Home / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Pendekar Tanpa Wajah: Chapter 251 - Chapter 260

498 Chapters

251 - Buaya Roh Aneh

“Aku … aku tak boleh ketahuan!” Bukannya pergi, Yao Chen justru ingin tetap di sana. Dia segera menggunakan teknik untuk menghilangkan auranya.Saat ini, Putri Ketujuh benar-benar tidak sadar ada Yao Chen di dekatnya. Air sungai berkilau memantulkan cahaya hangat mentai di pagi itu, menciptakan pemandangan yang memukau ketika pantulan sinar itu menimbulkan efek kemilau bagaikan sungai dipenuhi oleh berlian.Putri Ketujuh, dengan gerakan anggun, mulai mengusap tubuhnya menggunakan air sungai yang sangat jernih. Rambutnya yang hitam panjang tergerai, berkilau basah terkena air. Kulitnya putih bersih bagaikan pualam terindah tampak bersinar lembut di bawah cahaya pagi.Wajahnya yang biasanya dingin kini tampak tenang dan damai. Matanya yang tajam sesekali akan terpejam sembari tersenyum saat dia menikmati kesegaran air sungai. Fitur wajahnya yang sempurna—hidung kecil mancung, bibir merah alami, dan tulang pipi yang tinggi—membuatnya terlihat bagai lukisan hidup.‘Ya ampun, apakah yang
Read more

252 - Monster Air

“Buaya sialan! Kenapa kau memiliki lidah seperti kadal? Beracun pula!” rutuk Yao Chen sambil menatap geram ke buaya raksasa yang kian mendekat ke arah dia dan Putri Ketujuh.Yao Chen masih bisa bertahan dan tidak pingsan seperti Putri Ketujuh. Berkat kekuatan dari pusaka Tasbih Semesta yang tersimpan di dalam tubuhnya, ia mampu menahan efek racun dari lilitan lidah buaya roh raksasa.Namun, situasinya tetap berbahaya karena ia harus berjuang melawan arus sungai yang tiba-tiba saja menguat sambil berusaha membebaskan diri dan menyelamatkan Putri Ketujuh yang tak sadarkan diri.“Tuan Putri! Tuan Putri!” Yao Chen menampar pelan pipi Putri Ketujuh, tak ada respon.Yao Chen menyadari bahwa waktu semakin menipis. Dia harus segera menemukan cara untuk melepaskan diri dari lilitan lidah buaya dan membawa Putri Ketujuh ke tempat yang aman sebelum terlambat.Yao Chen dengan cepat menilai situasi, memutuskan untuk menggunakan kekuatannya. Dimulai dengan elemen angin, menciptakan pusaran udara di
Read more

253 - Mendapatkan Elemen Air

Menyadari perbedaan kekuatan yang sangat besar antara dirinya sebagai kultivator Tingkat 5 dan monster air yang setara dengan Tingkat 12, Yao Chen tahu bahwa pertarungan langsung bukanlah pilihan. Ia harus menggunakan kecerdikan dan memanfaatkan setiap keuntungan yang ada.Dengan tekad kuat, Yao Chen memutuskan untuk mengambil risiko menuju gua misterius. Dia memercayakan semua pada Tasbih Semesta, memohon kekuatan terakhir. Sebuah lapisan tipis energi keemasan menyelimuti tubuhnya dan Putri Ketujuh.Tepat saat ceruk mulai runtuh, Yao Chen melompat ke air dengan Putri Ketujuh dalam pelukan eratnya. Monster air yang tidak menyangka gerakan nekat ini, terkejut sesaat.Memanfaatkan momen itu, Yao Chen menggunakan kombinasi elemen angin dan petir untuk menciptakan semacam 'peluru air' yang melesat cepat melalui arus. Kecepatan ini membuat monster air kesulitan menangkap mereka.“Rasakan itu!” Yao Chen puas, tapi dia masih harus melarikan diri.Sayang sekali, keuntungan itu tidak bertahan
Read more

254 - Bahaya Lain Datang Mendekat

Yao Chen terhuyung-huyung di dalam gua, tubuhnya gemetar hebat akibat racun dan kelelahan ekstrem. Dia memandang bergantian antara mulut gua dan tanaman herbal bercahaya di ujung gua. Waktunya semakin menipis.“Ayo, putuskan! Putuskan mana yang lebih penting!” desisnya di sela-sela kesadaran yang tinggal sekian persen.Setelah pertimbangan singkat namun intens, Yao Chen memutuskan untuk menggunakan sisa kekuatannya untuk mengolah tanaman herbal. Dia berpikir bahwa tanpa penawar racun, mereka tidak akan bertahan lama meskipun terlindungi.Dengan tangan gemetar, dia meraih tanaman herbal itu. Menggunakan teknik kultivasi alkimianya, dia mulai memurnikan esensi tanaman tersebut. Proses ini membutuhkan konsentrasi luar biasa, sementara kesadarannya semakin menipis.“Jangan pingsan dulu … jangan pingsan dulu! Aku harus mendapatkan pilnya!” Yao Chen meneguhkan tekad sambil terus memurnikan tanaman herbal. “Tapi … sepertinya ini tak bisa sampai di tahap pil!”Karena memurnikan pil membutuhka
Read more

255 - Kemunculan Harimau Roh

Yao Chen berdiri tegak, pedang merah di tangan kanan dan cambuk di tangan kiri. Meskipun tubuhnya belum sepenuhnya pulih, genggamannya pada kedua senjata itu mantap dan penuh tekad.‘Aku harus terus kuat! Tak boleh melemah!’ tekadnya dalam hati. Bayangan di mulut gua semakin jelas. Lalu, seekor harimau roh berukuran besar dengan bulu hitam legam dan mata merah menyala perlahan melangkah masuk. Auranya menunjukkan bahwa ini adalah hewan roh tingkat tinggi.‘Dia setara dengan kultivator Tingkat 8 atau 9.’ Yao Chen menilai begitu dia bisa mendeteksi aura pihak lain.Yao Chen menelan ludah. Meskipun tidak sekuat monster air sebelumnya, harimau roh ini tetap merupakan ancaman serius dalam kondisinya saat ini."Tuan Putri, bisakah Anda bergerak?" bisik Yao Chen tanpa mengalihkan pandangannya dari harimau roh. "Sedikit," jawab Putri Ketujuh lemah seraya berusaha duduk.Harimau roh itu menggeram rendah, matanya bergantian menatap Yao Chen dan Putri Ketujuh, seolah menilai mana yang menjadi
Read more

256 - Elemen Baru: Tanah

Saat situasi semakin genting, Putri Ketujuh tiba-tiba teringat akan kemampuan elemen angin yang telah dia kuasai. Dengan tekad baru, dia berdiri tegak, menggenggam Kipas Bulan Perak dengan kedua tangan."Yao Chen, fokus saja pada stalaktit itu! Aku akan menangani duri-durinya!" seru Putri Ketujuh dengan suara penuh determinasi.Putri Ketujuh mulai mengayunkan kipasnya dengan gerakan rumit. Udara di sekitar mereka berputar, membentuk pusaran angin kecil yang semakin lama semakin besar.Saat harimau roh kembali menembakkan rentetan duri beracun, Putri Ketujuh mengarahkan pusaran anginnya ke depan. Duri-duri itu tertangkap dalam arus angin, berputar-putar tak terkendali sebelum berbalik arah."Kembali pada pemilikmu!" teriak Putri Ketujuh, mengirim duri-duri itu kembali ke arah harimau roh.Harimau roh mengaum kesakitan saat duri-durinya sendiri menancap di tubuhnya. Namun, makhluk itu masih belum menyerah, terus menembakkan duri-duri baru.Sementara itu, Yao Chen, terbebas dari ancaman
Read more

257 - Pengancaman

“Ayo kita pergi dari sini!” Putri Ketujuh memimpin jalan keluar dari gua tersebut.Mereka mulai melangkah, dipandu oleh cahaya lembut yang terpancar dari cermin bagua. Selama perjalanan, Yao Chen tak henti-hentinya mengamati tanaman-tanaman unik yang tumbuh di sekitar mereka."Bunga Embun Surga!" seru Yao Chen antusias. Matanya berbinar melihat sebuah bunga berwarna biru keperakan. "Tanaman ini sangat langka di dunia luar. Bolehkah saya mengambilnya?"Putri Ketujuh menoleh sejenak dengan tatapan acuh tak acuh. “Ambil sebanyak yang kau bisa. Tanaman-tanaman di sini pasti memiliki khasiat luar biasa di dunia luar."Maka, sepanjang perjalanan, Yao Chen dengan teliti memetik berbagai jenis tanaman herbal langka. Dia menemukan Akar Naga Merah yang konon bisa meningkatkan kultivasi, Daun Perak Abadi yang mampu menyembuhkan luka dalam sekejap, dan bahkan segenggam benih Pohon Kehidupan yang sangat jarang ditemukan di dunia luar.‘Aku kaya! Sebentar lagi aku pasti kaya!’ pekik Yao Chen di ha
Read more

258 - Menemukan Jalan Keluar

“Tentu saja, Tuan Putri.” Yao Chen mengangguk paham.Dia bergegas maju dan mulai bertarung melawan monster air. Namun, dia tidak ingin terlalu dirugikan.“Tuan Putri, tolong tundukkan dia agar saya bisa lebih mudah menindasnya sebelum nanti Anda eksekusi!” seru Yao Chen sambil menggempur monster air menggunakan elemen api dan petir.Dia berlagak lemah, tak ingin menguras semua energinya untuk melawan satu makhluk saja.“Huh! Bukankah kau sudah punya banyak kekuatan elemen? Gunakan saja itu!” Putri Ketujuh menyahut dengan menyelipkan sindiran.Wanita itu berdiri jumawa dengan anggunnya, menatap Yao Chen yang seperti kewalahan menghadapi monster air.“Tapi, Tuan Putri. Kalau aku menguras tenagaku hanya untuk satu makhluk ini saja, bagaimana nanti aku bisa membantu Anda menindas hewan roh berelemen lainnya? Bagaimana aku bisa memetik herbal untuk Anda?” Yao Chen juga tak kurang akal untuk memaksa secara halus. “Terlebih, saya adalah pengawal Anda di sini.”Putri Ketujuh mengerucutkan bib
Read more

259 - Terdampar Terlalu Jauh

Sepertinya Putri Ketujuh juga memiliki ketakutan yang sama seperti Yao Chen. Akan sangat berbahaya jika dia malah mendarat di kerajaan musuh."Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, Tuan Putri," jawab Yao Chen. "Kita harus melaluinya. Tolong pegang tangan saya agar kita tidak terpisah."Putri Ketujuh menatap ke tangan Yao Chen, pipinya mulai merona ketika dia mengulang ucapan terakhir Yao Chen di benaknya.Mau tak mau, dia meraih tangan itu meski harus menahan malu karena teringat dia berulang kali tampil tanpa busana di depan pemuda itu. Bahkan kata Yao Chen, dia mencium pemuda itu sangat agresif ketika sedang dalam pengaruh buah keemasan.“Awas kalau sampai terlepas atau aku akan memenggal kepalamu jika aku tersesat di tempat yang berbahaya!” Putri Ketujuh berusaha menyampaikan kecemasannya dengan membalutnya menggunakan ancaman.Yao Chen menahan geli ketika menyaksikan wajah merona Putri Ketujuh ketika mengatakan kalimat itu.“Jangan khawatir, Tuan Putri. Saya pasti akan menggeng
Read more

260 - Adipati Tan Ming dan Putranya dari Kota Teras Emas

“Ada yang mendekat!” Yao Chen segera waspada dan berdiri di depan Putri Ketujuh sambil bersiap bertarung.Di depan mereka, ada rombongan kereta hewan roh yang jelas mengarah ke mereka yang hendak melajukan perahu terbang.“Tunggu, Yao Chen.” Putri Ketujuh menyentuh lengan Yao Chen agar pemuda itu menurunkan kewaspadaaannya. “Aku mengenali lambang di bendera itu. Simpan perahumu.”Karena Putri Ketujuh sudah mengatakan demikian, maka Yao Chen menyimpan perahu terbangnya sembari menunggu rombongan itu mendekat.Kemudian, seorang pria bertubuh gemuk berpakaian mewah keluar dari kereta mewah disusul pemuda dengan penampilan ala Li Yaren. Mereka tergesa-gesa menghampiri Yao Chen dan Putri Ketujuh. Kedua pria itu membungkuk dalam-dalam begitu berhadapan dengan Putri Ketujuh."Yang Mulia Putri Ketujuh! Hamba Adipati Tan Ming, dan ini putra bungsu hamba, Tan Heng. Kami bergegas ke gurun ini dan sungguh bersyukur dapat menemukan Anda dengan selamat," ujar pria itu dengan penuh hormat.“Tan Heng
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
50
DMCA.com Protection Status