Share

Chapter 108

Penulis: Rara Radika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah beberapa hari berlalu. Clara selalu sibuk dengan persiapan toko perhiasannya. Tapi beruntung dia memiliki Aland yang senantiasa membantu.

“Nona, apa kau menyukai dekorasinya?” tanya seorang wanita cantik.

“Aku sangat menyukainya. Ini sangat indah.”

“Pembukaan tokomu diadakan besok pagi. Sekarang pulang dan beristirahat,” kata Aland.

“Ya.”

Aland mengemudi mobilnya sendiri, dan Clara duduk di samping kursi kemudi. Mereka akan pulang ke mansion. Namun tiba-tiba Aland membelokan stir dan merubah arah jalan. Aland mengatakan jika dia ingin membawa Clara pergi ke suatu tempat.

Mobil mereka berhenti tepat di sebuah pemakamam. Clara menatap Aland dengan penuh tanya. Kenapa suaminya itu mendadak membawanya ke tempat ini?

“Turunlah.”

Clara mengangguk pelan.

Setelah keluar dari mobil, Aland menuntun Clara lalu berhenti tepat di depan sebuah nisan bertuliskan marga Washington. Clara menatap Aland lagi, mempertanyakan itu semua.

“Orang tuaku,” kata Aland.

Clara menurunkan pandangannya.

“Ibu,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ita Hati Puspita
romantis sekali Aland
goodnovel comment avatar
AH Ginting
eng ing eng,,, deg degan apa ya kejutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Masih Perawan   Chapter 109

    Clara tengah bersiap untuk pergi ke acara pembukaan toko perhiasan miliknya. Dia mematut dirinya di depan cermin. Memaksimalkan penampilannya.Sebagai sentuhan terakhir, Clara memakai sebuah anting yang Aland berikan. Anting yang menjadi alasannya untuk masuk ke dalam ruangan Aland. Anting yang tidak benar-benar hilang.Pagi ini, Clara juga terus memikirkan perkataan Aland tadi malam. Di mana dia akan memberikan Clara kejutan. Entah apa yang akan diberikannya.“Nona, tuan muda tengah menunggu Anda di bawah,” ucap seorang pelayan entah untuk yang ke berapa kali.“Baiklah, aku akan segera turun.”Clara langsung beranjak dari tempatnya dan melangkah keluar kamar. Sesampainya di depan pintu, Clara menatap intena dua pelayannya. Ada yang aneh. Dia tidak bertemu dengan Jillie dan Anna setelah beberapa hari.“Di mana pelayan yang biasa melayaniku?” tanya Clara.Dua pelayan di hadapannya hanya tertunduk lemah. “Nona, kami hanya ditugaskan untuk melayani Anda.”“Ya, Nona.”Aneh. Aku akan menan

  • Aku Masih Perawan   Chapter 110

    Clara sibuk di ruang kerjanya. Setiap hari, dia selalu sibuk bekerja, bahkan waktu bersama Aland hampir hilang karena kesibukannya. Mereka sudah jarang makan siang bersama. Dan waktu bertemu mereka hanya pada saat sarapan dan waktu makan malam.Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Terdengar suara Zoya yang tidak lain adalah asistennya memanggilnya.“Masuk.”Pintu terbuka. Memperlihatkan seorang wanita cantik yang tengah membawa satu buket bunga dalam pelukannya.“Bu, ada kiriman untuk Anda,” ucapnya seraya memberikan buket bunga itu kepada Clara.Clara menerima buket bunga itu. Di dalamnya ada sebuah note kecil bertuliskan kata-kata indah. Dia tersenyum. Tanpa bertanya dia langsung mengetahui jika buket bunga itu dari Aland.“Dan ini daftar model yang Ibu minta.”“Simpan di atas meja.”“Baik, Bu. Saya permisi.”“Ya.”Clara menyimpan buket bunga itu ke atas meja. Lalu meraih beberapa lembar kertas yang tadi Zoya berikan. Di dalamnya, ada beberapa daftar model senior hingga junior. Clara

  • Aku Masih Perawan   Chapter 111

    Clara makan malam sendiri malam ini. Aland tidak menemaninya. Suaminya itu pergi karena telah membuat janji dengan rekan kerjanya. Clara tidak bisa menolak. Mau tidak mau dia harus menerimanya.“Di mana Jillie dan Anna?” tanya Clara.Karena kesibukannya, dia selalu lupa untuk menanyakan hal itu kepada Aland. Dia selalu bertanya kepada para pelayan di sana, namun mereka tidak pernah menjawabnya. Sebenarnya, kemana perginya dua gadis pelayan itu.“Nona, obatmu.” Satu pelayan memberikan dua pil obat kepada Clara. Obat yang rutin diminumnya setiap hari.“Simpan saja di dalam kamarku. Aku akan berjalan-jalan di dalam mansion setelah makan malam,” kata Clara dan pelayan itu mengiyakan. “Tidak perlu mengikutiku.”Clara beranjak pergi dari ruang makan. Dia menolak untuk diikuti oleh dua pelayan yang menggantikan posisi Jillie dan Anna.Dia hanya ingin berjalan-jalan di dalam mansion setelah makan malam hanya untuk menghilangkan kesepiannya. Dia tidak ingin berada terus di dalam kamar, yang ma

  • Aku Masih Perawan   Chapter 112

    Happy Reading ....Pukul 14:30.Clara datang, apa kau tahu?Aku tengah berbincang dengannya.Haruskah aku mengingatkannya kembali mengenai masa lalunya?Sepertinya itu akan menjadi pembahasan yang menyenangkan.Kami menunggumu untuk mendiskusikannya.Aland mengenggam erat smartphonenya. Beberapa pesan yang Hanna kirimkan hanya bisa Ia baca. Tidak berniat membalasnya. Sudah beberapa menit berlalu, deretan pesan itu memenuhi layar ponselnya.Aland, datanglah. Kami menunggumu.Satu pesan terakhir yang Aland baca sebelum akhirnya dia meraih jas lalu pergi keluar ruangan. Dia mengambil kunci mobil dan mengendarai mobilnya sendiri menuju kediaman Royce.Mobil itu melaju kencang membelah jalanan. Dan sekitar setengah jam kemudian berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah.Beberapa penjaga dengan sigap membuka gerbang. Membiarkan mobil itu masuk ke dalam halaman.Aland keluar dari mobil. Beberapa pelayan membukakan pintu rumah untuknya. Dia melangkah dengan cepat memasuki rumah. Mencari soso

  • Aku Masih Perawan   Chapter 113

    Hari ini, Clara memiliki janji bersama Aland untuk melihat gedung yang nantinya akan dipakai untuk acara pernikahan mereka. Keduanya akan bertemu langsung di gedung tersebut pukul satu siang.Kini, waktu masih menunjukan pukul sembilan pagi tepat. Clara masih sibuk dengan pekerjaanya. Dia masih memilih seorang model untuk pemotretan perhiasannya.“Bu, ada yang ingin menemui Anda,” ucap Zoya yang baru saja masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu.“Siapa?”“Seorang wanita.”Clara berkerut heran. “Wanita?”“Clara.” Seorang wanita cantik muncul dari balik pintu dengan pakaian yang sangat tertutup. Namun Clara masih bisa mengenalinya. “Jessie?” Clara melirik Zoya sekilas. “Kau bisa pergi.”“Baik, Bu.” Zoya berlalu pergi dari sana.Clara mengajak Jessie untuk duduk di sofa yang masih berada di dalam ruangannya. Dia sedikit heran ketika melihat Jessie datang dengan tiba-tiba.“Clara, tolong aku,” ucap Jessie seraya menggenggam erat telapak tangan Clara.“Ada apa?” tanya Clara yang iku

  • Aku Masih Perawan   Chapter 114

    Setelah pulang dari melihat gedung pernikahan mereka. Kini Aland mengajak Clara untuk pergi mencoba baju pengantin. Sebenarnya hari ini sudah sangat melelahkan, namun Aland masih belum menyerah.“Bagaimana?” tanya Clara kepada Aland saat Ia mencoba gaun pengantin untuk yang ke dua kali.Aland menatapnya intens. ”Kau menyukainya?”Clara mematut dirinya di depan cermin. Bukankah dia bertanya kepada Aland tentang pendapatnya? Tapi kenapa Aland malah bertanya balik.Kini waktu sudah menunjukan pukul tiga sore. Sudah lebih dari batas waktu yang mereja janjikan untuk pergi bersama.Sebelumnya Aland hanya menjanjikan jika hari ini mereka hanya akan melihat gedung untuk pernikahan, tidak yang lainnya. Tapi Aland mengingkari itu. Padahal Clara masih memiliki beberapa pekerjaan yang harus dia bereskan.“Aku menyukainya,” jawab Clara singkat.Semua gaun yang berada di butik itu sangat indah. Tidak mungkin Clara tidak menyukainya.Dia tidak mendapat respon apapun dari Aland selain tatapan matanya

  • Aku Masih Perawan   Chapter 115

    Clara memutar sendok di dalam gelas. Kini dia tengah berada di sebuah café yang berada tidak jauh dengan toko perhiasannya. Di hadapannya, sudah ada William yang tadi memaksa Clara untuk menemuinya. Sebenarnya jika bukan karena Jessie, Clara tidak ingin bertemu dengan William. Dia masih merasa canggung dengan kejadian terakhir kali.“Maaf telah menganggu waktumu,” kata William.Clara tersenyum tipis. “Tidak. Hanya … waktu bertemu kita yang sedikit mendadak.”“Bagaimana kabarmu?” tanya William.“Aku baik-baik saja. Kau?”“Sebenarnya, ada sedikit masalah beberapa hari yang lalu.”Clara menurunkan pandangannya. Ia tahu apa yang tengah dimaksudkan William, itu pasti mengenai masalah Jessie. Dan Clara harus merasa bersalah karena telah menyembunyikan adiknya seperti itu.“Clara, aku tahu Jessie bersamamu.”Clara mengangkat pandangannya dan menatap William. Dia tersenyum terpaksa. “Sebenarnya Jessie memintaku untuk menyembunyikannya darimu. Aku tahu, ini tidak akan bertahan lama. Dan sekara

  • Aku Masih Perawan   Chapter 116

    Clara membuat dua cangkir coffe di dapur, dia juga menambahkan beberapa cemilan ke dalam piring untuk dibawa ke dalam ruangan Aland.Setelah semua itu siap, dia langsung kembali dengan membawa nampan berisikan makanan. Clara memegang itu dengan sangat hati-hati. Sesampainya di sana, dua orang pelayan langsung membukakan pintu.“Nona,” sapa mereka.Clara masuk ke dalam ruangan, melihat Aland yang diam menatapnya.“Aku membawakan beberapa cemilan untukmu.” Clara menyimpan nampan itu ke atas meja. Sekilas dia melihat ke arah layar macbook Aland. Di sana, terdapat foto seorang anak kecil yang entah itu siapa.“Dia?” Tunjuk Clara pada foto anak kecil tersebut.“Fotoku sewaktu kecil,” jawab Aland singkat.“Wah ....” Clara melihatnya lebih dekat. “Ini pertama kali aku melihatnya. Apakah ini ibumu?”“Ya.”Clara tersenyum. “Dia pasti sangat menyayangimu. Kau memiliki masa kecil yang bahagia,” katanya seraya terus memandang foto tersebut.“Apakah masih ada foto yang lain?” Clara menatap ke arah

Bab terbaru

  • Aku Masih Perawan   Chapter 221

    Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka

  • Aku Masih Perawan   Chapter 220

    Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang

  • Aku Masih Perawan   Chapter 219

    Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke

  • Aku Masih Perawan   Chapter 218

    Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl

  • Aku Masih Perawan   Chapter 217

    Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah

  • Aku Masih Perawan   Chapter 216

    Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde

  • Aku Masih Perawan   Chapter 215

    Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t

  • Aku Masih Perawan   Chapter 214

    Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.

  • Aku Masih Perawan   Chapter 213

    EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,

DMCA.com Protection Status