“Iya. Pengalaman hari sungguh luar biasa. Dan kalau aku lupa ingatan, kamu akan jadi menjadi satu-satunya orang yang kuingat,” ucap Brama serius. Ia terus berjalan menggendong istrinya.Nawa tergelak. Dari belakang, ia mencubit pelan pipi suaminya. “Ah yang bener?”“Hm. Kamu kenapa selalu nyindir bahas lupa ingatan? Aku hanya sekali berbuat hal bodoh itu, tapi sepertinya kamu selalu membahasnya setiap saat.”“Biar Sir sadar, kalau segala sesuatu itu jangan suka dibuat prank. Saat itu, sumpah aku kesel dikerjai kayak gitu.”“Iya, maaf.”“Janji nggak ninggalin aku?”“Iya, Sayang.”“Saksinya Masjidil Haram lho, ya? Kalau sampai Sir ingkar, dosanya berkali lipat.”Nawa mencuri ciuman dari belakang punggung sang suami.Kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin Brama bisa berpaling dari wanita seistimewa ini? Bagi pria itu, Nawa adalah poros hidupnya. Sementara bagi Nawa, Brama adalah pusat kebahagiaannya.**Sepulang umrah, Brama mulai menata masa depan yakni mengenai pekerjaan. Ia sudah
Last Updated : 2024-04-29 Read more