Home / Romansa / Pesona Bos Galak / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pesona Bos Galak: Chapter 71 - Chapter 80

137 Chapters

71. Es Krim dan Cokelat

"Oh My God, Papi datang di waktu yang tak tepat."Refleks Daniel menutup matanya dengan tangan, lantas segera berbalik dan berjalan cepat seraya berseru. "Papi tunggu kamu di ruangan papi!" Lalu suara pintu tertutup terdengar. "Shit," umpat Gyan, yang langsung menjauhkan diri dan membenarkan pakaian Resta. Sementara itu Resta yang masih berada di pangkuannya tampak membeku dengan wajah pucat pasi. Ditepuknya wajah wanita itu dengan pelan. "It's okay, Honey. Everything gonna be ok." Demi apa pun, tubuh Resta rasanya lemas. Seandainya Gyan tidak memegangnya erat mungkin dirinya sudah jatuh terperosot. Dia terbengong, tapi badannya gemetar. Andai saja dia masih bisa mempertahankan kewarasan dan tidak ikut terbuai dalam permainan Gyan, kejadian kepergok begini tidak akan ada. Resta merutuki kebodohannya dalam hati. Sialnya, orang memergokinya itu Daniel. Tidak ada yang lebih sial dari itu. Astaga, mau taruh di mana nih muka?! Mata Resta mulai berkaca-kaca, lalu secara otomatis bahuny
Read more

72. Dinner Terselubung

Resta membantu Gyan mengenakan jas barunya. Jas baru yang dikirim oleh asisten Daniel siang tadi. Bukan hanya jas, Gyan juga mendapat satu setel outfit baru yang melengkapi jas tersebut. Resta menduga acara makan malam yang akan pria itu hadiri sangat penting. Sampai Daniel mengirim outfit serba baru untuk putranya. Padahal pakaian yang Gyan milikii di walk in closet-nya bejibun. "Kayaknya acara makan malam ini spesial banget," ujar Resta sambil membenarkan kerah kemeja Gyan. "Aku nggak tau, Sayang. Udah aku bilang kan, lebih baik kamu ikut aja," sahut Gyan merangkul pinggang Resta. Wanita itu menggeleng. "Aku masih belum punya muka ketemu presdir." Mendengar itu Gyan tertawa, lalu mengecup gemas pipi Resta. "Udah aku bilang papi nggak kenapa-kenapa." "Papi kamu mungkin nggak apa-apa, tapi aku? Kalau bisa nih muka kukantongi, udah aku kantongi." Resta menjauh, lalu memperhatikan penampilan kekasihnya. Keningnya mengerut melihat Gyan yang tampil begitu keren, padahal dia hanya per
Read more

73. Amanda

Dislaimer : cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat kejadian, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. ======="Tempat yang menarik buat kamu itu seperti apa?" Gyan mulai menjalankan mobil setelah dirinya menggantikan posisi layanan vallet. Dengan pelan SUV itu keluar dari area taman hotel lalu bergabung dengan jalanan ibukota. "Kamu udah lama di Amerika, pasti tau dong tempat yang seru itu kayak gimana." Amanda menyahut masih dengan senyum yang sulit diartikan. "I don't know. Aku bukan mahasiswa keren yang hobi nongkrong. Kegiatanku di sana membosankan karena sering keluar masuk lab. Bukan keluar masuk club." Amanda tertawa kecil seolah mengejek apa yang Gyan katakan. "Impossible. Kamu bukan mahasiswa peraih beasiswa buat sampai ke sana kan? Yang harus rajin belajar biar bisa mempertahankan beasiswanya?" Pangkal hidung Gyan mengerut. Dia tidak suka mendengar nada meremehkan wanita itu. Asal Amanda tahu, mahasiswa beasiswa itu mungkin
Read more

74. I Like Her, Dad.

Gyan tercenung selama beberapa saat. Niatnya, hal tentang Amanda hanya akan dia simpan sendiri. Dia berpikir Resta tidak perlu tahu karena menurutnya itu bukan sesuatu yang penting. Namun kalau sudah begini, Gyan tidak mungkin mengabaikan atau malah akan membuat wanita itu salah paham. "She's Amanda." Gyan melirik sejenak. Tidak ada reaksi dari wanita itu. Resta hanya diam seraya menunggu kelanjutan ucapan Gyan. "Putri Surya Wiratama." Seharusnya penjelasan itu cukup. Tapi tatapan Resta seolah menginginkan penjelasan lebih. "Aku hanya mengantarnya pulang." "Kenapa?" "Karena disuruh papi." Resta baru melepas tatap seraya mengangguk. "Itu wanita pilihan presdir buat kamu ya?" tanyanya, mengambil kesimpulan kasar dari keterangan Gyan. Info yang singkat, tapi itu cukup membuat dia paham. "Sok tau." Gyan kembali mengubah posisi tidur menghadap Resta. Sebelah lengannya dia lipat, menjadikannya bantal. "Itu cuma makan malam membahas tentang bisnis. Kebetulan putri Surya yang baru pulang
Read more

75. Tennis

Halo! Karena Pesona Bos Galak masuk di Terpanas Populer, aku up lagi. Semoga makin banyak yang baca, makin banyak yang masukin novel ini ke library. Teman-teman jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke yang lain juga ya. Happy reading terima kasih yang udah aktif baca dan komen. Bab ini spesial buat kalian.=============Daniel membuka kedua kakinya. Lalu memutar bahu ke arah belakang dalam sepuluh kali hitungan, dan lanjut hitungan yang sama ke arah depan. Setelah itu dia merentangkan dua tangan, lantas memutarnya ke depan. Bertepatan dengan itu, Gyan menyusul di sebelahnya. Mengikuti warming up sebelum bermain tennis. "Soal Resta..." Daniel bersuara di tengah kegiatan warming up. "I know you like her just for fun. Papi juga pernah muda. Dan sebelum bertemu mami kamu. Papi juga begitu." Gyan berhenti sejenak, lalu menoleh. "I'm not you, Dad. You can see how many times I've dated so far." "That's impossible." Daniel menggeleng tak percaya. "You date her?" Gyan membungkuk. Mengarahk
Read more

76. Perasaan

Joana berjengit saat Resta menempelkan botol minuman dingin ke pipinya. Dia berdecak sebal lalu merebut botol minum tersebut, membuka segel penutup, dan meminum isinya. Rasa dingin langsung menyebar ke sel-sel tubuhnya yang tadi sempat panas gara-gara Reno. Beruntung pria itu pergi sebelum dia mencabik-cabiknya seperti sampah. "Besok-besok lagi nggak usah dikasih pintu, Res. Ngelunjak ntar. Sok kecakepan. Astaga!" Joana menengadah lalu bergidik. "Apa sih yang Mayrosa pikirkan pas jadiin dia selingkuhan. Jelas bagus Pak Gyan ke mana-manalah." Resta tersenyum menyaksikan sahabatnya yang masih saja mencak-mencak. "Kenapa lo senyum-senyum? Jangan bilang lo masih punya hati sama tuh laki," tuduh Joana sadis yang langsung ditanggapi Resta dengan decapan sebal. "Hati gue kan cuma satu." Resta bergerak membuka tas dan mengeluarkan bawaannya. Dia menyibukkan diri merapikan meja yang berantakan. Di belakangnya, tepatnya di ujung tempat tidur Joana yang duduk di sana memperhatikan gerak-ge
Read more

77. Dasha Taran

"Kamu yakin nggak mau mampir?" Sudah ketiga kalinya Amanda menanyakan hal sama. Dan sebanyak itu pula Gyan tetap menolaknya. "Silakan turun," ucap Gyan sembari mengedikkan dagu ke arah pintu. "Aku bisa bikin pizza. You wanna try?" "No, Thanks." Gyan menarik bibirnya sebentar bermaksud memberi seulas senyum. Namun yang ada hanya garis lurus yang terbentuk. "Hm, oke. Tapi aku yakin suatu hari kamu pasti datang sendiri ke sini tanpa kuminta." Terserah dia mau bicara apa. Gyan sudah tidak peduli. Jika tidak ingat dia harus tetap bersikap baik demi menjaga nama baik Daniel, Gyan mungkin sudah menendang wanita ini keluar. Ujung matanya melirik saat Amanda mulai membuka pintu mobil. Lalu ketika pintunya sudah setengah terbuka, napasnya berembus lega. Gyan memejamkan mata sesaat, bersyukur atas kebebasannya. Namun—Matanya kontan terbuka kala sebuah sentuhan terasa mendarat di pipinya. Dia terkejut dan refleks menoleh. Alisnya sontak menukik, sementara mata birunya menyorot tajam. Tapi
Read more

78. Minder Setengah Mati

"Ada perlu apa kamu ke sini?" Suara dingin Gyan terdengar. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Amanda bisa senekat ini datang ke kantornya. Wanita itu tersenyum lalu berjalan melewati Resta untuk mendekati Gyan. "Ngajakin kamu lunch." Gyan tidak menjawab. Tatapnya bersirobok dengan tatap Resta. Wanita itu masih berdiri di tengah ruangan memperhatikan Amanda. "Aku nggak bisa." "Yaaah, kenapa?" Amanda tampak kecewa sampai alisnya yang melintang itu mengeriting. "Hanya makan siang. Masa nggak mau nemenin?" "I have a meeting." "Memang nggak bisa ditunda? Setelah makan siang. Iya kan Resta?" Amanda menoleh ke belakang meminta pendapat asisten Gyan. Dan itu membuat wanita asal Semarang itu terkesiap dan refleks menatap Gyan dengan bingung. Kode Gyan membuatnya lekas paham. "Iya, Miss. Sebentar lagi Pak Gyan ada meeting penting. Mungkin Miss Amanda bisa reschedule lain kali.""Aku kan udah datang ke sini, masa nggak bisa pending meeting itu bar—" "Nggak ada yang minta kamu datang k
Read more

79. Menahan Kesal

Gyan memandang tak percaya wanita di depannya. Resta benar-benar mengajaknya bercanda. Pasca kejadian Amanda datang ke kantor, sikap wanita itu agak lain. Tiap kali Gyan ingin bermesraan, Resta terlihat enggan. Malah terkesan menghindar. Wanita itu juga terlihat lebih kaku, dan sering menolak permintaan Gyan untuk menginap di apartemen. Awalnya Gyan memaklumi, tapi lama-lama bikin pria itu kesal juga. Terlebih dengan apa yang Resta beri tahu sekarang. Bisa-bisanya wanita itu membuatkannya janji makan siang bersama Amanda. "Aku nggak mau," tolak Gyan membuang muka. "Please, Gy. Satu kali iniii aja." Gyan makin kesal melihat Resta memohon-mohon seperti itu demi wanita yang mungkin bisa merebut kekasihnya. Benar-benar tidak habis mengerti. "Sekali nggak ya, nggak!""Gy...." Resta menunjukkan wajah sedihnya. "Kamu nggak mau menolongku? Tiap hari aku diteror sama dia perkara makan siang ini." "Makanya jangan asal memberi janji." "Iya, aku minta maaf. Lain kali nggak begitu. Tapi kal
Read more

80. Better Now?

Gyan medongak ketika pintu ruangannya dibuka dari luar. Mulutnya yang rapat terbuka saat melihat asistennya masuk. Hampir saja omelannya meluncur ketika dia menyadari wajah Resta yang terlihat muram. "Kamu dari mana saja?" tanya Gyan. "Maaf, Pak. Tadi saya bertemu Joana." Hanya sebentar, Resta lantas segera kembali ke mejanya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Gyan. Dia langsung membuka laptop kembali. "Lain kali kalau mau pergi, tolong bilang dulu. Jadi aku nggak bingung nyari kamu." "Iya, maaf." Dari meja kerjanya Gyan mengawasi wanita itu yang terlihat lain sejak makan siang. Gyan sadar Resta mendiamkannya. Sudah dia duga makan siang bersama Amanda itu bukan ide yang bagus, tapi wanita itu terus memaksanya. Gyan mengetuk-ngetuk pena ke permukaan meja sambil terus mengawasi Resta yang terlihat sibuk. "Aku punya salah?" tanyanya kemudian. "Nggak," sahut Resta singkat tanpa melepas pandangan dari layar laptop. "Tapi kamu sama sekali nggak menatapku. Sudah aku bilang kan makan s
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status