Semua Bab Balasan Untuk Suami dan Adik Madu: Bab 41 - Bab 50

94 Bab

Bab 41 Mendengar

"Ti-tidak perlu mbak. Aku percaya padamu. Aku akan pergi sekarang juga dari sini." Jawab Sarah lalu segera mengendarai motornya. Syukurlah jika dia mau percaya. Aku tidak perlu membawanya ke kantor notaris.Aku menghela nafas lega melihat kepergian Sarah. Satu masalah telah selesai. Perasaan marah untuk Mas Harun kembali muncul ke permukaan. Pasti dia yang sudah membual di depan keluarga Paklek Dar tentang kepemilikan toko ini. Karena tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Pasti ada penyebab kenapa Sarah bisa mengklaim toko ini sebagai milik Mas Harun. Kaki ini melangkah masuk ke dalam toko. Terus berjalan menuju gudang. Mengambil alih pekerjaan dari tangan Lala untuk mengawasi stok barang masuk. Sekaligus memeriksa barang retur yang di kembalikan oleh pembeli dengan klaim adanya kerusakan."Kamu jaga di depan aja La. Pastikan tidak ada orang yang membuat keributan seperti tadi." Perintahku pada Lala. Ia menganggukan kepala."Baik mbak." Jawabnya lalu berjalan ke depan. Pekerjaan
Baca selengkapnya

Bab 42 Sertifikat Sawah

POV HarunSejak mengetahui jika Pak Dar adalah pelaku yang sudah mengirim guna-guna pada Alana dan Syifa, perasaanku terhadap Raya jadi hambar. Teganya mereka melakukan ini padaku setelah semua uang yang kuberi selama ini. Seharusnya aku bisa menggunakan uang itu pada Ibu dan Rani. Kebutuhan mereka jauh lebih penting. Agar aku Ibu dan Rani tidak perlu meminta uang lagi pada Wulan. Toh Wulan tidak akan merasa keberatan jika aku menghabiskan lebih banyak uang untuk keluargaku sendiri. Tapi, hanya karena kebodohanku membuat uang yang diam-diam aku kumpulkan hilang sia-sia di tangan keluarga Raya yang serakah.Selama aku berada di rumah Raya, Wulan terus mencari bukti dari kamera CCTV di tempat lain. Wulan juga tidak memberi tahu tentang rencananya ini. Dia langsung memberikan bukti uitu di hadapan ketiga Pakleknya membuatku merasa seperti orang bodoh. Belum lagi dengan Paklek Man yang memergoki aku sedang bersama Raya di rumah kontrakan kami. Membuat diri ini di pandang semakin rendah ol
Baca selengkapnya

Bab 43 Kredit

Walaupun hari ini masih jatahku bersama Wulan dan anak-anak, namun aku tetap pergi ke rumah Bu May atas seijin Wulan. Karena hari ini rencananya aku akan mengurus kredit di bank dengan sertifikat sawah sebagai jaminannya. Prosesnya mungkin akan lebih rumit mengingat bank punya standar sendiri dalam menentukan jaminan yang di gunakan untuk kredit. Tapi, itu lebih baik daripada meminjam uang ke rentenir yang pasti akan di tagih oleh preman. Seperti Ibu dulu. Isrtri pertamaku mengijinkan aku membawa mobilnya. Itupun juga karena aku harus mengantar anak-anak ke sekolah mereka, mengurus sedikit pekerjaan lalu ijin ke bos, baru bisa pergi ke kota sebelah. Wulan memintaku untuk tidak memberi tahu kepergianku pada anak-anak agar mereka tidak kecewa. Alana yang sudah mengerti banyak hal pasti akan protes saat mengetahui hal ini. Begitu juga dengan Syifa yang akan banyak memberikan pertanyaan kritis.Aku menatap kotak bekal besar yang di bawakan oleh Wulan. Ada rasa senang sekaligus heran. Ken
Baca selengkapnya

Bab 44 Bersama Raya

Sesampainya di rumah Bu May ternyata mereka sudah berinisiatif untuk menyediakan kamar kedua adik Raya sebagai kamar untuk Ibu. Adik-adik Raya yang bernama Bagus dan Gilang tampak bersungut sebal saat mereka tidak melihatku. Padahal sebelumnya aku sudah berbasa-basi untuk mengambil kamar mereka demi Ibu. Baik Bagus dan Gilang mengatakan jika mereka sama sekali tidak keberatan menyerahkan kamar pada Ibu. Ternyata lain di mulut, lain pula di hati.Mana berani mereka protes saat dulu akulah yang memenuhi kebutuhan mereka semua. Membayar hutang yang menumpuk tinggi. Hingga Raya dan kedua adiknya bisa menikmati hasil kerja kerasku. Walaupun aku tidak bisa membayar lunas semua hutang. Setidaknya aku menggunakan uang bonus yang cukup besar serta penghasilan dari saham untuk keluarga Raya. Keputusan di masa lalu yang benar-benar sudah kusesali. Namun, menengok ke belakang juga percuma. Karena aku harus menyelesaikan semua masalah yang sudah kubuat agar hubunganku dan Wulan bisa kembali sepert
Baca selengkapnya

Bab 45 Melihat

Karena jatah Mas Harun sedang di rumahku, anak-anak mengajak pergi ke kebun binatang untuk liburan bersama. Liburan yang sudah lama tidak kami lakukan karena kesibukan Mas Harun bekerja di kantor dan mungkin membagi waktunya untuk memadu kasih dengan Raya. Mengingat hal itu membuatku kesal sendiri. Aku tidak boleh mengacaukan keinginan anak-anak dengan terlihat bersungut sebal. Aku harus bahagia bersama keluarga kecilku. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Dengan semangat Alana membantuku menyiapkan bekal yang akan kami bawa untuk pikinik di taman dekat kebun binatang. Setelah lelah berkeliling biasanya anak-anak akan minta istirahat sambil makan atau minum. Kami benar-benar memanfaatkan quality time ini dengan baik. Anak-anak sangat senang karena kami berempat menghabiskan waktu bersama lagi.Ibu dan Bude Yah memilih untuk tinggal di rumah. Tidak mau menemani kami karena lebih memilih tidur sambil menonton TV. Mengingat kami akan berkeliling kebun binatang. Pasti cukup payah bagi
Baca selengkapnya

Bab 46 Hamil

Aku mengabaikan percakapan mereka lalu berjalan menuju taman. Tidak ada gunanya melabrak karena aku hanya orang luar. Jika aku mau ikut campur itupun untuk mendorong Desi menjadi wanita yang lebih mandiri agar bisa siap berpisah dari Mas Ardi. Mas Harun dan anak-anak sudah menungguku. Bekal yang sudah tersedia habis dalam sekejap. Anak-anak juga sudah kenyang setelah makan dan beristirahat. Kami baru pergi dari taman itu saat adzan dhuhur berkumandang. Masuk ke musola terdekat untuk menunaikan sholat lalu melanjutkan perjalanan menuju salah satu restoran cepat saji sesuai dengan permintaan Syifa. Sore harinya kami baru bisa pulang ke rumah karena anak-anak tadi minta jalan-jalan ke tempat lain. Sekalian beli oleh-oleh untuk Ibu dan Bude Yah.Begitu mobil berhenti di halaman rumah, kami semua langsung turun. Anak-anak sudah naik ke lantai dua. Mas Harun juga sudah masuk ke dalam kamar kami. Hanya menyisakan aku sendiri di dapur untuk mencuci peralatan makan yang tadi kami gunakan. Tubu
Baca selengkapnya

Bab 47 Tinggal Bersama

Pov HarunBerita kehamilan Raya sudah sampai pada Wulan dan Ibu. Sama seperti Wulan, Ibu juga tidak terlihat senang. Padahal dulu Ibu sangat menantikan cucu laki-laki dari Raya. Aku yang penasaran bertanya apa alasannya. Karena perubahan sikap Ibu pada Raya benar-benar drastis."Mana mau Ibu punya cucu darinya. Dia sudah bekerja sama dengan Bapaknya menggunakan ilmu hitam. Pasti tulahnya akan terus menurun ke generasi selanjutnya. Sangat menyeramkan sekali." Jawab Ibu yang membuatku merasa sangat heran. Bagaimana bisa Ibu punya pemikiran seperti itu? Bukannya mendoakan hal yang baik justru mengatakan hal yang buruk. Namun, perkataan Ibu seperti pernah aku dengar di masa lalu. Rasanya seperti deja vu."Ibu aneh-aneh saja. Mana ada yang seperti itu?" Bantahku takut. Karena bagaimanapun juga yang ada dalam kandungan Raya adalah darah dagingku."Ibu nggak aneh. Kamu baru pertama kali melihat orang yang mengirim guna-guna. Tapi, Ibu sudah melihatnya sejak kecil. Kakaknya Kakungmu dulu juga
Baca selengkapnya

Bab 48 Anak Siapa?

Aku dan Raya sedang dalam perjalanan pulang menggunakan motor dari rumah bidan. Sejak tadi aku memilih diam setelah keluar dari rumah dokter. Perkataan Raya jelas sama sekali tidak masuk akal. Tidak mungkin dia bisa lupa dengan siklus haid dengan alasan sibuk. Mana mungkin setiap wanita bisa melupakannya karena hal itu adalah siklus bulanan. Hanya ada satu alasan masuk akal kenapa aku baru tahu usia kehamilam Raya yang menginjak delapan minggu. Itu artinya Raya sengaja memintaku menikahinya karena dia sudah hamil. Bukan karena rasa cinta yang menggebu-gebu. Seperti yang ia kira dulu.Sesampainya di depan rumah kontrakan, Raya sudah turun dari motorku. Dia menyalami tangan ini yang terulur padanya dengan senyum sumringah. Tangannya tidak berhenti mengusap perutnya yang sedang mengandung."Jangan terlalu lelah. Karena Ibumu sudah tinggal bersama kita minta beliau untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Aku berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamutku padanya."Waalikumsalam."Motor ini
Baca selengkapnya

Bab 49 Acara

Pov Wulan Aku mematut diri di depan cermin sambil memasang jilbab segi empat yang akan aku pakai untuk acara yasinan nanti. Padu padan pakaian yang aku pakai tampak bagus sekali. Gamis batik berwarna biru dongker dengan pita di bagian perut. Serta kerudung berwarna senada yang menutup kepala. Hatiku terasa lebih tentram saat melihat pantulan diri yang tertangkap di cermin. Dengan berbagai permasalahan yang melanda akhir-akhir ini membuatku ingin mengubah diri menjadi orang yang lebih baik lagi. Mungkin kini aku harus mulai berhijab. Mulai mendekatkan diri pada yang maha kuasa. Agar aku bisa lebih kuat lagi menjadi penopang untuk diri sendiri dan anak-anak. Setelah selesai mematut diri di depan cermin yang tertempel di lemari, aku mengambil hp lalu memasukan ke dalam dompet besar yang biasan kupegang dengan tangan. Anak-anak sudah tahu jika aku akan pergi ke acara yasinan hari ini. Jadi, mereka memilih untuk bersantai di lantai dua. Seperti biasa aku menitipkan anak-anak pada Bude Yah
Baca selengkapnya

Bab 50 Bukti Kuat

Desi terdiam. Tiba-tiba saja air mata sudah mengalir di pipinya. Aku memberikan tisu padanya agar bisa menyeka air mata. Tidak lupa dengan tangan yang menepuk punggungnya beberapa kali. Biasanya kami akan saling memeluk jika ada yang kesusahan. Seperti yang teman-temanku lakukan saat aku menceritakan tentang poligami yang di lakukan Mas Harun. Tapi, kami sekarang berada di tengah keramaian. Aku hanya bisa memberikan dukungan lewat tepukan di punggung. Tidak ingin menarik perhatian pengunjung lebih jauh lagi. Karena mungkin saja Desi juga tidak mau masalahnya di ketahui oleh publik.Sepuluh menit kemudian tangisan Desi sudah berhenti. Aku memesan dua minuman lagi untuk kami. Setelah pelayan pergi Desi baru menatapku dengan matanya yang masih basah dan merah. “Jika yang kamu maksud adalah perselingkuhan Mas Ardi, aku sudah tahu Lan.” Kata Desi yang sekarang sudah tampak lebih tegar. Walaupun suaranya masih terdengar bergetar.“Bahkan perselingkuhan Mas Ardi lebih lama dari perselingkuha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status