Home / CEO / Jerat Cinta Tuan CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jerat Cinta Tuan CEO: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

CHAPTER 11 – Perlakuan Rakha

Evanna memasuki aparteman Rakha yang ukurannya jauh lebih kecil daripada penthouse yang ditinggalinya bersama Khandra. Interior apartemen ini juga lebih minimalis. Meskipun begitu, Rakha cukup pandai memilih warna, sehingga isi apartemennya tidak terkesan suram seperti milik Khandra.”Apartemenku lebih kecil kan dibandingkan dengan punya Khandra?” tanya Rakha saat Evanna memperhatikan seluruh isi ruangan apartemen miliknya.”Kau punya apartemen bagus begini, tapi tidak kautinggali. Lalu buat apa apartemen ini?” tanya Evanna sambil mengenyakkan tubuhnya ke atas sofa coklat susu.”Dari sini ke kantor lebih dekat. Kalau aku banyak kerjaan, aku lebih memilih tinggal di apartemen ini daripada pulang ke rumah,” jelas Rakha.Rakha berjalan ke arah jendela. Dibukanya tirai lebar-lebar juga pintu kaca yang mengarah ke balkon.”Kau mau minum apa? Kelihatannya masih ada beberapa softdrink di kulkas,” tawar Rakha lagi.Evanna menggelengkan kepalanya. Ia sudah minum cukup banyak waktu di kafe tad
Read more

CHAPTER 12 – Tanda Tanya Besar

”Tante Angela,” sapanya pada wanita ramah itu.Angela tersenyum lebar dan memeluk istri keponakannya itu. Ia melangkah memasuki aparteman yang biasanya seminggu sekali ia sambangi.Angela tampaknya sudah sangat hapal apartemen Khandra. Ia langsung menuju ruang santai dan meletakkan paper bag yang dibawanya ke atas meja yang ada di ujung sofa.”Mumpung aku tidak terlalu sibuk, aku sempatkan mampir ke sini. Minggu kemarin aku luar biasa sibuk, bahkan satu jam sebelum pernikahan kalian ada pasien gawat yang membutuhkan pertolonganku segera. Makanya aku tidak bisa datang waktu kalian menikah,” ucap Angela sambil mengenyakkan tubuhnya ke atas sofa panjang yang didominasi warna dark grey itu.”Tampaknya tak ada perubahan sama sekali dengan apartemen ini. Kau dan Khandra apa tidak berniat mengganti furniture? Sejak lima tahun lalu Khandra menepati apartemen ini, isinya masih sama. warnanya pun terlalu monoton,” lanjut Angela.Evanna hanya tersenyum tipis mendengarnya. Mana berani ia mengubah
Read more

CHAPTER 13 – Sebuah Penjelasan

Khandra sampai ke apartemennya saat malam mulai menjelang. Sesampainya di apartemen, ia melangkah tergesa. Ia membuka pintu kamar Evanna tanpa permisi, lalu menjeblakkan pintunya kasar”Kenapa kau…?” pertanyaan Khandra menggantung di udara saat melihat Evanna tengah tertidur pulas.Khandra membuang napasnya kesal. Ia sudah siap dengan segudang petuah manis untuk istrinya itu. Tapi, saat melihat Evanna tengah tertidur damai, membuatnya tak bisa melanjutkan kata-katanya.Suasana kamar ini tampaknya sudah berubah dengan yang terakhir kali Khandra lihat. Warna krem dan peach mendominasi kamar yang sekarang dipakai Evanna. Warna-warna cerah yang memberikan kesan hangat.”Bangun!” Khandra menepuk bahu Evanna keras.Malam ini ada banyak hal yang harus ia konfirmasi dengan istrinya itu. Khandra bahkan rela melewatkan makan malam dengan ayahnya dan segera terbang pulang.Telepon dari Tante Angela kemarin malam membuatnya kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan tantenya yang memberondongn
Read more

CHAPTER 14 – Mencoba Mengerti

Khandra terdiam. Saat ia mengajukan semua syarat pada Evanna, semuanya terlihat begitu mudah. Tapi saat orang lain tahu, Khandra merasa ia harus menyiapkan banyak alasan yang semakin memojokkan posisinya.”Apa kau takut membuka kembali hatimu karena masa lalumu bersama Maira?” tanya Angela hati-hati.Sejak pertunangan Khandra dengan Maira dibatalkan, keponakannya itu memang menutup dirinya dari perempuan. Ia tak mau lagi memiliki hubungan serius dengan perempuan mana pun.”Jangan mengingatkanku lagi padanya, Tante. Dia sudah bukan siapa-siapa bagiku,” jawab Khandra.”Mengapa tak kaucoba dengan Evanna. Dia sudah sah menjadi istrimu. Kalau tak kaucoba membuka hatimu sekarang, lalu kapan lagi? Apa menunggu sampai ada mujizat baru kau mau membuka hatimu untuk istrimu?” tanya Angela.Khandra terdiam. Sakitnya dikhianati orang yang sangat ia cintai masih ia rasakan sampai saat ini. Apalagi Maira mengkhianatinya dengan Rakha. Benar-benar pukulan telak bagi Khandra.Angela merenung sejenak. E
Read more

CHAPTER 15 – Pertemuan Tak Terduga

Khandra mengumpat dalam hati. Mengapa tahun ini kesialan kerap menghampirinya. Skandal video pribadinya yang tersebar ke seluruh jagad raya. Pernikahan yang tidak ia inginkan dengan Evanna. Dan sekarang Khandra harus bertemu kembali dengan seorang yang paling tidak ingin ia jumpai lagi seumur hidup.”Khandra!”Perempuan tinggi semampai dengan wajah ayu itu melepaskan tangannya dari lengan laki-laki yang menggandenganya dengan gugup. Ada tatapan terkejut dan gugup dalam sorot matanya pada saat yang bersamaan.”Ada apa?” tanya Evanna yang berhasil membuat Khandra mengendalikan dirinya kembali.“Oh, Sayang, kemarilah!” panggil Khandra pada Evanna dengan senyum tipis dan suara lembutnya.Mata Evanna membola saat memandang suaminya. Entah kesurupan jin mana Khandra malam itu sampai memanggilnya dengan kata sayang. Suaranya juga demikian lembutnya membuat Evanna terbuai sesaat.Lebih mengejutkan lagi saat Khandra menggamit pinggangnya dan menariknya mendekat. Suaminya itu mengeratkan peluka
Read more

CHAPTER 16 – Masa Lalu

”Kita bisa berpisah. Kau akan bebas, begitu pula dengan aku.”Khandra mengerem mobilnya dengan mendadak. Ia tak peduli umpatan dan klakson yang dibunyikan keras-keras oleh pengemudi lain yang ada di belakangnya. Baginya apa yang diucapkan Evanna padanya barusan sangat menjengkelkan dan membuatnya naik darah.”Apa yang kaulakukan? Kita ada di tengah jalan!” teriak Evanna panik.”Kaukira kau siapa bisa meminta pisah dariku seenaknya!” teriak Khandra tak kalah keras.Khandra meraih dagu Evanna dan menariknya mendekat supaya Evanna bisa melihat kemarahan yang terpancar jelas dari raut wajahnya.”Aku yang akan memutuskan kapan kita berpisah. Kita tak bisa bercerai hanya karena kau memintanya. Ingat surat perjanjian itu dan hapalkan baik-baik dalam otak bodohmu itu!” sembur Khandra yang semakin terbakar emosi.Evanna bergidik ngeri melihat reaksi Khandra yang sangat berlebihan itu. Ia tak mengira suaminya itu akan begitu murka dengan permintaannya barusan. Evanna menyesal telah mengatakanny
Read more

CHAPTER 17 – Obsesi Maira

Pagi itu, Maira tengah duduk di lobi Imperium Royal Apartement. Tiga tahun lalu, hampir tiap hari ia menginap di sini. Maira sudah merasa apartemen ini seperti rumahnya sendiri. Ia bebas keluar masuk apartemen Khandra yang terletak di lantai paling atas.Khandra masih tinggal di apartemen ini. Namun, sayangnya Maira tak memiliki akses untuk memasuki apartemennya. Hanya beberapa orang yang diizinkan Khandra naik sampai ke apartemennya.Maira hanya bisa menunggu di lobi. Ia menolak saat front office apartemen menawarinya untuk menghubungi Khandra. Maira yakin ia akan diusir keluar secara paksa dari sini kalau sampai Khandra tahu.Terakhir kali Maira nekad memasuki apartemen untuk bertemu Khandra, ia diseret keluar secara tidak manusiawi oleh security. Khandra benar-benar tak mau bertemu dengannya apa pun alasannya.”Oh, hai, kita bertemu lagi!” seru Maira saat melihat seorang perempuan dengan rambut sepinggang berjalan melewatinya menuju lift.”Maira?” tanya Evanna tak percaya.”Kebetul
Read more

CHAPTER 18 – Peringatan untuk Maira

Dua sosok misterius berpakaian serba hitam itu tidak menjawab. Mereka hanya terus menatap Maira dengan sorot mata tajam, seakan tengah mengamati serta mengkalkulasi sesuatu dalam diri Maira. Membuat bulu kuduk Maira meremang.Secara spontan Maira melangkah mundur, mencoba mencari perlindungan dengan mendekat menuju ke pintu lobi apartemen. Namun, belum sempat Maira melakukan niatnya, sebuah blind van hitam sudah lebih dulu bergerak cepat ke arahnya dari belakang.Seseorang menarik tubuh Maira hingga masuk ke dalam van. Dua orang yang ada di pelataran tadi juga ikut masuk ke dalamnya.Sang sopir dengan secepat kilat melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Maira meronta, namun satu pukulan di tengkuknya membuatnya kehilangan kesadaran.Entah berapa lama Maira pingsan. Saat tersadar ia ada di sebuah ruangan yang tak begitu luas. Maira terbaring di lantai yang dingin. Tangan dan kakinya yang terikat membuat Maira tak bisa bergerak. Mulutnya yang disumpal membuatnya tak bisa berteriak.
Read more

CHAPTER 19 – Pekerjaan untuk Evanna

Evanna melihat kembali alamat yang diberikan Rakha padanya. Memang benar ini tempatnya. Namun, gedung dua lantai itu terlihat sangat sepi. Seperti tak terlihat ada tanda-tanda kehidupan. Evanna hendak menghubungi Rakha kembali, saat seorang satpam menghampirinya.”Cari siapa, Mbak?” tanya satpam bertubuh kurus itu pada Evanna.”Saya ada janji bertemu dengan Pak Laban,” jawab Evanna.Satpam itu memperhatikan Evanna dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Meskipun sederhana, tapi wanita di depannya itu terlihat cantik dengan kulit putih dan pipi kemerahan.”Oh, janji ketemu dengan Pak Laban. Beliau ada di kantornya. Mari saya antar,” tawar satpam itu ramah.Evanna berjalan mengikuti langkah satpam itu. Dari luar bangunan itu memang terlihat sepi, tapi saat masuk ke dalam, Evanna baru melihat beberapa mobil yang diparkir. Saat memasuki bagian dalam bangunan, Evanna baru tahu kalau di dalamnya cukup ramai.Satpam itu naik ke lantai dua. Terdapat beberapa lorong panjang dengan ruangan yang
Read more

CHAPTER 20 – Siasat

”Kenapa begitu?” tanya Evanna tak mengerti.”Pak Calix itu sangat suka barang bagus. Kalau nggak cantik nggak mungkin akan didekati. Nggak semua karyawan perempuan di sini yang diajak makan siang bersama. Setahuku waktu Mbak Shana pertama kali bekerja di sini juga begitu. Sering diajak makan bareng. Tapi, sekarang tampaknya tidak lagi,” jelas Marwan.”Mungkin karena aku karyawan baru. Hanya untuk sekadar beramah tamah. Dengan Shana pun mungkin juga begitu hanya sekadar keramahan atasan pada bawahannya,” kilah Evanna lagi.”Hmm…tampaknya nggak begitu deh, Mbak,” bantah Marwan yang tampaknya senang sekali bergosip itu.”Udahlah, nggak perlu dipermasalahkan. Hak sepele saja, kok,” tukas Evanna mengakhiri Marwan yang hendak membuka mulutnya lagi.Evanna berjalan menuju meja kerjanya. Sudah ada setumpuk berkas yang tersusun rapi di atas mejanya. Ia menyalakan komputer dan memulai pekerjaannya.Marwan mengangkat bahu melihat Evanna yang sepertinya tidak terlalu tertarik dengan gosip tentang
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status