berbeda sendiri sementara orang-orang sekitar kompak seragaman? Itulah yang dirasakan Resta sekarang. Dia tertegun di tempat begitu kakinya menginjak taman rumah keluarga Surya Wiratama. Tempat di mana pesta putri bungsu orang besar itu berlangsung. Resta sampai harus mengecek kembali pesan yang Amanda kirim beberapa hari lalu untuk memastikan dia tidak salah kostum. Berulang kali membaca, isinya tetap sama dan tidak ada perubahan atau bahkan ralat pesan dari Amanda. Resta menelan ludah melihat para tamu undangan. Dia bahkan sempat memastikan tidak salah alamat pada salah satu pelayan yang kebetulan lewat. Siapa tahu alih-alih pesta Amanda dia malah nyasar ke tempat prosesi pemakaman. Pasalnya dirinya saat ini mengenakan gaun warna merah menyala, tapi tamu yang hadir semuanya menggunakan outfit berwarna hitam. Coba bayangkan? Kesialan macam apa yang dia hadapi sekarang? Kalau bisa tenggelam ke dasar bumi saat ini jug
Baca selengkapnya

89. Kegilaan Amanda

Gyan meremas gelas dengan pandangan lurus tertuju pada Resta yang tengah mengobrol dengan Aaron. Dia juga melihat bagaimana wanita itu tersenyum dan terkekeh. Giginya di dalam rongga mulut saling gemeretak menahan kesal. Dia mendengus kencang begitu melihat Aaron menggiring wanita itu ke stand-stand makanany yang tersedia. "Ada yang panas, tapi bukan api," celetuk Marsel. "Ada yang ngebul, tapi bukan asap," sambung Vino. Kedua manusia itu lalu tergelak melihat wajah Gyan yang makin suram. Vino menepuk-nepuk pundak Gyan. "Slow, Man. Aaron cuma menganggap Resta seperti adik sendiri kok. Resta kan sahabat Joana. Mungkin cuma sedikit iseng, tapi kan wajar namanya juga laki. Asal isengnya nggak kayak si kunyuk di samping lo itu." Vino melirik Marsel seraya cengengesan. "Bangsat, kayak lo nggak aja," timpal Marsel memutar bola mata. "Eh, tapi. Kalau kalian pacaran kenapa nggak datang barengan? Kalian lagi berantem?" Pertanyaan Marsel membuat Vino ikutan mikir. "Jangan bilang ini buntut
Baca selengkapnya

90. Konfrontasi

Sekilas Resta melihat sosok Gyan, tapi kemudian menghilang. Dia yakin 100 persen pria itu datang ke pesta Amanda. Hanya saja sudah beberapa lama di sana Resta belum juga melihat dengan jelas lelaki itu. Di depannya Aaron masih bercerita tentang hotel yang dia kelola di Nusa Penida. Hanya segelintir yang bisa Resta tangkap dengan jelas. Selebihnya seperti kerumunan suara lebah. "Halo," sapa seseorang membuat Resta menoleh. "Masih ingat aku?" Untuk sesaat Resta mengerutkan dahi. Dan tak berapa lama adegan ciumannya bersama Gyab di atas dek kapal berkelebat, secepat kilat kepalanya langsung mengingat pria yang tersenyum lebar di hadapannya ini. "Marsel?" tanya Resta memastikan. Marsel tersenyum sok cool seraya menyugar rambutnya yang cepak. "Ternyata kamu masih ingat meskipun aku dengan rambut baru." "Iya, kamu terlihat berbeda dari waktu itu." "Hei, sodara Vino. Jangan memonopoli gadis cantik. Lo seharusnya berbagi sama kita." Aaron terkekeh lantas menyeruput minumannya. "Dia buk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status