Home / CEO / Dilamar Presdir yang Menyamar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dilamar Presdir yang Menyamar: Chapter 41 - Chapter 50

124 Chapters

41. Upaya Penggagalan

“Nomornya dimatikan, tapi masih banyak cara lain menemukan di mana Nawa berada,” gumam Brama sambil terus mengutak-atik ponsel. Saat bersamaan, terlihat di layar Yadi menelepon. Pria itu langsung mengangkatnya. “Ya, katakan.” “Dari sekuriti kantor, saya mendapat informasi kalau Nona Nawa pulang sama Frengki, Sir.” “Bedeb*h. Yadi, dengar. Di mana pun kamu saat ini berada, sekarang lacak nomor Frengki, saya akan lacak nomor Nawa. Nanti bisa kita lihat apakah posisi mereka sama atau tidak. Kalau lokasi mereka sama, berarti Frengki yang sudah membawa Nawa dan ingin berbuat hal buruk pada wanita malang itu.” “Siap, Sir.” “Lakukan sekarang!” Panggilan pun dimatikan. Sebagai ahli IT profesional, Brama jelas tahu cara lain yang digunakan untuk melacak meskipun nomornya tidak aktif. Pria itu terus berusaha semaksimal mungkin. Brama pun merasa bingung. Haruskah melibatkan polisi untuk urusan ini? Sementara ia sendiri belum tahu kondisi Nawa yang sebenarnya. Apakah wanita itu sakit karena
Read more

42. Meregang Nyawa

“Alihkan perhatiannya dulu. Saya akan sampai sebentar lagi. Saya ingin menjadi orang pertama yang meremukkan tengkorak kepalanya.” Brama berbicara penuh penekanan.Katakanlah Brama egois, tidak mementingkan keselamatan Nawa, atau apalah itu. Sebenarnya bisa saja ia menyuruh anak buahnya menyerang Frengki terlebih dulu. Namun, ia tidak ingin itu terjadi. Brama ingin menjadi orang pertama yang melihat wajah pias Frengki saat kepergok nanti.“Baik, Sir.” Gilang membanting vas bunga yang ada di ruang tamu. Setelah itu, ia kembali bersembunyi.“Anj*ng! Siapa sih yang dari tadi membuat kekacauan!” pekik Frengki setelah keluar dari kamar.“Apa jangan-jangan di rumah ada orang?”Frengki menyisir semua ruangan dan tidak mendapati siapa pun.“Atau jangan-jangan ada orang yang mengikutiku?”Gilang yang sembunyi menghindari Frengki, harap-harap cemas saat Frengki menyisir lebih teliti seluruh ruangan. Gilang takut ketahuan.Frengki juga memeriksa pintu yang masih terkunci. Ia juga menuju gerbang
Read more

43. Paling Berhak

“Sir! Ayo kita ke rumah sakit.” Yadi datang bersama beberapa orang, menjeda ketegangan yang terjadi di kamar tersebut. “Sebentar. Saya hanya mau dibawa ke rumah sakit kalau Nawa sudah menjawab pertanyaan saya.” Brama mengangkat tangan. “Mas, jangan keras kepala. Kondisi Mas sudah sangat memprihatinkan. Bisa-bisa nyawa Mas tidak tertolong,” ujar seorang warga. Nawa diperam gundah. Ia bingung harus menjawab apa. Jika menerima, ia sangat tidak yakin dengan keseriusan pria ini. Brama itu sangat pandai mempermainkan orang, apa jaminannya kalau ia serius? Namun, kalau menolak, bisa-bisa Brama meninggal karena kehabisan darah dan alasannya meninggal karena dirinya yang terlalu lama berpikir. “Nawa, yes or no.” Napas Brama terengah-engah. Ia meringis menahan sakit. “Nona Nawa, entah apa yang sudah ditanyakan Sir Brama pada Anda. Tapi saya mohon, jawablah dengan jawaban yang nantinya membuat bos saya mau dibawa ke rumah sakit.” Nawa menatap Brama sendu. Ia pun mengangguk ragu. “Yes, Sir.
Read more

44. Hubungan Ajaib

“Ya. Kamu tahu apa alasannya?” tanya Brama balik.Nawa membulatkan mata, siap menyembur Brama dengan amarah.“Karena kamu itu candu. Maksud saya, tubuh kamu. Dan saya nggak bisa jauh dari kamu.”Nawa mengepalkan tangannya kuat di depan wajah. “Sir, kenapa Anda itu jahat sekali? Ternyata pria kaya seperti Sir itu tetap saja egois. Tidak ada ketulusan dalam menolong seseorang. Tapi harus ada timbal balik yang harus didapat. Dan timbal balik itu tubuh saya? Astagfirullah. Sir, saya mohon jangan jadikan saya sebagai objek kenakalan Anda."“Oh, nggak bisa. Karena kamu sudah telanjur mengikat saya dengan pesonamu. Saya harus melakukan sesuatu yang berguna untuk saya. Untuk apa saya menolong seseorang yang nantinya tidak memberikan manfaat untuk saya?”“Jadi kalau yang kesusahan orang lain, bukan saya, apa Sir nggak akan menolongnya?"“Maybe yes, maybe no.”“Menyesal saya sudah menerima lamaran Sir! Tahu gini saya tadi menolaknya dan membiarkan Sir meninggal!”Brama tertawa. “Tapi nyatanya e
Read more

45. Paket

Brama menyentil pelan kening Nawa. “Harusnya kamu itu bersyukur. Coba kamu hitung sudah berapa kali saya melamarmu tapi baru kamu terima sekarang? Berkali-kali. Pertama saat saya masih menjadi pria buruk rupa. Kamu dilamar Presdir yang menyamar. Lalu sekarang dilamar Presdir sungguhan, yaitu saya dengan wajah tampan. Tapi lihat? Kamu malah mengeluh berlebihan seolah-olah menjadi manusia paling tersakiti sedunia. Kamu itu definisi manusia kufur nikmat.”“Harusnya judulnya diganti. Dilamar Presdir sangar. Itu baru benar. Dan saya tekankan, ya. Perasaan Sir ke saya itu bukan murni cinta atau kasih sayang. Mungkin. Tapi obsesi. Obsesi itu berbahaya, Sir!”Brama hanya mengedikkan bahu. “Saya nggak peduli apa pun sebutannya.” Pria itu bangkit, lalu berjalan menuju bed-nya. “Tidur, Nawa. Saya ngantuk. Atau kamu mau satu ranjang sama saya?”“Hiii! Amit-amit.”Nawa masih membersihkan sisa makan mereka, saat suara Brama kembali menginterupsi.“Biarkan di situ. Biar dibereskan sama Yadi. Kamu se
Read more

46. Pengakuan

“Sir, yakin mau menikahi saya?” tanya Nawa, ingin kembali memastikan. “Ya. Kamu kurang bukti apa lagi dengan keseriusan saya? Apa saya harus mati dulu seperti mantanmu itu baru kamu percaya?” Nawa mendelik. Ia sangat tidak percaya dengan keseriusan Brama. Namun, dari aksi pria itu memang sudah membuktikan segalanya. Masalahnya, wanita itu takut hanya dijadikan permainan. Bisa saja, kan, Brama itu hanya manis di awal dan bisa jadi juga pahit di akhir. “Kalau saya yang nggak yakin? Sir, dilihat dari segi mana pun kita ini nggak imbang. Kasta kita jauh berbeda. Saya nggak bisa dan nggak mau ambil risiko, Sir.” “Nawa, jangan main-main sama saya! Jangan mempermainkan saya!” “Saya tidak mempermainkan. Bagaimana dengan orang tua Sir? Apa Sir sudah melibatkan mereka dengan jalan yang Sir ambil sejauh ini?” “Saya nggak butuh mereka. Saya bisa menghidupi saya dan kamu kalaupun mereka nggak merestui. Nawa, jangan bicara macam-macam lagi kalau niatmu hanya ingin membuat saya mundur. Kamu pas
Read more

47. Jangan Rindu

Brama dan Nawa sama-sama diam, lalu saling pandang. Pikiran keduanya sama. Sekarang mereka tahu tersangka utama yang secara tidak langsung menjadi perantara garis takdir yang menghubungkan keduanya untuk bersatu.Sebenarnya Brama sudah tahu Nawa dalam pengaruh obat lak*at tersebut. Hanya saja, ia memang tidak berniat memberi tahu dan baru tahu pelakunya sekarang. Sementara Nawa seorang gadis lugu yang tidak terlalu paham hal semacam itu.“Obat perangsang?” Nawa kembali memastikan.“Ya. Tapi saat itu aku dipaksa ikut pergi ke klub sama teman lain dan nggak bisa berbuat buruk sama kamu. Besoknya, justru katanya kamu sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. Apa saat itu kamu merasakan sesuatu?”“Kenapa Mas Frengki begitu tega sama aku?” Air mata Nawa lolos tanpa permisi. “Dari dulu kamu memang berniat merusakku ternyata. Semoga Allah memberimu hidayah.”“Maaf, Nawa. Pikiranku sudah buntu. Hanya itu yang dulu bisa kulakukan untuk mendapatkanmu. Setelah aku ulangi perbuatan ini pun, aku
Read more

48. Hilang

“Mommy nggak sengaja, Bre. Tapi lo sengaja merusak ponsel gue!” Bima mencengkeram kerah jaket Brama.“Hey, sudah! Kenapa kalian malah berantem?” Gahayu datang melerai.“Brama merusak ponselku, Mom.”“Bram, Mommy benar-benar minta maaf. Mommy nggak sengaja. Tapi kamu juga jangan kayak gini, merusak ponsel adikmu. Bim, lepas tanganmu. Nggak baik berani sama kakak.”“Biar impas. Mommy sudah merusak ponselku. Sebagai ganti, kurusak ponsel anak kesayangan Mommy ini.” Brama menyentak kasar tangan Bima yang ada di lehernya, lalu berderap meninggalkan rumah.“Bram, jangan pergi! Kalau kamu pergi, Mommy akan buat perhitungan sama sekretaris kesayanganmu itu! Biar impas. Itu kan, yang kamu bilang tadi?”Brama berbalik. “Memangnya apa yang mau Mommy lakukan?”“Banyak. Mungkin hal yang gagal dilakukan karyawan divisi keuangan itu, akan berhasil dilakukan orang lain suruhan Mommy. Mommy bisa berbuat apa saja.”Brama berpikir sejenak. Ia sekarang ada di Tangerang, tidak bisa siaga menjaga Nawa. Leb
Read more

49. Mellow

“Nona Nawa tidak ada di kosan, di kantor hari ini juga tidak datang,” jelas Yadi.“Kenapa kamu sampai kecolongan! Saya tidak mau tahu, pokoknya cari dia sampai ketemu. Saya akan segera pulang.” Brama menyahut khawatir.“Siap, Sir.”Brama mematikan panggilan telepon, lalu memesan tiket secara online. Bagaimanapun juga, ia harus segera kembali ke Jatim lagi.“Apa ini ulah mommy?” Pria itu lantas turun dari kamar mencari Gahayu. Sang mommy ada di ruang keluarga. Ada Bima juga di sana.“Apa yang sudah Mommy lakukan ke Nawa?” todong Brama langsung.“Kamu ini apa-apaan datang-datang menuduh Mommy sembarangan. Mommy nggak ngapa-ngapain dia.”“Tapi dia hilang!”“Itu urusan dia sendiri mau ngilang kek, mau meninggal, kek. Kamu ada bukti kalau Mommy yang menghilangkannya?”Brama terdiam.“Bram, lama-lama kamu ini hilang akal gara-gara wanita itu. Mommy jadi curiga kamu diguna-guna sama dia. Sebagai orang miskin, apa yang bisa dilakukan selain mengguna-gunaimu?”“Mom, cukup! Pokoknya kalau ada a
Read more

50. Persyaratan Mutlak

“Ini rumah apa sarang ular? Jalannya meliuk-liuk, curam, licin, tersembunyi. Ck! Pedalaman sekali.” Seseorang dari dua pria itu bergumam sambil mendekati rumah Nawa. Seorangnya lagi membawa payung untuk melindungi keduanya dari serangan air hujan. Nawa bisa mendengarnya sebab suaranya terdengar jelas. Ia masih berdiri di tempat sambil memicing. Pandangannya bertubrukan dengan salah satu pria yang menatapnya tajam. Tatapan pria bermata biru. “Sir? Ngapain ke sini?” Nawa celingukan. Ia melihat sang bapak yang ternyata sudah masuk rumah. “Kamu masih bisa tanya saya ke sini ngapain? Jelas saya ke sini buat nyari cabe-cabean! Kamu!” “Sir!” “Tidak bisakah kamu cari tempat tinggal yang lebih mudah akses jalannya? Ya ampun, Nawa. Hampir saja saya terjun ke jurang!” “Sir, kalau niatnya ke sini hanya untuk meledek rumah saya, mending pergi lagi sana!” “Kamu mengusir saya setelah saya datang jauh-jauh! Ya Tuhan, manusia model apa ini?” Pria yang masih berkemeja resmi tersebut berkacak pin
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status