"Sebenarnya saya takut, Bu, bertemu Bapak lagi." Kala bicara pada Anna akhirnya. Kejadian malam itu cukup membuatnya gemetar menghadapi sang tuan. Pagi di hari Senin ini, wanita paruh baya itu sudah duduk di meja makan. Sementara sang nona muda serta majikannya belum menampakkan diri.Anna hanya tertawa pelan. "Aria enggak marah, Nak. Toh, kamu sudah beri alasannya. Sekarang justru lebih bagus, Aria pasti enggak tinggal diam dengan kejadian ini." Dilihatnya si pengasuh sang cucu mengangguk pelan."Aria enggak pecat kamu, toh?"Kala mau tidak mau tersenyum. "Kalau saya dipecat, saya sudah enggak di dapur rumah ini lagi, kan, Bu?"Jawaban itu membuat Anna terkekeh. "Kami butuh kamu, Kala."Sudut bibir Kala tertarik sudah. Kali ini bukan jenis senyum canggung ketika berhadapan dengan majikannya, tapi senyum terharu karena penerimaan Anna sebagai nyonya besar yang demikian baik terhadapnya.Akan tetapi, khawatir yang tiba-tiba hadi
Baca selengkapnya