Home / CEO / Dilamar Presdir yang Menyamar / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Dilamar Presdir yang Menyamar: Chapter 91 - Chapter 100

124 Chapters

91. Tolong!

“Aku paksa!” tekan Bima.Stevie tersenyum sumbang. “Aku lagi hamil, lho, Bim. Tapi makin ke sini aku merasa kamu makin kasar.”“Kasar kamu bilang? Vie, justru aku yang harusnya mempertanyakan sikapmu. Kamu juga berubah.”“Keadaan yang membuatku demikian. Kamu nggak pandai membahagiakan istri.” Stevie bangkit, keluar kamar.“Nggak kayak kakakmu yang sangat meratukan istrinya,” lanjut Stevie setelah sampai luar.Wanita itu menatap anak tangga, lalu kamar Brama. Ada perasaan aneh menyusup tiba-tiba setelah kejadian tadi. Ia menggeleng, memilih mengusir hal gila tersebut.**Tiba di rumah sakit, Brama langsung menuju ruang inap Heru karena sebelumnya Nawa sudah memberi tahu letaknya. Pria itu langsung masuk kamar kelas satu tersebut. Namun, Nawa tidak ada di ruangan. Hanya Heru yang berbaring dan tertidur. Meskipun tidak ada Nawa, ada suara gemercik air dari kamar mandi. Brama mendekati sang mertua sejenak, lalu berdiri di depan pintu kamar mandi setelah meletakkan makanan yang dibelinya
Read more

92. Ehm!

“Astaga Stevie!” Brama spontan berlari untuk kembali ke kolam renang. Ia meletakkan ponselnya di meja sebelum akhirnya menceburkan diri untuk membantu sang adik ipar. Setelah berenang beberapa saat, akhirnya Brama berhasil menjangkau tubuh Stevie. Beruntung wanita itu masih sadar, belum sampai pingsan. Brama kembali berenang, memeluk tubuh Stevie dengan memosisikan kepala adik ipar tetap ada di permukaan air. Wanita itu mengalungkan lengannya di leher Brama dengan napas terengah-engah. Dari jarak tanpa sekat, ada desir aneh yang dirasakan mereka. Apalagi embusan napas Stevie yang menyapu tengkuk Brama, membuat pria tersebut sedikit merinding. Tiba di tepi kolam renang, Brama langsung melepaskan tubuh Stevie. Ia naik lebih dulu dan menatap tajam pada istri dari adiknya itu. “Bagaimana bisa sampai kecebur? Jangan ceroboh, Vie!” gertak Brama. “Maaf, Kak. Tadi aku terpeleset.” Stevie bersusah payah naik, tetapi kesulitan. Baju yang dipakai Stevie menempel, mengetat di tubuh. Hal itu k
Read more

93. Tidak Bisa

Stevie menoleh dan Brama sedikit mengangkat kepala ketika mendengar suara deheman dari arah pintu.“Sayang ....” Suara Brama terdengar lirih. Ia ingin duduk, tetapi tubuhnya begitu lemas, kepalanya terasa berat.“Vie, kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Nawa seraya mendekat.Stevie langsung berdiri. “I-ini tadi Kak Brama minta dibuatkan jahe hangat. Trus aku antar ke sini. Ternyata Kak Brama kayaknya sakit. Jadi, aku mencoba bantu.”“Oh, oke. Makasih ya. Sekarang aku sudah ada di sini. Biar aku yang rawat dia.” Nawa berusaha tersenyum meskipun hatinya ada rasa kesal yang menggunung.“Iya. Kalau gitu, aku keluar. Jahe hangatnya aku taruh meja ya, Kak.”Nawa hanya mengangguk.“Bisa-bisanya masuk kamarku sedangkan aku pas nggak ada,” gumam Nawa sangat lirih setelah Stevie pergi dari hadapannya.Ia lalu mendekati sang suami yang masih berbaring di ranjang. Wanita tersebut memegang kening kekasihnya. Terasa panas.“Sir sakit?”Brama mengangguk kecil. Ia memegang telapak tangan Nawa yang m
Read more

94. Kayak Kamu

Nawa terpaku saat mendengar kalimat terakhir Stevie.‘Dua kakakmu tidak bisa memberikan keturunan’.Nawa tidak tahu apa yang dibahas mereka sebelumnya. Hanya itu yang didengar. Ia tidak sengaja lewat dan mendengar percakapan adik iparnya itu. Ia berdiri di balik dinding dan keberadaannya tidak terlihat dua orang yang bercakap-cakap di luar sana.Tidak bisa punya anak katanya? Lebih tepatnya adalah belum punya anak. Semua masih tentang waktu. Baru setahun Nawa dan Brama menikah. Jadi, Nawa rasa ia masih punya banyak waktu dan kesempatan untuk hamil.Nawa meraba perut ratanya. Memiliki seorang penerus yang bersemayam di rahimnya adalah keinginan terbesar. Namun, rezeki berupa anak itu tidak bisa dipaksa dan tidak bisa ditolak, bukan? Jika Allah belum berkehendak, ia bisa apa?Hati wanita itu mendadak gerimis. Ia yang sekiranya akan ke dapur membuat makanan hangat untuk sang suami, harus terjeda dulu.“Allah, apa ini hukuman karena aku dan Sir Brama pernah bermaksiat di masa lalu? Tapi b
Read more

95. Pingsan

Bukannya menganggap ucapan Bima serius, Nawa malah tergelak.“Bim, kamu habis mabuk?”Bima berdecak, menatap kakak iparnya intens. “Aku lagi serius dan nggak lagi mabuk.”"Ngelantur gitu ngomongnya. Setiap wanita terlahir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi stop melihat rumput tetangga. Mereka sebenarnya sama saja."Bima tersenyum.“Jangan suka membandingkan, Bim. Apalagi membandingkan istri dengan wanita lain. Nggak baik, nggak boleh. Stevie yang mungkin katamu sampe capek ngadepinya itu mungkin karena hormon kehamilan. Jadi, kamu harus sabar,” tutur Nawa. Tangannya gesit membuka bungkus mi instan, lalu memotong sayuran.“Aku kayak salah milih istri.”“Hus! Jangan kayak gitu. Yang namanya pernikahan itu nggak bisa langsung cocok. Kamu sama dia masih butuh banyak waktu adaptasi. Baru juga sebulan nikah. Yang sabar ngadepi Stevie. Mungkin dia butuh diperhatikan sama kamu. Kamu perhatian nggak sama dia?”Bima menatap kakak iparnya lembut. “Mungkin. Karena aku sibuk kerja
Read more

96. Perasaan Aneh

Nawa dan Brama saling pandang, lalu segera turun dari sofa, sedikit berlari menuju pintu dan membukanya.“Bima mana? Kenapa Mak Ida malah ke sini?” cecar Brama.“Mas Bima nggak ada, baru keluar. Gilang saya cari juga ngga ada. Mbak Stevie coba saya bangunkan, tapi nggak bangun-bangun. Makanya saya ke sini. Maaf, Tuan.”“Sir, turunlah dulu. Aku mau ambil kerudung.” Nawa menengahi.Brama mengangguk, kemudian berlari menuruni anak tangga menuju dapur. Di lantai, ada Stevie yang tergeletak.Pria itu mengambil air, lalu memercikkan pada Stevie. Wanita itu akhirnya bergerak dan mendesis.“Apa yang terjadi sampai kamu pingsan begini?” tanya Brama.Ida ikut mendekat. Ia membawa segelas air putih, lalu membantu Stevie sedikit duduk dan meminumkannya.“Aku sering tiba-tiba pusing, Kak. Lalu nggak sadarkan diri. Maklum, HB-ku rendah.”Nawa datang menyusul beberapa saat kemudian. “Vie, ada yang sakit? Perutmu gimana?”“Perut agak nggak enak rasanya.”“Bima mana?”“Tadi aku pengen rujak buah, dia
Read more

97. Bermesraan

Bima menggeleng kecil sambil tertawa. “Buang pikiran sinting lo itu, Breng*ek! Ingat, Brama dan Nawa itu malaikat penyelamat lo. Jangan jadi penjahat yang merusak kebahagiaan mereka.”Pria itu lantas terpejam, memijat keningnya pelan.Kadang, saat suntuk menghadapi ulah Stevie, Bima sering memperhatikan Nawa secara diam-diam, mengagumi dalam-dalam. Bagaimana saat Nawa bicara, tertawa, atau ulah random kakak iparnya pada Brama. Kakak dan kakak iparnya menjalani pernikahan yang harmonis. Nawa tipe ceria dan tidak banyak menuntut, sedangkan Brama selalu memenuhi kebahagiaan sang istri. Berbanding terbalik dengan pernikahannya dengan Stevie.Jika menoleh ke belakang, dulu Nawa dan Brama nyaris gagal menikah. Bima yang mencalonkan diri sebagai pengantin pengganti. Sayangnya Nawa menolak.Saat itu, dilakukan Bima atas dasar cinta, bukan karena terpaksa atau demi menutupi malu. Ia tahu Nawa wanita spesies langka dan berniat mendapatkannya. Sayangnya gagal. Brama berhasil kembali dan melanjut
Read more

98. Ke Rumah Sakit

Nawa menggeleng, menghalau pikiran barbar yang menguasai. Ia tidak bisa berteriak seperti itu ketika menghadapi pemandangan di depan sana. Ia harus menghadapi ‘something’ antara Brama dan Stevie dengan anggun dan elegan.Nawa menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia mengembuskan napas panjang berkali-kali. Meskipun marah besar, ia tidak boleh meledak-ledak. Ia wanita terhormat dan harus menghadapi masalah dengan hati-hati dan terhormat pula. Jika langsung marah, pasti Stevie akan membuat drama dengan dalih kehamilannya.Basi.Nawa berdeham, lalu mengucapkan salam. Brama menoleh, sedangkan Stevie langsung berhenti memijat.“Sir.” Nawa mendekat, tersenyum, lalu mencium tangan suaminya takzim. Ia terus menekan amarahnya.Brama menatap Nawa tanpa berkedip.“Kalian kenapa bisa berduaan di sini?” tanya Nawa tenang. Ia terus menampilkan senyum.“Oh, ini tadi Kak Brama ngeluh pegal, trus minta tolong aku buat pijat dia,” jawab Stevie."Oh, minta tolong dipijat kamu? Ya, ya, ya."Brama menundu
Read more

99. Tukar Pasangan?

“Saya ikut, Tuan.” Ida mendekat, lalu tergopoh-gopoh membuka pintu rumah.“Aku juga, Kak.” Stevie menyambar.“Cukup Mak Ida! Stevie, kau jangan ikut!” pekik Brama.Di luar, Gilang segera menyiapkan mobil. Nawa yang masih ada dalam gendongan Brama, lalu dimasukkan setelah mobil siap dan dibukakan Ida.Ida duduk di depan bersama Gilang. Sementara kepala Nawa dipangku Brama di kursi tengah.Mobil lantas melaju menuju rumah sakit.“Nyonya kenapa bisa pingsan, Tuan?” tanya Ida.“Entahlah. Tubuhnya menggigil. Bibirnya sudah agak biru. Mungkin dia sudah lama kedinginan.” Suara Brama bergetar. Ia sangat menyesal tidak langsung ke kamar dan tahu kondisi istrinya lebih awal.“Semoga Nyonya nggak kenapa-napa. Akhir-akhir ini Nyonya memang mengeluh capek, Tuan. Saya maklum karena habis liburan dan nunggu bapaknya di rumah sakit. Belum lagi ngurus pekerjaan. Sampai lupa dengan kondisi badannya sendiri.”Penjelasan Ida menjadi pukulan telak untuk Brama. Ia sibuk mendiamkan sang istri tanpa tahu kea
Read more

100. Tanggung Jawab

Brama mengepalkan tangan kuat-kuat. Ia maju mendekat ke kamar yang terdengar bising tersebut. Tangannya mengambang, ingin menggedor. Namun, suara selanjutnya membuatnya urung.“Ya, aku memang cinta sama kakakmu! Dia juga jauh lebih segalanya daripada kamu! Kalau kamu berpikir untuk tukar pasangan, ayo dengan senang hati! Aku malah bahagia!” Suara Stevie melengking.Bima tertawa. "Tapi kalau sampai Brama mau, dia bodoh mau menjadikanmu pengganti Nawa yang sempurna!""Aku muak sama kamu, sama pernikahan ini!"“Aku jauh lebih muak sama kamu! Kamu mau tinggal di sini terus silakan, Vie! Aku akan menempati rumah baru itu sendiri. Semalam aku nyenyak tidur di sana tanpa melihatmu yang buatku enek!”“Kalau bukan gara-gara anak sialan ini, aku nggak mau kamu nikahi, Bim! Aku nyesel nikah sama kamu!”“Sama! Aku menikahimu juga karena anak sialan itu! Mungkin ini hukuman karena dosa zina yang kulakukan sama kamu. Hidupku hancur! Hidupku berantakan! Katamu mumpung nggak ada orang di rumah, ayo k
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status