Home / Romansa / Pesona Bos Galak / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pesona Bos Galak: Chapter 101 - Chapter 110

137 Chapters

101. Runtuh

Joana menyelonong masuk dengan muka sepet ketika Resta baru saja membuka pintu apartemennya. Dengan wajah tertekuk dia langsung mengempaskan diri ke sofa. "Kesel banget gue!" ujarnya ketika Resta mendekat. Resta bingung dengan tingkah sahabatnya itu. "Ada masalah di kantor?" tanyanya mengingat Joana datang langsung dari kantor. Wanita itu masih mengenakan pakaian formal ngantoran lengkap sama blazernya. "Tepatnya sama orang-orang di grup kantor sih." Joana menoleh. "Juga sama lo yang cuma bisa diam aja!" "Kok gue?" Joana mengambil ponsel dan mengutak-atiknya sesaat sebelum menunjukkannya kepada Resta. "Ada yang ngirim foto ini di grup kantor. Sekarang kantor lagi heboh gosip soal Gyan balikan sama mantan." Pelan Resta mengambil alih ponsel Joana. Itu foto Gyan dan May di Star Cafe. Dia tidak terkejut sama sekali lantaran sudah melihatnya sendiri. Meski tidak tertarik dengan apa yang mereka lakukan selanjutnya. Semalam Resta langsung meninggalkan kafe tanpa Gyan tahu. Dan ketika
Read more

102. Do You Love Me?

"Kak Aaron bilang bisa sih. Tapi lo serius?" Itu sudah ketiga kalinya Joana menanyakan keseriusan Resta. Kalau benar, itu keputusan besar bagi sahabatnya itu. Berulangkali juga Joana meyakinkan Resta agar tidak gegabah dalam mengambil sikap. "Ini sikap yang paling benar," tegas Resta sekali lagi. "Gue masih nggak percaya deh kalau Pak Gyan gitu. Kenapa nggak coba lo tanya langsung sih?" "Dia nggak bakal jujur. Di depan gue dia pura-pura nggak peduli pada apa yang menimpa wanita itu. Tapi di belakang gue, mereka diam-diam bertemu. Itu artinya dia sengaja nggak mau aku tau kan? Gue nggak butuh apa-apa, Jo selain kejujuran dia. Gue nggak akan begini kalau dia berani jujur." Joana menatap Resta dengan prihatin lalu mengangguk pelan sembari mendekat. Dua tangannya terulur lantas meraih Resta ke dalam pelukannya. "I feel you. Gue cuma bisa support semua keputusan lo." "Gue bakal baik-baik aja tanpa dia kan, Jo?" tanya Resta, kembali sesenggukan di pelukan Joana. "Bisa, lo pasti bisa.
Read more

103. Sesakit Ini

Dua tangan Resta bergerak ke belakang menopang tubuhnya agar tidak terjatuh ketika Gyan mengangkat salah satu kakinya. Dia menahan napas saat Gyan mulai mencium dari ujung kaki, merambat ke tumit sampai betis. Dari betis ciuman itu masih terus menjalar ke area paha. Setiap sentuhan yang Gyan berikan, Resta hanya bisa menggigit bibir menahan erangan. Terlalu memabukkan. Mungkin dirinya sekarang gila membiarkan Gyan melakukan segalanya. Dia hanya ingin Gyan tahu bahwa dirinya milik pria itu seutuhnya. "Gy...." Mata Resta terpejam sejenak ketika Gyan berlama-lama mencium area pahanya. Sekarang ini pria itu berada tepat di antara kedua pahanya, memegangi dua paha itu seraya menciumnya berganti. Gyan menggulirkan pandangan ke wajah Resta yang penuh gairah. Dia bisa melihat dada wanita itu naik turun meningkahi napasnya yang memburu. Dia mendekat, bersamaan Resta yang juga mendekat. Kembali keduanya mempertemukan bibir satu sama lain. Melumatnya penuh hasrat seolah tidak akan pernah ada
Read more

104. Hari Bersamamu

Resta tengah mencatat beberapa poin penting terkait presentasi dari tim marketing ketika ponsel milk Gyan berdering. Perhatiannya agak teralihkan begitu Gyan tampak lebih memperhatikan layar ponselnya daripada presentasi yang sedang berlangsung. "Kalian silakan lanjutkan. Saya keluar sebentar," ujar Gyan menginterupsi. Dia mendorong kursi dan beranjak berdiri. Lalu dengan cepat meninggalkan ruang meeting. Yang pria itu lakukan tak luput dari perhatian Resta. Wanita itu terus mengawasi Gyan yang sepertinya langsung menerima telepon begitu keluar dari ruang meeting. Lantaran ada pertanyaan dari presentator Resta kembali fokus pada jalannya meeting. Namun tidak lama kemudian, Gyan masuk lagi. Tapi bukan untuk lanjut mengikuti meeting. Pria itu mendekat padanya dan berbisik."Sayang, aku harus ke rumah sakit dulu. Ada sedikit masalah." Resta agak tersentak dan menatap Gyan dengan serius. "Kamu mau aku ikut?" "Nggak perlu. Kamu lanjutkan meeting bersama mereka. Aku nggak lama."Wanita
Read more

105. Selesai

"Gy, waktu kamu pacaran sama May. Pernah kepikiran buat nikahin dia nggak?"Pertanyaan Resta membuat tangan Gyan yang sejak tadi memainkan rambut wanita itu berhenti bergerak."Kok nanya begitu?""Pengin nanya aja."Gyan kembali memainkan rambut Resta. Keduanya tengah terlentang di atas ranjang tidur dengan posisi Gyan yang berbaring lurus sementara Resta tiduran melintang dan menjadikan dada Gyan sebagai bantal. "Pernah," sahut Gyan jujur. "Aku tipe yang kalau pacaran itu serius. Penginnya satu sampai menikah."Tidak heran pria itu mantannya cuma satu. Di saat laki-laki lain yang sekeren dia bisa saja gonta-ganti pacar seperti ganti celana dalam, Gyan malah hanya ingin satu yang menemaninya. "Sekarang masih kepikiran itu nggak?" "Kepikiran apa?" "Kepikiran menikah sama May." "Ngaco. Pacarku sekarang kan kamu, ya kepikirannya menikahi kamulah." "Tapi kan bisa aja—" "Udah udah, aku nggak mau dengar yang aneh-aneh lagi," gunting Gyan segera seraya memindahkan kepala Resta dari da
Read more

106. Star Cafe

Smoga nggak bingung yak. Ini POV flashback, tapi dari sudut pandang Gyan. ==================Gyan menarik napas panjang. Sejujurnya badannya sudah minta beristirahat. Dia ingin pulang cepat karena Resta memintanya. Lagi pula rapat sudah ditutup beberapa menit lalu. Namun di saat terakhir dia keluar ruangan lagi-lagi ponselnya berdering. Menampilkan nomor milik May untuk ke sekian kalinya. Dia tidak tahu apa yang wanita itu inginkan darinya lagi. Gosip May putus dengan tunangannya santer terdengar. Bukankah lebih baik wanita itu mendekam di rumah saja daripada berkeliaran? Gyan terpaksa mengetik pesan kepada Resta untuk tidak menunggunya lantaran dia pulang terlambat. Bukan untuk sebuah pekerjaan tapi untuk bertemu May. Saat melihat May di parkiran mobil, tidak ada tanda-tanda wanita itu habis mendapat kekerasan fisik. Wanita itu masih sama saja. Selalu berusaha tampil cantik. Sayangnya kecantikan wanita itu sudah tidak memiliki efek apa pun bagi Gyan. "Thanks kamu mau datang, Gy,"
Read more

107. Pram

"Kamu mau aku ngapain?" "Jelaskan padanya kalau kita tidak punya hubungan apa pun." Mata biru Gyan menyipit. "Sama kamu yang tunangannya saja dia nggak percaya. Lalu gimana aku? Bukannya ini malah memperburuk semuanya?" May menggeleng dengan wajah putus asa. Kecerdasannya mendadak raib dihadapkan masalah seperti ini. Biasanya dia yang sering menyudutkan para narasumber yang dia wawancarai. Sekarang wanita itu yang tersudut dan terlihat tak berdaya. Keduanya naik ke lantai 12 hotel yang masih terletak di kawasan Marina Bay itu. Tidak seperti biasanya, malam ini May tampak sedikit pucat. Gyan baru benar-benar memperhatikan jika wanita itu terlihat lebih kurus dari terakhir dia lihat saat menjemputnya di kelab waktu itu. "Berapa usianya?" tanya Gyan menatap sekilas perut May yang masih rata. Wanita itu meraba perutnya. "12 Minggu," ucapnya menunduk. Dia sedikit membuang muka. Menghindari tatapan Gyan. "Aku pasti terlihat makin buruk di mata kamu." "Aku nggak mengatakan begitu.""Ta
Read more

108. Firasat

108Gyan merasa beberapa hari ke belakang Resta agak mood swing. Puncaknya saat Gyan baru pulang dari Singapore. Gyan pikir gosip di luar sana tidak akan mempengaruhi wanita itu. Namun pria itu cukup terkejut ketika Resta tiba-tiba meledak dan akhirnya menangis. Mungkin Gyan yang memang tak sadar dengan beban yang wanita itu emban lantaran berada di sisinya. Sejak itu Gyan berpikir tidak perlu menunggu lagi untuk menikahi Resta. Gyan pastikan wanita itu tidak akan mendapat omongan tak sedap lagi jika sudah menjadi istrinya kelak. Melihat wanita itu bisa tersenyum seperti biasa lagi membuat Gyan agak lega. Fix, kemarin-kemarin itu hormon pasca datang bulan pasti masih mempengaruhinya. Sehingga wantia itu lebih sensitif dan gampang tersinggung. Namun ada kebiasaan baru yang mungkin ini agak menguntungkan buat Gyan. Gairah wanita itu mudah sekali tersulut. Resta juga tak segan berinisiatif menggodanya lebih dulu. Jika biasanya Gyan yang harus repot membujuk, kali ini dengan senang hati
Read more

109. On The Track

Suara kekehen di ujung telepon terdengar menyebalkan. Sama sekali tidak ada rasa khawatir sedikit pun tentang apa yang Gyan sampaikan. Beruntung orang itu tidak ada di depannya. Jika iya, satu pukulan saja rasanya belum cukup untuk memberi pelajaran manusia seperti Pram. "Kamu urus sajalah. Bukankah kalian sama-sama masih punya perasaan?" Sialan kan? "Cewek yang lagi koma itu tunangan lo, Bangsat," maki Gyan sudah tidak peduli dengan kesopanan lagi. Pria menjijikan di seberang sana itu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Tawa Pram kembali terdengar. Secuil pun tidak ada rasa simpati. "Mantan," koreksinya. "Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi, kalau kamu mau kembali padanya silakan. Aku tidak peduli." Gyan mengetatkan rahang. Tangannya mengepal, gatal ingin memukul muka orang itu. Dia memejamkan mata sesaat sembari menarik napas panjang. Berharap dengan itu emosinya berkurang. Benarkah tidak ada yang peduli pada May? Bahkan ayah orang tua itu sampai sekarang m
Read more

110. Khawatir

Gyan : Sent pictureGyan : Papi beneran sengaja bikin aku sibuk. Gyan : Kangen ;'( Ini lebih dari apa yang Gyan pikir. Setelah urusan dengan klien di Kuala Lumpur selesai, Daniel tidak membiarkannya langsung pulang ke Indonesia. Dia ditugaskan untuk mengurus masalah pembangunan proyek di Penang yang tersendat. Rencana untuk segera pulang dan cepat ke Semarang gagal total. "Papi harus membayar lebih untuk urusan ini," ujar Gyan agak kesal. Kangennya pada Resta sudah menumpuk lantaran lima hari tidak bertemu."Apa yang kamu mau, Son? Apa yang nggak Papi beri sama kamu?" Gyan berdecak. Faktanya setiap apa yang lelaki itu inginkan, tidak ada yang gratis. Dia harus melakukan sesuatu dulu agar bisa mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan sejak masih kecil "Setelah aku pulang nanti berjanjilah papi sama mami meluangkan waktu pergi ke Semarang untuk melamar Resta." "Begitu?" "Pi, aku serius. Ini sudah lama aku rencanakan tapi belum juga terealisasi." "Urusan itu bisa kita bicarakan nant
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status