Beranda / Romansa / Aku Masih Perawan / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Aku Masih Perawan: Bab 101 - Bab 110

220 Bab

Chapter 102

Clara melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion. Sementara William sudah melajukan mobilnya kembali dan pergi dari sana. Clara melangkah menaiki tangga dan menuju lantai dua, dia pergi menuju kamarnya. Kini waktu sudah menunjukan pukul satu siang, artinya sebentar lagi Aland akan pulang untuk makan siang.Dia membuka kamar dengan tergesa, menutup kembali dan menguncinya rapat. Clara dapat bernafas lega, setidaknya siang ini dia akan berada di dalam kamar untuk mencari alasan agar dia tidak bisa makan siang bersama Aland. Dia belum siap bertemu dengannya.“Kau sudah kembali?” tanya seseorang, membuat Clara terkesiap sekaligus tertegun.Clara menurunkan pandangannya. “Tidak ada,” jawabnya singkat kemudian berlalu pergi dari sana. Dia melangkah dengan cepat menuju kamar mandi, dan mengunci diri di sana.Aland menatapnya dengan heran. Dia baru saja kembali dari perusahaan, dan menunggu Clara di kamar untuk makan siang bersama. Tapi istrinya itu malah mengabaikannya, dan bertingkah sanga
Baca selengkapnya

Chapter 103

Jessie tengah berada di sebuah restaurant bersama dengan seorang wanita cantik yang tak lain adalah salah satu karyawan di perusahaan besar. Hari ini, sudah ada tiga orang yang dia temui. Mereka semua menawarkan pekerjaan kepadanya. Dengan latar belakang, serta pendidikan yang tinggi, Ia tidak kesulitan mencari pekerjaan. Justru sebaliknya, pekerjaan itu sendiri yang menghampirinya.“Aku akan memikirkannya.” Jessie mengulurkan sebelah tangannya ke arah wanita tersebut.“Terima kasih atas waktumu.”Jessie tersenyum untuk membalasnya. Setelah itu, wanita tersebut pergi. Jessie dapat bernapas lega. Sebenarnya, pekerjaan yang mereka tawarkan sangat bagus. Jabatan tinggi serta gajih yang memuaskan. Tapi Jessie belum ingin memutuskanya. Dia masih ingin memiliki kehidupan yang bebas.“Nona.”Sekitar empat orang pria berpakaian jas rapih mengelilingi mejanya. Jessie langsung beranjak, menatap mereka dengan heran. “Nona, ikutlah dengan kami.”“Aku tidak mengenal kalian, menyingkir!” Jessie he
Baca selengkapnya

Chapter 104

Jessie benar-benar tidak menyangka jika William akan berani menamparnya. Padahal selama ini, dia selalu mengasihi dan mencintainya sepenuh hati. Mempercayainya untuk selalu menjaga serta merawat dirinya. Tapi hari ini, tanpa alasan yang jelas dia berani melayangkan sebuah tamparan pada wajahnya. Bekas tamparan itu memang sakit, tapi tidak sesakit hati dan perasaanya.“Kau menamparku?” lirihnya bertanya. Genangan air mata sudah memenuhi pelupuk matanya.Tiba-tiba William mengenggam pergelangan tangannya dengan kasar, membuat waniita cantik itu meringis kesakitan. Di tambah rasa sakit dari luka memar ketika tali yang mengikat dia sebelumnya. William menatapnya tajam, sebelum akhirnya dia menarik Jessie dan membawanya keluar dari kamar.William membawa Jessie ke dalam ruang kerjanya. Dia menghempaskan genggaman itu ketika mereka tepat di depan meja kerja. William menatapnya tajam, dan jemarinya menunjuk ke arah meja.“Lihat itu!” pekiknya lantang.Diiringi kilatan petir yang menyambar p
Baca selengkapnya

Chapter 105

Clara harus melakukan semua tindakannya tanpa sepengetahuan Aland. Agar Aland tidak menyadari jika Clara tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Clara tengah berpikir. Semua orang di dalam mansion, seperti para pelayan dan juga supir selalu dalam genggaman Aland. Clara tidak bisa bernegosiasi dengan mereka untuk tidak memberitahukan tindakan yang dia lakukan kepada Aland.Seperti hari ini, tiba-tiba saja Aland datang ke tempatnya bertemu dengan Jonathan. Semua pertanyaan yang ingin Clara tanyakan harus ditelan kembali di dalam mulut. Dia tidak pernah berpikir jika Aland akan mengawasinya serumit itu. Padahal Clara sangat ingin mengetahui tentang kondisinya. Dia ingin menanyakan kapan dirinya mendapatkan ingatannya kembali. Selama di restaurant, mereka hanya makan bersama biasa. Clara beralasan jika dia menemui Jonathan hanya untuk menanyakan kabarnya, karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Padahal jika diingatkan, mereka baru saja bertemu beberapa hari yang lalu. Pagi hari ke
Baca selengkapnya

Chapter 106

Hanna meraih beberapa foto yang berserakan di lantai. Pandangannya membulat seketika. Itu adalah foto kedekatan Jordan dengan Jessie. Dan foto yang membuat Hanna sangat marah adalah foto di mana Jordan tengah menggendong Jessie masuk ke dalam sebuah hotel.“Sialan!” umpatnya kesal. Dia menatap Jordan dengan amarah lalu melemparkan beberapa lembar foto itu tepat pada wajah Jordan. “Apa ini?” Hanna mempertanyakan beberapa foto itu.Jordan duduk kembali ke atas kursinya. Dia meneguk satu gelas whisky dan mengabaikan Hanna.“Jordan!” pekik Hanna seraya mendorong bahu Jordan. Namun Jordan masih terus mengabaikannya. “Kau bermain gila bersama wanita lain!”“Shit!” umpat Jordan tak kalah kesalnya.Hanna berkerut menatap wajah kekasihnya. Menyebalkan! Apa sekarang Jordan sudah berani berselingkuh darinya? Atau dia ingin membalas perilaku Hanna yang juga senang bermain dengan pria lain?“Jordan!”“Hanna! Bisakah kau diam!”“Tidak!” Hanna menatapnya kesal. Sementara Jordan hanya berdecak malas
Baca selengkapnya

Chapter 107

Clara Mengaduk mie di dalam mangkungnya dengan wajah yang mencebik kesal. Dini hari, makan berdua bersama Aland, melakukan hal yang romantis. Tapi tiba-tiba saha suasana itu hancur ketika Aland mendapatkan sebuah telepon. Dia bisa saja menunda pekerjaanya, namun tidak dia lakukan.“Aku sudah tidak lapar,” kata Clara. Padahal dia baru saja memakannya beberapa suap.“Kau bisa kembali ke kamar.”“Bagaimana denganmu?” tanya Clara.“Masih ada hal yang harus aku urus.”“Apa itu hal yang sangat penting?”“Ya,” jawab Aland singkat sembari terus menatap layar smarthphone.Clara berdecak kesal. “Kau adalah seorang bos, tapi bekerja dengan waktu yang tidak beraturan.”Aland terdiam, lalu tersenyum simpul. Seandainya Clara tahu jika yang tengah Aland tangani kali ini bukanlah pekerjaan. Apakah wanita itu akan semakin mengomelinya? Dan satu lagi, Aland bukanlah bos yang gila kerja. Dia masih ingat waktu untuk dirinya sendiri.Mungkin kini mie di dalam mangkuk sudah hancur bercampur dengan kekesal
Baca selengkapnya

Chapter 108

Sudah beberapa hari berlalu. Clara selalu sibuk dengan persiapan toko perhiasannya. Tapi beruntung dia memiliki Aland yang senantiasa membantu.“Nona, apa kau menyukai dekorasinya?” tanya seorang wanita cantik.“Aku sangat menyukainya. Ini sangat indah.”“Pembukaan tokomu diadakan besok pagi. Sekarang pulang dan beristirahat,” kata Aland.“Ya.”Aland mengemudi mobilnya sendiri, dan Clara duduk di samping kursi kemudi. Mereka akan pulang ke mansion. Namun tiba-tiba Aland membelokan stir dan merubah arah jalan. Aland mengatakan jika dia ingin membawa Clara pergi ke suatu tempat.Mobil mereka berhenti tepat di sebuah pemakamam. Clara menatap Aland dengan penuh tanya. Kenapa suaminya itu mendadak membawanya ke tempat ini?“Turunlah.”Clara mengangguk pelan.Setelah keluar dari mobil, Aland menuntun Clara lalu berhenti tepat di depan sebuah nisan bertuliskan marga Washington. Clara menatap Aland lagi, mempertanyakan itu semua.“Orang tuaku,” kata Aland.Clara menurunkan pandangannya.“Ibu,
Baca selengkapnya

Chapter 109

Clara tengah bersiap untuk pergi ke acara pembukaan toko perhiasan miliknya. Dia mematut dirinya di depan cermin. Memaksimalkan penampilannya.Sebagai sentuhan terakhir, Clara memakai sebuah anting yang Aland berikan. Anting yang menjadi alasannya untuk masuk ke dalam ruangan Aland. Anting yang tidak benar-benar hilang.Pagi ini, Clara juga terus memikirkan perkataan Aland tadi malam. Di mana dia akan memberikan Clara kejutan. Entah apa yang akan diberikannya.“Nona, tuan muda tengah menunggu Anda di bawah,” ucap seorang pelayan entah untuk yang ke berapa kali.“Baiklah, aku akan segera turun.”Clara langsung beranjak dari tempatnya dan melangkah keluar kamar. Sesampainya di depan pintu, Clara menatap intena dua pelayannya. Ada yang aneh. Dia tidak bertemu dengan Jillie dan Anna setelah beberapa hari.“Di mana pelayan yang biasa melayaniku?” tanya Clara.Dua pelayan di hadapannya hanya tertunduk lemah. “Nona, kami hanya ditugaskan untuk melayani Anda.”“Ya, Nona.”Aneh. Aku akan menan
Baca selengkapnya

Chapter 110

Clara sibuk di ruang kerjanya. Setiap hari, dia selalu sibuk bekerja, bahkan waktu bersama Aland hampir hilang karena kesibukannya. Mereka sudah jarang makan siang bersama. Dan waktu bertemu mereka hanya pada saat sarapan dan waktu makan malam.Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Terdengar suara Zoya yang tidak lain adalah asistennya memanggilnya.“Masuk.”Pintu terbuka. Memperlihatkan seorang wanita cantik yang tengah membawa satu buket bunga dalam pelukannya.“Bu, ada kiriman untuk Anda,” ucapnya seraya memberikan buket bunga itu kepada Clara.Clara menerima buket bunga itu. Di dalamnya ada sebuah note kecil bertuliskan kata-kata indah. Dia tersenyum. Tanpa bertanya dia langsung mengetahui jika buket bunga itu dari Aland.“Dan ini daftar model yang Ibu minta.”“Simpan di atas meja.”“Baik, Bu. Saya permisi.”“Ya.”Clara menyimpan buket bunga itu ke atas meja. Lalu meraih beberapa lembar kertas yang tadi Zoya berikan. Di dalamnya, ada beberapa daftar model senior hingga junior. Clara
Baca selengkapnya

Chapter 111

Clara makan malam sendiri malam ini. Aland tidak menemaninya. Suaminya itu pergi karena telah membuat janji dengan rekan kerjanya. Clara tidak bisa menolak. Mau tidak mau dia harus menerimanya.“Di mana Jillie dan Anna?” tanya Clara.Karena kesibukannya, dia selalu lupa untuk menanyakan hal itu kepada Aland. Dia selalu bertanya kepada para pelayan di sana, namun mereka tidak pernah menjawabnya. Sebenarnya, kemana perginya dua gadis pelayan itu.“Nona, obatmu.” Satu pelayan memberikan dua pil obat kepada Clara. Obat yang rutin diminumnya setiap hari.“Simpan saja di dalam kamarku. Aku akan berjalan-jalan di dalam mansion setelah makan malam,” kata Clara dan pelayan itu mengiyakan. “Tidak perlu mengikutiku.”Clara beranjak pergi dari ruang makan. Dia menolak untuk diikuti oleh dua pelayan yang menggantikan posisi Jillie dan Anna.Dia hanya ingin berjalan-jalan di dalam mansion setelah makan malam hanya untuk menghilangkan kesepiannya. Dia tidak ingin berada terus di dalam kamar, yang ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status