218). Permintaan Menjemput
***"Makasih udah mau jenguk Om ya, Ra.""Sama-sama, Om. Kaya sama siapa aja."Hampir setengah jam, berada di ruangan rawat Gilang, Aludra akhirnya berpamitan karena memang waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang dan itu berarti dia harus segera ke kantor untuk mengantar makan siang."Bilangin ke Papa kamu, maaf belum bisa jenguk Lula.""Iya enggak apa-apa, Om. Doain aja semoga Kak Lula cepet sembuh," ucap Aludra."Jangan dulu," celetuk Damar yang kini duduk di ujung ranjang."Jangan dulu apa?" tanya Aludra."Jangan dulu sembuh," ucap Damar. "Alula ngerepotin kalau sembuh. Kamu sama Arka bersatu dulu, baru Alula sembuh."Aludra mendelik. "Kamu jahat ih!""Mau Papa lempar pake botol, kamu?" tanya Gilang. "Kalau ngomong suka sembarangan.""Kan emang kenyataannya gitu, Pa. Papa enggak tau sih, seberapa nyebelinnya Alula," ucap Damar."Lempar aja, Ra. Heran, punya anak kaya gitu banget," ujar Gilang."Jangan dilempar juga, Om. Rara sayang Damar," ucap Aludra. "Kalau Damar dilempar, na
Baca selengkapnya