Jessie tengah berada di sebuah restaurant bersama dengan seorang wanita cantik yang tak lain adalah salah satu karyawan di perusahaan besar. Hari ini, sudah ada tiga orang yang dia temui. Mereka semua menawarkan pekerjaan kepadanya. Dengan latar belakang, serta pendidikan yang tinggi, Ia tidak kesulitan mencari pekerjaan. Justru sebaliknya, pekerjaan itu sendiri yang menghampirinya.“Aku akan memikirkannya.” Jessie mengulurkan sebelah tangannya ke arah wanita tersebut.“Terima kasih atas waktumu.”Jessie tersenyum untuk membalasnya. Setelah itu, wanita tersebut pergi. Jessie dapat bernapas lega. Sebenarnya, pekerjaan yang mereka tawarkan sangat bagus. Jabatan tinggi serta gajih yang memuaskan. Tapi Jessie belum ingin memutuskanya. Dia masih ingin memiliki kehidupan yang bebas.“Nona.”Sekitar empat orang pria berpakaian jas rapih mengelilingi mejanya. Jessie langsung beranjak, menatap mereka dengan heran. “Nona, ikutlah dengan kami.”“Aku tidak mengenal kalian, menyingkir!” Jessie he
Jessie benar-benar tidak menyangka jika William akan berani menamparnya. Padahal selama ini, dia selalu mengasihi dan mencintainya sepenuh hati. Mempercayainya untuk selalu menjaga serta merawat dirinya. Tapi hari ini, tanpa alasan yang jelas dia berani melayangkan sebuah tamparan pada wajahnya. Bekas tamparan itu memang sakit, tapi tidak sesakit hati dan perasaanya.“Kau menamparku?” lirihnya bertanya. Genangan air mata sudah memenuhi pelupuk matanya.Tiba-tiba William mengenggam pergelangan tangannya dengan kasar, membuat waniita cantik itu meringis kesakitan. Di tambah rasa sakit dari luka memar ketika tali yang mengikat dia sebelumnya. William menatapnya tajam, sebelum akhirnya dia menarik Jessie dan membawanya keluar dari kamar.William membawa Jessie ke dalam ruang kerjanya. Dia menghempaskan genggaman itu ketika mereka tepat di depan meja kerja. William menatapnya tajam, dan jemarinya menunjuk ke arah meja.“Lihat itu!” pekiknya lantang.Diiringi kilatan petir yang menyambar p
Clara harus melakukan semua tindakannya tanpa sepengetahuan Aland. Agar Aland tidak menyadari jika Clara tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Clara tengah berpikir. Semua orang di dalam mansion, seperti para pelayan dan juga supir selalu dalam genggaman Aland. Clara tidak bisa bernegosiasi dengan mereka untuk tidak memberitahukan tindakan yang dia lakukan kepada Aland.Seperti hari ini, tiba-tiba saja Aland datang ke tempatnya bertemu dengan Jonathan. Semua pertanyaan yang ingin Clara tanyakan harus ditelan kembali di dalam mulut. Dia tidak pernah berpikir jika Aland akan mengawasinya serumit itu. Padahal Clara sangat ingin mengetahui tentang kondisinya. Dia ingin menanyakan kapan dirinya mendapatkan ingatannya kembali. Selama di restaurant, mereka hanya makan bersama biasa. Clara beralasan jika dia menemui Jonathan hanya untuk menanyakan kabarnya, karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Padahal jika diingatkan, mereka baru saja bertemu beberapa hari yang lalu. Pagi hari ke
Hanna meraih beberapa foto yang berserakan di lantai. Pandangannya membulat seketika. Itu adalah foto kedekatan Jordan dengan Jessie. Dan foto yang membuat Hanna sangat marah adalah foto di mana Jordan tengah menggendong Jessie masuk ke dalam sebuah hotel.“Sialan!” umpatnya kesal. Dia menatap Jordan dengan amarah lalu melemparkan beberapa lembar foto itu tepat pada wajah Jordan. “Apa ini?” Hanna mempertanyakan beberapa foto itu.Jordan duduk kembali ke atas kursinya. Dia meneguk satu gelas whisky dan mengabaikan Hanna.“Jordan!” pekik Hanna seraya mendorong bahu Jordan. Namun Jordan masih terus mengabaikannya. “Kau bermain gila bersama wanita lain!”“Shit!” umpat Jordan tak kalah kesalnya.Hanna berkerut menatap wajah kekasihnya. Menyebalkan! Apa sekarang Jordan sudah berani berselingkuh darinya? Atau dia ingin membalas perilaku Hanna yang juga senang bermain dengan pria lain?“Jordan!”“Hanna! Bisakah kau diam!”“Tidak!” Hanna menatapnya kesal. Sementara Jordan hanya berdecak malas
Clara Mengaduk mie di dalam mangkungnya dengan wajah yang mencebik kesal. Dini hari, makan berdua bersama Aland, melakukan hal yang romantis. Tapi tiba-tiba saha suasana itu hancur ketika Aland mendapatkan sebuah telepon. Dia bisa saja menunda pekerjaanya, namun tidak dia lakukan.“Aku sudah tidak lapar,” kata Clara. Padahal dia baru saja memakannya beberapa suap.“Kau bisa kembali ke kamar.”“Bagaimana denganmu?” tanya Clara.“Masih ada hal yang harus aku urus.”“Apa itu hal yang sangat penting?”“Ya,” jawab Aland singkat sembari terus menatap layar smarthphone.Clara berdecak kesal. “Kau adalah seorang bos, tapi bekerja dengan waktu yang tidak beraturan.”Aland terdiam, lalu tersenyum simpul. Seandainya Clara tahu jika yang tengah Aland tangani kali ini bukanlah pekerjaan. Apakah wanita itu akan semakin mengomelinya? Dan satu lagi, Aland bukanlah bos yang gila kerja. Dia masih ingat waktu untuk dirinya sendiri.Mungkin kini mie di dalam mangkuk sudah hancur bercampur dengan kekesal
Sudah beberapa hari berlalu. Clara selalu sibuk dengan persiapan toko perhiasannya. Tapi beruntung dia memiliki Aland yang senantiasa membantu.“Nona, apa kau menyukai dekorasinya?” tanya seorang wanita cantik.“Aku sangat menyukainya. Ini sangat indah.”“Pembukaan tokomu diadakan besok pagi. Sekarang pulang dan beristirahat,” kata Aland.“Ya.”Aland mengemudi mobilnya sendiri, dan Clara duduk di samping kursi kemudi. Mereka akan pulang ke mansion. Namun tiba-tiba Aland membelokan stir dan merubah arah jalan. Aland mengatakan jika dia ingin membawa Clara pergi ke suatu tempat.Mobil mereka berhenti tepat di sebuah pemakamam. Clara menatap Aland dengan penuh tanya. Kenapa suaminya itu mendadak membawanya ke tempat ini?“Turunlah.”Clara mengangguk pelan.Setelah keluar dari mobil, Aland menuntun Clara lalu berhenti tepat di depan sebuah nisan bertuliskan marga Washington. Clara menatap Aland lagi, mempertanyakan itu semua.“Orang tuaku,” kata Aland.Clara menurunkan pandangannya.“Ibu,
Clara tengah bersiap untuk pergi ke acara pembukaan toko perhiasan miliknya. Dia mematut dirinya di depan cermin. Memaksimalkan penampilannya.Sebagai sentuhan terakhir, Clara memakai sebuah anting yang Aland berikan. Anting yang menjadi alasannya untuk masuk ke dalam ruangan Aland. Anting yang tidak benar-benar hilang.Pagi ini, Clara juga terus memikirkan perkataan Aland tadi malam. Di mana dia akan memberikan Clara kejutan. Entah apa yang akan diberikannya.“Nona, tuan muda tengah menunggu Anda di bawah,” ucap seorang pelayan entah untuk yang ke berapa kali.“Baiklah, aku akan segera turun.”Clara langsung beranjak dari tempatnya dan melangkah keluar kamar. Sesampainya di depan pintu, Clara menatap intena dua pelayannya. Ada yang aneh. Dia tidak bertemu dengan Jillie dan Anna setelah beberapa hari.“Di mana pelayan yang biasa melayaniku?” tanya Clara.Dua pelayan di hadapannya hanya tertunduk lemah. “Nona, kami hanya ditugaskan untuk melayani Anda.”“Ya, Nona.”Aneh. Aku akan menan
Clara sibuk di ruang kerjanya. Setiap hari, dia selalu sibuk bekerja, bahkan waktu bersama Aland hampir hilang karena kesibukannya. Mereka sudah jarang makan siang bersama. Dan waktu bertemu mereka hanya pada saat sarapan dan waktu makan malam.Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Terdengar suara Zoya yang tidak lain adalah asistennya memanggilnya.“Masuk.”Pintu terbuka. Memperlihatkan seorang wanita cantik yang tengah membawa satu buket bunga dalam pelukannya.“Bu, ada kiriman untuk Anda,” ucapnya seraya memberikan buket bunga itu kepada Clara.Clara menerima buket bunga itu. Di dalamnya ada sebuah note kecil bertuliskan kata-kata indah. Dia tersenyum. Tanpa bertanya dia langsung mengetahui jika buket bunga itu dari Aland.“Dan ini daftar model yang Ibu minta.”“Simpan di atas meja.”“Baik, Bu. Saya permisi.”“Ya.”Clara menyimpan buket bunga itu ke atas meja. Lalu meraih beberapa lembar kertas yang tadi Zoya berikan. Di dalamnya, ada beberapa daftar model senior hingga junior. Clara
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,