Nawa dan Brama saling pandang, lalu segera turun dari sofa, sedikit berlari menuju pintu dan membukanya.“Bima mana? Kenapa Mak Ida malah ke sini?” cecar Brama.“Mas Bima nggak ada, baru keluar. Gilang saya cari juga ngga ada. Mbak Stevie coba saya bangunkan, tapi nggak bangun-bangun. Makanya saya ke sini. Maaf, Tuan.”“Sir, turunlah dulu. Aku mau ambil kerudung.” Nawa menengahi.Brama mengangguk, kemudian berlari menuruni anak tangga menuju dapur. Di lantai, ada Stevie yang tergeletak.Pria itu mengambil air, lalu memercikkan pada Stevie. Wanita itu akhirnya bergerak dan mendesis.“Apa yang terjadi sampai kamu pingsan begini?” tanya Brama.Ida ikut mendekat. Ia membawa segelas air putih, lalu membantu Stevie sedikit duduk dan meminumkannya.“Aku sering tiba-tiba pusing, Kak. Lalu nggak sadarkan diri. Maklum, HB-ku rendah.”Nawa datang menyusul beberapa saat kemudian. “Vie, ada yang sakit? Perutmu gimana?”“Perut agak nggak enak rasanya.”“Bima mana?”“Tadi aku pengen rujak buah, dia
Read more