Beranda / Romansa / Pesona Bos Galak / 104. Hari Bersamamu

Share

104. Hari Bersamamu

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Resta tengah mencatat beberapa poin penting terkait presentasi dari tim marketing ketika ponsel milk Gyan berdering. Perhatiannya agak teralihkan begitu Gyan tampak lebih memperhatikan layar ponselnya daripada presentasi yang sedang berlangsung.

"Kalian silakan lanjutkan. Saya keluar sebentar," ujar Gyan menginterupsi. Dia mendorong kursi dan beranjak berdiri. Lalu dengan cepat meninggalkan ruang meeting.

Yang pria itu lakukan tak luput dari perhatian Resta. Wanita itu terus mengawasi Gyan yang sepertinya langsung menerima telepon begitu keluar dari ruang meeting. Lantaran ada pertanyaan dari presentator Resta kembali fokus pada jalannya meeting. Namun tidak lama kemudian, Gyan masuk lagi. Tapi bukan untuk lanjut mengikuti meeting. Pria itu mendekat padanya dan berbisik.

"Sayang, aku harus ke rumah sakit dulu. Ada sedikit masalah."

Resta agak tersentak dan menatap Gyan dengan serius. "Kamu mau aku ikut?"

"Nggak perlu. Kamu lanjutkan meeting bersama mereka. Aku nggak lama."

Wanita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yuli F. Riyadi
Ayo ngomong kak
goodnovel comment avatar
Mahendra Sari Anwar
ngga tau harus ngomong apa lagi ini thor...
goodnovel comment avatar
Teteng yeni
tar kalau gak sibuk up lagi ya .... d tunggu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Bos Galak   105. Selesai

    "Gy, waktu kamu pacaran sama May. Pernah kepikiran buat nikahin dia nggak?"Pertanyaan Resta membuat tangan Gyan yang sejak tadi memainkan rambut wanita itu berhenti bergerak."Kok nanya begitu?""Pengin nanya aja."Gyan kembali memainkan rambut Resta. Keduanya tengah terlentang di atas ranjang tidur dengan posisi Gyan yang berbaring lurus sementara Resta tiduran melintang dan menjadikan dada Gyan sebagai bantal. "Pernah," sahut Gyan jujur. "Aku tipe yang kalau pacaran itu serius. Penginnya satu sampai menikah."Tidak heran pria itu mantannya cuma satu. Di saat laki-laki lain yang sekeren dia bisa saja gonta-ganti pacar seperti ganti celana dalam, Gyan malah hanya ingin satu yang menemaninya. "Sekarang masih kepikiran itu nggak?" "Kepikiran apa?" "Kepikiran menikah sama May." "Ngaco. Pacarku sekarang kan kamu, ya kepikirannya menikahi kamulah." "Tapi kan bisa aja—" "Udah udah, aku nggak mau dengar yang aneh-aneh lagi," gunting Gyan segera seraya memindahkan kepala Resta dari da

  • Pesona Bos Galak   106. Star Cafe

    Smoga nggak bingung yak. Ini POV flashback, tapi dari sudut pandang Gyan. ==================Gyan menarik napas panjang. Sejujurnya badannya sudah minta beristirahat. Dia ingin pulang cepat karena Resta memintanya. Lagi pula rapat sudah ditutup beberapa menit lalu. Namun di saat terakhir dia keluar ruangan lagi-lagi ponselnya berdering. Menampilkan nomor milik May untuk ke sekian kalinya. Dia tidak tahu apa yang wanita itu inginkan darinya lagi. Gosip May putus dengan tunangannya santer terdengar. Bukankah lebih baik wanita itu mendekam di rumah saja daripada berkeliaran? Gyan terpaksa mengetik pesan kepada Resta untuk tidak menunggunya lantaran dia pulang terlambat. Bukan untuk sebuah pekerjaan tapi untuk bertemu May. Saat melihat May di parkiran mobil, tidak ada tanda-tanda wanita itu habis mendapat kekerasan fisik. Wanita itu masih sama saja. Selalu berusaha tampil cantik. Sayangnya kecantikan wanita itu sudah tidak memiliki efek apa pun bagi Gyan. "Thanks kamu mau datang, Gy,"

  • Pesona Bos Galak   107. Pram

    "Kamu mau aku ngapain?" "Jelaskan padanya kalau kita tidak punya hubungan apa pun." Mata biru Gyan menyipit. "Sama kamu yang tunangannya saja dia nggak percaya. Lalu gimana aku? Bukannya ini malah memperburuk semuanya?" May menggeleng dengan wajah putus asa. Kecerdasannya mendadak raib dihadapkan masalah seperti ini. Biasanya dia yang sering menyudutkan para narasumber yang dia wawancarai. Sekarang wanita itu yang tersudut dan terlihat tak berdaya. Keduanya naik ke lantai 12 hotel yang masih terletak di kawasan Marina Bay itu. Tidak seperti biasanya, malam ini May tampak sedikit pucat. Gyan baru benar-benar memperhatikan jika wanita itu terlihat lebih kurus dari terakhir dia lihat saat menjemputnya di kelab waktu itu. "Berapa usianya?" tanya Gyan menatap sekilas perut May yang masih rata. Wanita itu meraba perutnya. "12 Minggu," ucapnya menunduk. Dia sedikit membuang muka. Menghindari tatapan Gyan. "Aku pasti terlihat makin buruk di mata kamu." "Aku nggak mengatakan begitu.""Ta

  • Pesona Bos Galak   108. Firasat

    108Gyan merasa beberapa hari ke belakang Resta agak mood swing. Puncaknya saat Gyan baru pulang dari Singapore. Gyan pikir gosip di luar sana tidak akan mempengaruhi wanita itu. Namun pria itu cukup terkejut ketika Resta tiba-tiba meledak dan akhirnya menangis. Mungkin Gyan yang memang tak sadar dengan beban yang wanita itu emban lantaran berada di sisinya. Sejak itu Gyan berpikir tidak perlu menunggu lagi untuk menikahi Resta. Gyan pastikan wanita itu tidak akan mendapat omongan tak sedap lagi jika sudah menjadi istrinya kelak. Melihat wanita itu bisa tersenyum seperti biasa lagi membuat Gyan agak lega. Fix, kemarin-kemarin itu hormon pasca datang bulan pasti masih mempengaruhinya. Sehingga wantia itu lebih sensitif dan gampang tersinggung. Namun ada kebiasaan baru yang mungkin ini agak menguntungkan buat Gyan. Gairah wanita itu mudah sekali tersulut. Resta juga tak segan berinisiatif menggodanya lebih dulu. Jika biasanya Gyan yang harus repot membujuk, kali ini dengan senang hati

  • Pesona Bos Galak   109. On The Track

    Suara kekehen di ujung telepon terdengar menyebalkan. Sama sekali tidak ada rasa khawatir sedikit pun tentang apa yang Gyan sampaikan. Beruntung orang itu tidak ada di depannya. Jika iya, satu pukulan saja rasanya belum cukup untuk memberi pelajaran manusia seperti Pram. "Kamu urus sajalah. Bukankah kalian sama-sama masih punya perasaan?" Sialan kan? "Cewek yang lagi koma itu tunangan lo, Bangsat," maki Gyan sudah tidak peduli dengan kesopanan lagi. Pria menjijikan di seberang sana itu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Tawa Pram kembali terdengar. Secuil pun tidak ada rasa simpati. "Mantan," koreksinya. "Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi, kalau kamu mau kembali padanya silakan. Aku tidak peduli." Gyan mengetatkan rahang. Tangannya mengepal, gatal ingin memukul muka orang itu. Dia memejamkan mata sesaat sembari menarik napas panjang. Berharap dengan itu emosinya berkurang. Benarkah tidak ada yang peduli pada May? Bahkan ayah orang tua itu sampai sekarang m

  • Pesona Bos Galak   110. Khawatir

    Gyan : Sent pictureGyan : Papi beneran sengaja bikin aku sibuk. Gyan : Kangen ;'( Ini lebih dari apa yang Gyan pikir. Setelah urusan dengan klien di Kuala Lumpur selesai, Daniel tidak membiarkannya langsung pulang ke Indonesia. Dia ditugaskan untuk mengurus masalah pembangunan proyek di Penang yang tersendat. Rencana untuk segera pulang dan cepat ke Semarang gagal total. "Papi harus membayar lebih untuk urusan ini," ujar Gyan agak kesal. Kangennya pada Resta sudah menumpuk lantaran lima hari tidak bertemu."Apa yang kamu mau, Son? Apa yang nggak Papi beri sama kamu?" Gyan berdecak. Faktanya setiap apa yang lelaki itu inginkan, tidak ada yang gratis. Dia harus melakukan sesuatu dulu agar bisa mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan sejak masih kecil "Setelah aku pulang nanti berjanjilah papi sama mami meluangkan waktu pergi ke Semarang untuk melamar Resta." "Begitu?" "Pi, aku serius. Ini sudah lama aku rencanakan tapi belum juga terealisasi." "Urusan itu bisa kita bicarakan nant

  • Pesona Bos Galak   111. Kembali ke Settingan Awal

    Derap langkah terdengar keras di wilayah lobi gedung perkantoran Blue Jagland. Ketukan sepatu yang mengentak dan cepat saling bersahutan. Tidak ada yang tidak memperhatikan pria berwajah keras yang tengah berjalan gegas di lobi mewah itu. Pakaiannya serapi biasanya dengan model potongan tiga setel yang sangat apik melekat di tubuhnya. Hanya saja auranya begitu dingin dan mencekam. "Pak Gyan, Anda ditunggu Pak Daniel sekarang." Suara Rendy mengingatkan ketika telunjuk Gyan menekan angka lantai tempat divisinya berada. Gyan menoleh. "Pak Rendy saja yang menghadap presdir. Saya masih ada urusan lain," ujar Gyan lantas memasuki lift, meninggalkan Rendy yang mematung di tempat. Embusan napas pendek terdengar begitu pintu lift tertutup. Rendy berharap bisa beristirahat sejenak di KL sebelum pulang ke Indonesia. Tapi harapannya sirna ketika Gyan meminta langsung pulang siang itu juga begitu misinya selesai. Bagaimana tidak? Nyaris sepuluh hari mereka benar-benar berkutat dengan masalah in

  • Pesona Bos Galak   112. Dia Pergi

    Pintu berpelitur cokelat itu terbuka ketika Gyan mendorongnya perlahan. Saat langkahnya masuk, dada Gyan mendadak bergetar. Kecemasan kembali melingkupi pria itu. Perasaannya benar-benar tidak nyaman. Unit tipe studio ini sama persis saat dia dan Resta melihatnya untuk pertama kali. Meski perabotnya sudah terisi, tapi terasa hampa. Kaki Gyan terayun menuju ke lemari pakaian. Tangannya ragu ketika akan membuka pintu lemari tersebut. Pikiran buruknya terus berjejalan di kepalanya. Lalu perasaan gelisahnya kontan terjawab ketika tidak menemukan apa pun di dalam lemari tersebut. Refleks, Gyan melangkah mundur. Ada sesuatu yang terasa mencubit hatinya. Tidak ingin pikiran buruk kembali menguasai, dia bergegas meninggalkan apartemen Resta untuk menuju ke unitnya sendiri satu lantai di atasnya. Dalam hati Gyan terus meyakinkan diri bahwa Resta ada di sana. Mungkin Resta sedang tidur di bawah selimutnya. Bisa jadi wanita itu memutuskan tinggal satu atap dengannya seperti permintaannya wakt

Bab terbaru

  • Pesona Bos Galak   Extra Part - Ada Kamu

    Tidak cuma Daniel dan Delotta yang menghadiri grand opening hot spring dan restoran milik Resta tersebut. Ibu dan Kae juga turut serta. Kae yang sedang sibuk meraih gelar profesi menyempatkan hadir mendampingi ibunya. Lalu Joana dan juga orang tuanya. Dan yang mengejutkan Aaron pun datang. Dia tidak sendiri ada wanita cantik di sebelahnya yang selalu menggandeng tangannya. "Tunangan Kak Aaron?" Resta terlihat takjub saat Aaron mengenalkan wanita itu padanya. "Doakan ya semoga bisa segera dihalalin," sahut Aaron tersenyum sambil menatap wanita di sisinya. "Pasti dong, Kak." "Akhirnya setelah sekian lama kakak gue sold out juga," celetuk Joana. Yang langsung mendapat jitakan di kepalanya dari sang kakak. "Nggak sopan, emangnya kakak kamu ini barang dagangan," gerutu Aaron membuat Joana manyun sambil mengusap kepalanya. "Mana cowok kamu? Katanya ada yang baru lagi?" "Nggak ada! Aku lagi jomblo.""Jomblo beneran ntar lo," timpal Resta menyeringai lebar. "Lah emang gue jomblo!" Aa

  • Pesona Bos Galak   Extra Part - Berat Badan

    "Good. Proposal diterima." Wajah Resta kontan berbinar setelah waswas menunggu respons suaminya perkara proposal yang dia buat lagi. Bibirnya melengkung sempurna. Saat tatapnya bertemu dengan mata biru Gyan, wanita itu langsung meloncat, dan menghambur ke pelukan sang suami. "Makasih, Gy! Makasih," serunya sambil mengecup pipi Gyan bolak-balik. Dia susah payah berdiskusi dan menyusun konsep baru bersama Joana setelah survei ke berbagai jenis cafe di ibukota bersama Gyan waktu itu. Bahkan untuk menyusun menu, Joana menyeret Marsel yang notabene memiliki beberapa chef andalan di rumahnya. Soal Marsel itu, entah tepatnya kapan Joana bisa dekat dengan pria itu. Hal ini belum sempat Resta tanyakan. Yang terpenting saat ini proposal bisnis barunya diterima Gyan. Pria bermata biru itu tersenyum seraya mengusap pinggang Resta yang berada di pangkuannya. "Lokasinya udah ada?" tanyanya. "Udah ada yang kami incar. Joana bilang akan nego sama pemiliknya.""Kamu butuh tanah yang cukup luas loh

  • Pesona Bos Galak   Extra Part - Menu

    Ketukan di pintu sama sekali tidak membuat Resta segera beranjak dari tempat tidur. Dia malah makin merapatkan selimut. Suara Gyan yang terus memanggil pun tidak dia hiraukan. Resta masih kesal. Semalam dia benar-benar memisahkan diri, dan Gyan pun tidak terlihat menyusulnya. Meski kesal luar biasa karena proposalnya ditolak, semalam dia membaca ulang proposal yang sudah dia buat itu. Resta akui Gyan benar. Konsepnya sederhana seperti kafe pada umumnya, tapi tetap saja dirinya merasa tersinggung. Entahlah, akhir-akhir ini Resta merasa gampang emosional. Tidak bisa kena senggol sedikit. Mood-nya benar-benar kacau. Resta tahu ada pergerakan pintu yang dibuka, tapi dia tetap diam. Hatinya cuma berharap tidak ada hal yang akan membuat paginya berantakan, terlebih karena disebabkan suaminya. Akan lebih baik Gyan langsung berangkat kerja saja tanpa mendekatinya seperti ini. Jujur, Resta masih malas sama lelaki itu. Gyan mendekat, dan berbaring di sisi Resta yang tidur membelakanginya. "Sa

  • Pesona Bos Galak   Extra Part - Proposal Laknat

    Gyan menatap layar komputernya dengan mata berbinar. Kepalan tangannya sesekali diayunkan. Proyeknya berjalan sesuai apa yang dia inginkan. Pertimbangannya untuk berinvestasi tiga tahun lalu akhirnya membuahkan hasil. Baginya ini hal yang harus dia rayakan bersama sang istri. Bumi yang baru saja masuk tersenyum kecil melihat wajah sumringah bosnya. "Saya belum mendengar kabar tender baru yang berhasil. Kenapa Anda bisa sesenang ini, Pak?" tanya pria itu sambil meletakkan sebuah dokumen bersampul hitam ke meja besar bosnya. "Ini bukan soal tender." Javas menjauhkan sedikit badan dari layar komputer lalu menatap asisten pribadinya itu. "Tapi investasi Blue Jagland di proyek kota tua di Sulawesi. Selama tiga tahun berjalan, laporan itu makin membaik. Kenapa saya senang. Karena itu adalah investasi besar pertama saya yang disetujui oleh pemegang saham.""Selamat, Anda memang hebat, Pak." Gyan tersenyum lebar sambil memutar-mutar kursinya. Namun senyum lebarnya tidak berlangsung lama ke

  • Pesona Bos Galak   Extra Part - Sedikit Ujian

    Gyan membungkam segera mulut Resta yang menjerit. Lalu kekehan kecilnya mengudara. Sudah larut malam, tapi keduanya masih terjaga. Bahkan keringat membanjiri tubuh polos mereka yang hanya tertutup kain selimut. "Jangan berisik, Sayang. Kamu bisa membangunkan semua orang," bisik Gyan meletakkan telunjuk ke bibir. Resta mengangguk-angguk sehingga Gyan bisa melepaskan tangan dari mulutnya. "Habis gimana, ini terlalu enak," ujarnya nyengir. Ada kebanggaan tersendiri ketika Resta mengatakan itu. Secara tak langsung wanita itu memuji kemampuan dirinya menyenangkan istri di atas ranjang. "Masih mau lagi?" tanya Gyan tersenyum nakal. Pinggulnya bergerak pelan sengaja menggoda sang istri. "Mau.""Janji jangan teriak. Kalau di apartemen sendiri sih nggak masalah. Di sebelah ada Ola." "Nggak janji sih. Tapi aku bakal usahain nggak teriak kenceng-kenceng." Kebisingan sepasang suami istri muda di malam hari sudah terjadi beberapa malam sejak keduanya menginap di rumah Daniel. Gyan dan Resta

  • Pesona Bos Galak   Extra Part - Kado Inden

    Mata biru Gyan mengerjap ketika melihat Resta memasukan es krim ukuran magnum ke mulutnya. Wanita itu memejamkan mata, dan menggeram nikmat. Sialnya, itu dilakukan berulang sampai membuat Gyan melongo. Pria itu menelan ludah, dan mendadak peluh sebesar biji jagung meluncur dari dahinya. Cuaca hari ini lumayan panas. Beberapa kali Gyan mengipas-ngipas baju yang dia pakai. Dan lagi panas-panasnya dia melihat istrinya melakukan adegan menjilat es krim. Bikin pikiran liarnya traveling ke mana-mana. "Yang, pulang ke hotel yuk. Gerah nih," bisik Gyan sambil memperhatikan es krim yang baru lepas dari mulut Resta. "Oke." Tanpa banyak membantah, Resta menurut. Dia beranjak berdiri dan langsung menjajari langkah suaminya. "Yang, makan es krimnya biasa aja dong." Mendengar itu Resta terlihat bingung. Lah memang ada yang tidak biasa? Dia menatap es krim yang ukurannya mulai berkurang. "Aku biasa kok.""Enggak, ah. Kamu kayak sengaja banget godain aku."Hah? Hampir saja rahang Resta jatuh. Apa

  • Pesona Bos Galak   131. Honeysweet

    "Mau ke suatu tempat?" Matahari sudah tinggi, tapi sepasang pengantin itu masih enggan beranjak dari ranjang. Terlalu sayang menyia-nyiakan waktu libur jika harus bergerak cepat."Ke mana?" Resta membenarkan posisi tidur menghadap Gyan. Matanya masih terkatup rapat. Kepalanya lantas menyuruk ke dada terbuka sang suami. "Dulu papi honeymoon ke Santorini. Beberapa teman menyarankan ke Honolulu dan Maldives. Atau kamu mau ke Swiss? Rusia? Finland?"Dalam tidurnya Resta tersenyum. "Mainstrem banget.""Kamu punya rekomendasi?" "Borobudur." Gyan mengerjap. Bahkan dia sampai harus mengangkat kepala dan menyangganya dengan satu tangan. "Di antara tempat spektakuler yang aku tawarkan kamu malah pilih borobudur?" Pria itu menatap istrinya tak percaya. "Memang anti mainstrem banget sih." "Hei, borobudur itu lebih spektakuler dari tempat yang kamu sebutkan tadi tau!" Resta mendorong pipi Gyan. "Tapi itu borobudur, deket. Cuma di Jogja. Kita bisa ke sana kapan saja. Dan ini honeymoon kita, S

  • Pesona Bos Galak   130. Private Party

    Malamnya pesta masih berlanjut. Area pantai disulap menjadi beach club mengingat pihak resort sendiri tidak memiliki fasilitas itu. Pesta ini hanya dihadiri oleh teman-teman dekat saja. Mungkin cuma Resta yang tidak memiliki banyak tamu seperti Gyan. Seumur-umur di kota ini dia hanya memiliki satu sahabat, Joana. Lainnya cuma teman biasa yang tidak terlalu spesial sampai harus diundang ke private party seperti ini."Dilihat dari sisi mana pun dia tetep ganteng banget," seru Joana dengan nada tertahan. Tangannya memegang gelas cocktail, dan sebelah lainnya menyentuh dadanya yang berdebar. "Siapa?" Resta sambil lalu menanggapi. "Marsel my mine," sahut Joana cengar-cengir. Sejak putus dari pacarnya beberapa bulan lalu, wanita itu mulai keganjenan lagi. Jejak kesedihannya sudah hilang tak berbekas. Resta tahu sahabatnya itu gampang move on. Joana tidak akan sudi lama-lama bermuram durja. "Emang cowok di dunia ini cuma dia doang!" itu dalih andalannya. "No bucin-bucin club." Belum ber

  • Pesona Bos Galak   129. At Wedding Party

    Tidak seperti pernikahan Javas dan Kavia yang digelar mewah di ballroom hotel berbintang, resepsi dan pernikahan ulang Gyan dan Resta kali ini digelar cukup simpel. Pesta dengan hamparan pasir putih dan suara deburan ombak tepi pantai menjadi pilihan mereka. Tamu undangan yang hadir pun terbatas. Jadi, acaranya lebih terasa sakral dan tenang. Gyan mengecup pipi istrinya begitu selesai sesi pemotretan mahar dan buku nikah. "Sudah sah menurut agama dan negara nih, Yang." "Lalu?" "Makin tenang jungkir balikin kamu sekarang." "Please deh, Gy." Resta memutar bola mata. Gyan melebarkan mata dan memasang wajah pura-pura terkejut. "Ini kita masih harus menyapa tamu loh. Kok kamu udah plas plis aja. Sabar dulu, nanti malam juga aku puasin kok," ujar Gyan lantas tertawa melihat reaksi Resta yang spontan melotot. Resta hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kekonyolan suaminya. Makin tidak waras. Namun akhirnya dia ikut tertawa juga. Jika bukan karena menjadi asisten pribadi pria itu, Rest

DMCA.com Protection Status