Semua Bab Dilamar Presdir yang Menyamar: Bab 61 - Bab 70

124 Bab

61. Maaf

“Nawa! Mulai nakal sekarang, ya!” desis Brama. Pria itu terkejut atas aksi sang istri yang tidak disangka-sangka.Nawa tertawa. Ia mencoba berdiri, tetapi ditarik Brama sampai terjatuh di pangkuan.“Siapa yang ngajari? Kelihatannya alim, tapi ternyata kayak gini?” Brama menggelitiki istrinya sampai Nawa harus menahan tawa.“Ampun, Sir. Ampun.”Brama mengurung tubuh istrinya dengan tangan kiri. Sementara jari tangan kanan terus bergerak di pinggang istrinya. Posisi Nawa ada dalam pangkuannya membelakangi Brama.“Enough, Sir. Ampun.”“Katakan, apa kamu pernah mencium mantanmu juga saat pacaran dulu seperti yang baru kamu lakukan ke saya? Apa kamu seagresif ini dari dulu?”Tawa Nawa terhenti seketika. Wajahnya berubah sendu. Pun jari Brama tidak lagi mengusili sang istri. Nawa ingin melepaskan diri, tetapi tubuhnya dikurung erat dan tidak bisa lepas.“Sorry to say,” ujar Brama lembut.“Jadi menurut Sir, saya wanita sebebas itu hanya karena saya mencuri ciuman dari Sir?”“No, ucapan tadi
Baca selengkapnya

62. Dipukuli

Nawa mengambil selimut untuk sang suami, lantas mencium kening pria halalnya dalam.“I’m so sorry.” Wanita itu mengelus lembut wajah Brama.Yadi yang akan masuk, mengurungkan niat. Ia mengambil video adegan tersebut diam-diam. “Ini kalau Sir Brama tahu, pasti langsung koprol atau kayang.”Pria itu keluar ruangan lagi ketika menyadari Nawa akan keluar. Setelah Nawa tidak ada, barulah ia masuk lagi.Yadi menunggui tuannya dalam waktu lama sambil bermain ponsel sampai Brama terbangun. Brama mendesis ketika merasakan kepalanya berdenyut.“Sir, butuh sesuatu?” tanya Yadi.“Air minum. Sama belikan obat sakit kepala seperti biasanya.”“Sir, saya ada obatnya tanpa harus beli.”“Apa?”Yadi mendekat, menunjukkan video saktinya. Brama langsung tersenyum.“Kamu benar, sakit kepala saya langsung hilang. Mana ponsel saya? Saya transfer kamu sebagai hadiah.”Yadi tersenyum lebar. Ia menang banyak.**Operasi Heru berjalan lancar. Pria itu kini berada di ruang recovery sebelum dikembalikan ke ruang r
Baca selengkapnya

63. Jangan Ikuti Aku

Nawa membuka pesan dari Yadi ketika sedang memasak. Wanita itu membeku setelah membaca kata demi kata yang tertulis.“Kenapa sampai bisa pingsan?” Nawa membalas.“Dihajar Mr. Boby, Non.”Nawa spontan beristigfar. Ia langsung menelepon Yadi.“Mas Yad, kenapa bisa dihajar daddy-nya?” cecar Nawa langsung.“Saya juga kurang tahu, Non. Sepertinya hubungan mereka sedang tidak baik. Saya kasihan sama Sir. Makanya saya telepon Nona. Mungkin bisa ke sini merawat. Itu pun saya nggak maksa. Karena saya yakin yang dibutuhkan Sir saat ini hanya Nona.”Nawa diam. Di rumah, bapaknya masih perlu perawatan meskipun sudah tidak seperti saat baru operasi dulu.“Tapi bapak ....”“Ada apa, Wa?” Heru mendekat ketika mendengar sang anak membicarakannya.“Sir Brama di rumah sakit, Pak,” jawab Nawa.“Yang telepon sama kamu itu Brama?”Nawa menggeleng. “Mas Yadi.”“Sini ponselnya biar saya bicara sama Yadi.”Nawa pun menyerahkan ponselnya setelah mengaktifkan speaker.“Brama sakit apa, Di?”“Habis berantem sam
Baca selengkapnya

64. Bunuh Aku

“Sir, aku minta–““Minta maaf? Basi! Pergi, Nawa! Aku nggak mau lihat kamu lagi.”“Oke! Aku akan pergi! Sir, aku hanya mengingatkan. Tapi kalau ternyata aku salah, aku juga sudah berusaha minta maaf. Dan Sir harusnya tadi cukup bilang baik-baik ke aku kejadian yang sebenernya. Tapi apa yang Sir lakukan? Membentakku. Baiklah, mungkin pengabdianku sama kamu nggak ada artinya. Bukannya mengungkit masa baktiku merawatmu, tapi harusnya dalam rumah tangga itu saling mengingatkan, saling memaafkan. Tapi Sir selalu ingin benar sendiri. Selalu ingin menang sendiri.” Nawa menatap Brama sengit.“Nawa, kamu–““Kondisiku pas ke sini juga nggak sedang baik-baik saja. Aku capek habis ngerawat bapak, lalu ngerawat Sir di sini. Sekali lagi aku bukan niat mengungkit, tapi ayolah, kalau sama-sama salah itu saling memaafkan, jangan malah membentak. Padahal tadi sebenernya hanya salah paham. Tapi nada bicara Sir sangat tinggi. Sakit hati aku.”Brama berusaha menggapai tangan istrinya. Namun, Nawa menepisn
Baca selengkapnya

65. Siap Menggantikan

“Bram, Daddy heran sama kamu. Kenapa kamu dari dulu suka sekali melawan orang tua? Kamu pikir Daddy tega bunuh kamu?” tanya Boby sambil melemparkan pisau ke sembarang arah. “Ya, mungkin saja. Buktinya kemarin sampai menghajarku.” “Daddy minta maaf. Kemarin kondisi sedang marah. Lalu sekarang apa maumu?” “Aku mau lepas tangan dari Sunmond. Aku nggak bisa lagi memegang perusahaan ini pasca satu-satunya orang yang membuatku betah nggak ada. Jadi, apa aku harus mengganti kerugian yang terjadi akhir-akhir ini?” Boby mengembuskan napas panjang. “Nggak perlu. Bram, Daddy tanya sama kamu. Kalau sekretaris lamamu dipanggil, apa kamu mau memperbaiki perusahaan yang sudah kamu kacaukan ini?” “Terlambat, Dad. Aku sudah hilang nafsu sama Sunmond. Sudahlah, lebih baik aku serahkan lagi perusahaan ini ke Daddy. Terserah siapa yang akan Daddy tunjuk sebagai Presdir nantinya. Aku lebih nyaman dengan bisnisku sendiri.” “Kalau Daddy menolak surat pengunduranmu?” “Aku akan bawa penyerangan Daddy wa
Baca selengkapnya

66. Hal Buruk

“Maksudnya gimana, Bim?” tanya Nawa kembali memastikan.“Maaf, Kakak Ipar. Aku nggak ada maksud apa-apa. Hanya saja, kalau Brama tetap tidak datang, aku bersedia menjadi pengantin pengganti. Aku yang akan menikahimu."Nawa tertawa sumbang. “Bercandamu sangat lucu.""Kak Nawa, aku serius.""Apa motifmu mau menikahiku?""Menjaga nama baikmu. Kak Nawa, kalau kamu gagal nikah, bukankah akan menjadi gunjingan?""Bim, jangan macam-macam, ya! Atau mungkin ini cara Sir Brama menguji kesetiaanku? Atau mungkin kamu sekongkol sama dia? Atau kamu yang sudah menyembunyikannya!""Astaga! Aku nggak sepicik itu! Aku juga nggak tahu dia di mana.""Aku nggak mau! Aku nggak akan nikah kalo bukan sama Sir Brama! Karena kami sudah suami istri meskipun masih secara resmi. Jadi, siapa pun tidak ada yang bisa menikahiku selama Sir Brama masih hidup dan dia tidak menceraikanku!” sergah Nawa.Nawa terduduk di bibir ranjang kamar mekap. Heru, Zidan, dan Alvina tak kalah syok mendengar berita tentang hilangnya B
Baca selengkapnya

67. Jangan Salahkan

“Ada hal buruk apa, Dan? Jangan membuat Bapak takut,” cecar Heru lagi.“Orang tua Brama datang ke sini sambil marah-marah, Pak.” Zidan terlihat cemas. “Mereka datang membawa banyak orang dan polisi. Situasi di ballroom sangat kacau.”Nawa yang ikut mendengar dari dalam kamar, membeku. Tangannya menggantung tidak bergerak di atas koper. Ia curiga mungkin hilangnya Brama ada sangkut pautnya dengan Boby atau Gahayu. Namun, ternyata dua orang itu malah datang mencari. Semua masih menjadi tanda tanya.“Loh, tapi kata Brama dia yatim piatu?”“Entahlah, Pak. Aku juga nggak paham. Bapak sama Nawa lekas pergi saja dari sini. Biar aku yang mengatasi kekacauan yang di sini. Biar aku yang hadapi mereka. Alvina sama Syakila juga sudah kusuruh pulang.”“Bapak makin bingung. Ini sebenarnya apa yang terjadi? Berarti selama ini Brama bohong?”Nawa mematung. Lagi-lagi air matanya terjun bebas tanpa bisa dicegah. Ia menghirup napas dalam, lalu mengembuskan pelan-pelan. Wanita itu mendekati kakak dan bap
Baca selengkapnya

68. Berdiri

“Jangan salahkan Nawa dan keluarganya atas hilangnya Brama, tapi ini murni kesalahan pria pecundang itu,” lanjut pria tersebut.“Bima! Ini ... apa maksudnya?” tanya Boby.“Dad, Brama menghilang begitu saja sejak tadi malam. Sekarang aku, kepolisian, dan anak buah Brama sedang mencarinya.” Bima mendekat. “Nawa, maaf aku datang terlambat dan baru bisa ke sini. Tadi aku masih ada urusan bentar.”“Sebentar, sebentar. Mommy belum ngerti. Bim, kamu bisa menjelaskan semua ini? Maksud Mommy, kamu tahu tentang pernikahan kakakmu hari ini? Kenapa kamu juga ada di sini?” Gahayu mendekati putra bungsunya tersebut.“Maaf, Mom. Aku memang tahu rencana Brama menikah. Dan aku sengaja datang sebagai saksi.”“Lalu kamu tidak memberitahu Mommy dan Daddy tentang semua hal buruk ini? Ya Tuhan ....”Bima membeku.“Kamu izin pergi ada urusan keluar kota dan ternyata ke sini? Ini yang kamu bilang urusan penting itu?”“Ya, Mom.”“Astaga, Bima. Kamu kenapa sekarang jadi pembangkang kayak kakakmu? Kamu itu sama
Baca selengkapnya

69. Tembakan

“Nawa ....” Brama berucap lirih, perlahan-lahan merangsek masuk kamar.“Mau ke mana kamu? Haram bagimu mendekati adikku!” tekan Zidan sambil mencekal pergelangan tangan Brama ketika melintas di sampingnya. “Ke mana saja kamu baru muncul sekarang? Habis jalan-jalan nyari lont*? Lalu baru ke sini lagi setelah semua kacau! Iya! Kamu itu pecundang, pembohong! Kepa*at!”“Mas, tapi aku–““Dia sudah kamu permainkan. Dia sekarang kesulitan napas gara-gara kamu. Adikku sudah hancur. Puas kamu, Brama, hah? Puas kamu sudah merusak adikku!” Sekuat tenaga Zidan mengelola emosinya agar tidak melayangkan bogemnya pada adik iparnya ini. Tangannya mengepal kuat. Namun, jika emosinya sudah meledak, ia tidak bisa menjamin tangannya akan sabar tetap berada pada tempatnya.Brama bukan orang sembarangan. Zidan tidak mau berurusan tambah panjang jika menyakiti Brama. Belum lagi ancaman dari orang tua pria kaya ini akan memasukkannya ke bui. Akan tetapi, jika sudah kalap, ia akan menutup mata melihat semua i
Baca selengkapnya

70. Panik

“Dad, Bram! Sudahi dramanya! Nggak ada gunanya tembak-tembakan kayak gini! Bram, kamu terluka, Nak. Ayo kita ke rumah sakit.” Gahayu berujar seraya menangis.Brama menggeleng. “Sebelum kalian janji untuk merestui pernikahanku. Bagaimana?”Gahayu menatap suaminya, mengangguk. Sebuah kode agar untuk saat ini, apa pun yang diinginkan Brama dituruti.“Baiklah.” Boby akhirnya mengangguk setuju dengan pernikahan putranya itu dengan Nawa. Brama itu kepala batu, Boby dan Gahayu sadar akan hal tersebut. Jika keinginannya ditolak, bisa-bisa Brama benar-benar mengakhiri hidup.“Oke-oke. Menikahlah. Tapi buang senjata itu,” pinta Boby.“Nawa, kemarilah.” Brama melambai, meminta istrinya mendekat. Sementara pistol masih ada di genggamannya.Dengan masih ada rasa takut, Nawa menghampiri Brama sambil menunduk. Tiba di depan sang suami, ia ikut duduk. Brama merengkuh istrinya dalam dekapan erat.“Maaf karena sudah mengacaukan pernikahan kita,” bisik Brama sambil mencium setiap inci wajah Nawa.“Aku j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status