Clara membuat dua cangkir coffe di dapur, dia juga menambahkan beberapa cemilan ke dalam piring untuk dibawa ke dalam ruangan Aland.Setelah semua itu siap, dia langsung kembali dengan membawa nampan berisikan makanan. Clara memegang itu dengan sangat hati-hati. Sesampainya di sana, dua orang pelayan langsung membukakan pintu.“Nona,” sapa mereka.Clara masuk ke dalam ruangan, melihat Aland yang diam menatapnya.“Aku membawakan beberapa cemilan untukmu.” Clara menyimpan nampan itu ke atas meja. Sekilas dia melihat ke arah layar macbook Aland. Di sana, terdapat foto seorang anak kecil yang entah itu siapa.“Dia?” Tunjuk Clara pada foto anak kecil tersebut.“Fotoku sewaktu kecil,” jawab Aland singkat.“Wah ....” Clara melihatnya lebih dekat. “Ini pertama kali aku melihatnya. Apakah ini ibumu?”“Ya.”Clara tersenyum. “Dia pasti sangat menyayangimu. Kau memiliki masa kecil yang bahagia,” katanya seraya terus memandang foto tersebut.“Apakah masih ada foto yang lain?” Clara menatap ke arah
Happy Reading ....Dia benar-benar tidak mengenal Aland Washington. Batin Hanna.Pandangan Clara mengedar, keningnya berkerut, serta pikirannya mencoba mencerna beberapa kata yang Hanna ucapkan. Dia sedikit mengerti, tapi itu mustahil untuk Clara.“Clara,” panggil Hanna yang seketika membuyarkan lamunan Clara.“Hanna, aku akan menanyakan hal itu kepada Aland nanti.”“Terima kasih, Clara.”Clara mengangguk sebagai jawaban.Hanna melirik arlojinya. “Clara, aku masih memiliki pekerjaan lain. Aku akan mengunjungimu lain kali.”“Baiklah.”Setelah itu, Hanna pergi dari kediaman Washington. Sedangkan Clara kembali ke dalam kamarnya. Di sana, sudah ada Aland yang tengah menunggunya.“Kau sudah kembali?” tanya Aland seraya berjalan mendekati Clara.“Ya.”Aland meraih pergelangan tangan wanita cantik itu, namun dia menolaknya.“Aku akan menjelaskannga.”Clara diam, dia tidak mau menanggapi Aland.Aland menceritakan semua yang telah terjadi kepada Clara. Alasan kenapa wanita cantik itu harus ber
Happy Reading ....“Clara, datanglah ke rumah sakit. Daddy mengalami kecelakaan.”Sambungan telepon itu terputus, lalu disusul dengan nada notifikasi sebuah pesan masuk. Hanna langsung mengirimkan alamat rumah sakit di mana Robert Royce dirawat.Clara mengenggam smartphonenya erat. Pandangannya menatap ke depan kosong. Clara berpikir. Apa pun yang telah terjadi di masa lalu, Robert tetaplah daddynya. Dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.“Bu, coffe Anda.” Zoya yang baru saja datang dan menyimpan coffe pesanan Clara ke atas meja.Namun Clara mengabaikannya. Dia meraih tasnya kemudian pergi keluar ruangan dengan tergesa. Melewati Zoya begitu saja.Di luar toko perhiasan, sudah ada taxi yang sebelumnya Clara pesan. Clara langsung masuk ke dalam, dan mengatakan tujuannya.Meskipun perasaanya masih marah ketika mengingat apa yang terjadi di masa lalu, tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkitnya. Clara harus menyimpan egonya saat ini, menyimpan amarahnya.Semua keluarga
Sekitar pukul delapan pagi, Aland baru saja bangun dari tidurnya. Ternyat semalam Aland tidak sengaja tertidur ketika menunggu Clara kembali. Dia melihat ke samping ranjang, namun tidak mendapati Clara di sana. Kemudian, dia beringsut turun dari ranjang. Dia mencari Clara, namun istrinya itu tidak berada di dalam kamar. Dia juga bertanya kepada pelayan, namun pelayan mengatakan jika Clara tidak pulang semalam.Kemana perginya Clara? Apa dia masih marah kepada Aland?Aland meraih ponselnya di atas nakas. Batrenya kini sudah terisi penuh. Dia menyalakan layar ponselnya, dan beberapa notifikasi langsung masuk ke dalam aplikasi chat online miliknya.Beberapa pesan Aland abaikan. Entah kenapa dia lebih tertarik untuk membuka pesan yang Hanna kirimkan. Wanita itu mengirinkan sebuah foto kedekatan antara Clara dan juga William.Sialan! Aland mengenggam ponselnya erat.Bersamaan dengan foto yang Hanna kirimkan, wanita cantik itu juga mengirimkan sebuah alamat kepada Aland, disertai dengan w
Aland menatap heran ke arah Clara, seolah tatapannya itu mempertanyakan siapa pria yang tiba-tiba datang dan menganggu mereka. Sementara Clara sendiri sama sekali tidak mengenalnya.“Sepertinya kau sangat sibuk, Clara,” sindir Aland kepada istrinya yang selalu dikerumuni oleh pria tampan.“Siapa dia?” gumam Clara rendah, tapi Aland masih bisa mendengarnya.Aland berkerut heran. “Kau tidak mengenalnya?”Clara berpaling untuk menatap Aland. Lalu dia menggeleng pelan. “Tidak.”Pria tampan itu berjalan masuk ke dalam ruangan, lalu duduk di atas sofa. Dia menyimpan sebuah majalah ke atas meja.“Siapa kau?” tanya Aland sinis.Pria itu menunjuk majalah di atas meja, yang mana di dalam majalah itu terdapat foto Jessie. “Aku mencari wanita ini,” tanyanya.Jessie?Clara berkerut seraya terus menatap intens pria di hadapannya. Beberapa hari yang lalu, Clara ingat Jessie pernah membicarakan seorang pria kepadanya. Apakah itu pria yang kini berada di hadapannya?“Kau?” tunjuknya pada Aland. “Aland
Clara diam duduk di kursi sembari terus menatap Aland yang tengah memasak. Setelah mengetahui Clara sedang hamil, Aland langsung membawanya pulang dan memasak untuknya. Mendadak pria tampan itu menjadi sangat over protektif kepada Clara.Sesekali Clara tersenyum tipis menatap suaminya. Ini bukan pertama kali Aland memasak untuknya, tapi hari ini lebih special, karena Aland bukan hanya memasak makanan untuk Clara, tapi untuk baby mereka. Lihatlah papimu, dia sangat bersemangat. Clara memegangi perutnya yang masih rata.Dua porsi steak daging di simpan di atas meja. Satu piring steak tanpa saus Aland simpan di hadapan Clara. Wanita cantik itu berkerut heran, dia membandingkan steak miliknya dan milik Aland. Mendadak selera makannya menjadi hilang.“Makanlah.”“Tidak mau!” tolak Clara dengan wajah yang mencebik kesal.“Ada apa, Clara? Biasanya kau selalu suka dengan apa yang aku buat.”“Ya, tapi kini bayinya menolak untuk makan jika makananya seperti ini.” Clara menunjuk makanan di hadap
Sesuai jadwal yang telah mereka setujui kemarin. Hari ini Aland membawa Clara pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya. Tapi setelah itu, mereka tidak langsung pergi ke rumah sakit lainnya untuk mengunjungi Robert. Aland malah mengajak Clara untuk menemui Jonathan terlebih dahulu.“Aland, Jonathan bukan dokter kandungan,” kata Clara kepada suaminya.Kini mereka tengah berada di dalam lift untuk menuju lantai atas. Clara heran kenapa suaminya itu malah mengajaknya untuk menemui Jonathan. Padahal beberapa menit yang lalu dia telah menyelesaikan pemeriksaanya, dan dokter kandungan mengatakan jika kandungan Clara sehat dan baik-baik saja.Litf berdenting, menandakan jika lift sudah sampai pada lantai tujuan. Aland memegang lengan Clara, dan berjalan di sampingnya. Hari ini, kemanapun kaki mereka melangkah, Aland tidak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Clara. Dia sangat menjaga Clara, seolah istrinya itu adalah bola kaca.Sesampainya di depan ruangan Jonathan, seorang
Setelah selesai makan di restoran junkfood. Aland dan Clara melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah sakit untuk mengunjungi Robert.Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung turun dari mobil. Tapi tiba-tiba, Clara tidak sengaja melihat Hanna yang tengah berbincang dengan seorang pria dengan pakaian tertutup.Aland menyentuh lengannya, membuat Clara berpaling dari menatap Hanna dan pria asing itu.“Ada apa?” tanya Aland.“Aland, bukankah itu Hanna?” Clara menunjuk ke tempat di mana Ia melihat Hanna. Namun seketika tidak ada apapun di sana. Tiba-tiba saja Hanna dan pria misterius itu menghilang.“Tadi ada Hanna ....”“Mungkin kau salah.” Aland merangkul bahu istrinya, lalu mengajak Clara untuk masuk ke dalam rumah sakit.Sementara di sisi lain, Hanna tengah berdiri bersembunyi di balik tembok. Clara tidak salah mengenalinya, itu benar-benar Hanna.“Hampir saja.” Hanna menghela napas panjang.Wanita cantik itu berpaling, menatap pria yang berada di hadapannya. “Aku tidak memiliki ua
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,