“Mrs.” Nawa spontan melepaskan tangannya dari dasi Brama. Sementara Brama masih memegang ujung hijab Nawa.“Sir, lepas,” gumam Nawa lirih.“Seperti ini, ya, kelakuan bawahan sama bos?” Gahayu mendekat, menatap Nawa tajam.“Mommy, memangnya ada yang salah?”“Bram, kamu itu terlalu memanjakan wanita udik ini sampai-sampai dia ngelunjak. Berani-beraninya pegang dasi kamu!”“Mom, itu aku yang minta. Dasiku sedikit berantakan, jadi aku minta dia benerin. Lagi pula, kami ini kan pasangan kekasih. Jadi apa salahnya? Nawa, lanjutkan.”Gahayu melepas paksa tangan Brama dari kerudung Nawa. “Bram, lepas. Biar Mommy yang benerin dasi kamu.”Brama hanya mengedikkan bahu.“Dan kamu wanita kampungan, keluar dari ruangan ini.”Nawa yang masih menunduk, mengangguk. Ia pun keluar ruangan sambil menggerutu.“Ini aku yang ceroboh atau memang si bos yang tengilnya kebangetan? Niatnya tadi cuma ngasih kopi, habis itu keluar. Makanya pintu nggak kututup sempurna. Eh, malah keciduk nyonya besar. Duh, nasib.”
Read more