Home / Romansa / Dilamar Presdir yang Menyamar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dilamar Presdir yang Menyamar: Chapter 51 - Chapter 60

124 Chapters

51. Izin

“Saya nggak minta banyak hal. Cukup satu sebagai persyaratan meminang Nawa. Nak Brama harus bisa menjadi imam doa dan tahlil. Bersedia?” tanya Heru.Brama meneguk ludah dengan susah payah. Jika calon mertuanya ini meminta rumah, perhiasan, uang, mobil, jet pribadi, ataupun pulau pribadi, bisa dengan mudah diberikannya. Tapi ini menjadi imam tahlil? Satu hal sepele, tetapi cukup sulit dikabulkan olehnya yang tidak terlalu paham agama.“Pak, ada hal yang disembunyikan Sir Brama. Sebenarnya orang tuanya–““Orang tua saya kenapa? Nawa, kamu yang harusnya tahu kalau orang yang bersama saya selama ini adalah orang tua angkat. Ya. Begitulah keadaannya.” Brama memotong ucapan Nawa. Lagi-lagi ia berbohong demi melancarkan aksinya.“What! Serius? Sir, jangan bohong!”Brama mengangguk. “Untuk apa saya bohong? Jadi, apa yang terlihat selama ini bukan sepenuhnya benar. Dan kebenarannya adalah saya bukan orang berada. Saya tidak punya apa-apa. Apa yang saya miliki selama ini hanya milik orang tua a
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

52. Isinya Apa?

Nurul tersenyum. Ia mendekat. Disentuhnya tangan Nawa.“Nawa Sayang, Tante sangat bahagia kamu pernah menjadi bagian hidup Agung. Kalau punya anak laki-laki lain yang masih single, sudah Tante nikahkan kamu sama dia. Sayangnya adik Agung perempuan. Nawa, Agung sudah tiada. Lanjutkan hidupmu, Nak. Bukalah hati untuk pria lain, menikahlah dengan pria lain.” Air mata Nurul menitik.“Lalu kenapa Tante menangis?”“Tante sangat terharu kamu sampai izin ke Tante seperti ini. Itu buktinya, kamu masih sangat menyayangi Tante, menganggap Tante bagian keluargamu. Nawa, berbahagialah. Tante hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu.”“Mas Agung nggak akan pernah terganti, Tante. Sampai kapan pun, nggak ada pria sebaik dia. Tapi hidup harus terus berjalan, bukan? Jadi, saat ada seorang pria menyatakan keseriusan, apa salah jika saya menerimanya?” Suara Nawa bergetar.“Nggak salah, Sayang. Enggak. Tindakanmu benar. Kalau orang meninggal bisa bicara, mungkin Agung juga memintamu menikah. Tapi Nawa,
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

53. Masih Berhubungan

Nawa menunggu panggilan video dengan cemas sambil menimang-nimang paket dari sang tunangan. Ia menebak-nebak isi dari kotak berukuran sedang tersebut.“Ini orang hobi, ya, bikin orang penasaran.” Capek menebak-nebak, Nawa pun merebahkan diri di ranjang. Ia memutar-mutar cincin tunangan yang disematkan Heru tadi pagi.Hari ini benar-benar melelahkan. Namun, tidak dipungkiri ia bahagia.“Apa secepat ini hatiku mulai terbuka untuk pria songong itu?” Nawa mengulum senyum, terpejam, lantas menutup wajah dengan telapak tangan.Teleponnya berdering beberapa waktu kemudian saat dirinya diambang rasa kantuk. Ia pun mengangkatnya.“Sir! Jangan macam-macam, ya!” pekik Nawa saat melihat di layar ponsel. Brama melepas baju dan bertela*jang dada. Mata Nawa ternoda dengan perut kotak-kotak milik pria tersebut. Spontan ia menutup mata dengan telapak tangan.“Jadi ini maksudnya video call saya? Mau ngajak saya m*sum! Jangan gila, ya!”“Ck, bukan! Gerah banget. Mau ganti kaus saja. Bentar, jangan ditut
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

54. Anak Kita

Beberapa hari membiarkan barangnya masih ada di kos-kosan, hari ini Nawa berniat mengambilnya. Ia akan pergi ke Gresik tanpa memberi tahu Brama. Sekalian ia akan menyelidiki kelakuan sang tunangan saat di belakangnya.Terlebih setelah Nawa mendengar nama Elea disebut, pikirannya tambah kacau. Saat meminta penjelasan dari Brama, pria itu berkata kalau Nawa salah dengar.Bukan perasaan cemburu yang dimiliki Nawa, tetapi rasa takut berlebih. Ia takut hanya dijadikan permainan pria sultan itu. Secara ia sadar, tidak masuk akal rasanya pria tampan dan sekaya itu bisa menyukainya jika tidak ada maksud tersembunyi.Nawa masih berusaha sabar. Namun, jika terbukti dipermainkan, ia berjanji akan membatalkan pernikahan tanpa peduli risiko yang diterima.“Pak, aku berangkat dulu. Tapi ingat, jangan kasih tahu Sir Brama,” pamit Nawa.“Kenapa memangnya?”“Takut khilaf.” Nawa tertawa. “Dulu kami masih rekan kerja, tapi kalau sudah tunangan gini, takut dia merasa berkuasa penuh dengan diriku karena k
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

55. Layani Saya

Nawa mengelus cincin tunangannya dengan jari jempol. Ia tidak menyangka Brama akan setega ini dengannya. Wanita itu ingin berteriak atau melemparkan rantang ke wajah tunangannya, tetapi mati-matian menahan diri. Ia tidak boleh terlihat barbar.“Mas Yadi, sepertinya kedatangan saya tidak tepat. Tuan Mas Yadi sendang sibuk. Saya permisi saja. Titip ini buat Sir Brama. Kalau dia tidak mau, buat Mas Yadi saja.” Nawa menyerahkan rantangnya pada Yadi.“Tap-tapi.”“Jangan bilang kalau saya datang.”“Non, tapi–“Nawa hanya tersenyum, lalu mengangguk. Ia bergegas berjalan menjauhi rumah sang tunangan.“Nona Nawa!” teriak Yadi.Mendengar nama Nawa disebut, Brama menoleh ke arah pintu."Yadi, ada apa?"“Sir, Nona Nawa barusan ke sini, lalu pergi.”“Apa! Sekarang di mana?” Brama menyentak tubuh Elea kasar sampai wanita itu hampir terjatuh."Mungkin masih di luar."Brama berlari keluar rumah dan masih mendapati Nawa berjalan cepat di pekarangan rumahnya.“Nawa!” Teriakan Brama diabaikan oleh Nawa.
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

56. Cotton Candy

“Sir lepas! Tolong!” Nawa memekik sambil terus berontak memukuli Brama.“Nggak akan. Kamu sudah membuat saya marah, Nawa. Bukankah sudah saya katakan, kalau kamu ingin lepas dari saya, melayani saya di ranjang adalah hukumannya.”“Kamu itu brengsek, Sir! Kamu masih berhubungan dengan Elea sampai dia hamil!”“Apa telingamu tuli, hah! Sudah saya jelaskan semuanya tadi! Elea juga mengakui kalau itu bukan anaksaya! Pasti semua ini hanya akal-akalanmu biar bisa terbebas dari saya.”Brama mengangkat Nawa. Meskipun sudah berusaha keras untuk berontak, nyatanya Nawa tetap kalah. Wanita itu terkapar di atas ranjang sambil menyilangkan tangan di depan dada. Brama mengungkung di atasnya dengan bertelanja*ng dada. Embusan pria itu tidak beraturan. Pandangan liar Brama, bertumbukan dengan mata sendu Nawa.Mata Nawa sembab, air terus keluar dari sana. “Sir, saya mohon jangan apa-apakan saya. Ini namanya pemerkosa*n!”Brama malah mendekatkan wajah. Nawa spontan terpejam.“Saya tanya sekali lagi, apa
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

57. Kecelakaan

Esok harinya, Nawa belum kembali ke Nganjuk. Namun, ia mengaku ke Brama kalau sudah pulang. Semua dilakukan demi meminimalkan serangan berbahaya mendadak dari pria tersebut. Sore hari setelah jam kantor, Nawa membuat janji temu dengan Sari di sebuah kafe. Nawa sengaja tiba lebih dulu dan memilih menunggu. Setelah beberapa saat menanti, sahabatnya itu datang seraya memekik. “Wawaaa!” Sari berlari dan langsung menubruk Nawa yang sedang duduk manis. “Kangeen!” Dua hawa itu melepas rindu dengan heboh setelah cipika-cipiki dan berpelukan dramatis. “Apa kabar?” tanya Nawa. “Kabar buruk. Kamu sih, tiba-tiba ilang dari kantor setelah titip barang ke Sir Brama. Nomor nggak aktif, hari ini hubungi aku ternyata ganti nomor. Gara-gara kamu, sampai-sampai Presdir ngamuk sama aku.” Nawa terbahak-bahak. “Ya maaf. Panjang ceritanya. Duduk dulu, pesen minum dan makan. Baru aku cerita.” Sari mengangguk, lalu memesan minuman. “Sudah, sekarang kamu bisa cerita dan aku siap mendengarkan,” ujar Sari
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

58. Malam Ini

“Nggak! Lo di sini saja. Baru datang pasti lo capek,” ujar Brama sambil berjalan.“Pokoknya gue ikut. Besok akhir pekan, Bre. Setidaknya masih ada waktu buat istirahat di hotel sana.” Bima mengekor di belakang sang kakak sambil menyeret koper.“Yadi atau Gilang! Salah satu dari kalian antar saya ke Nganjuk sekarang!” pekik Brama.“Perlu naik pesawat nggak untuk sampai ke sana?” Bima menyela.“Ya. Pesawat kertas.”Bima terpingkal-pingkal. Di antara tiga saudaranya, ia yang paling ramai. Pria yang menjadi orang terbesar kedua di Sunmond Food ini paling suka mengerjai dua kakaknya yang cenderung kaku dan serius.**Setelah beberapa jam perjalanan, Brama dan Bima tiba di Nganjuk dan langsung menuju rumah sakit di mana Heru dirawat menurut informasi mata-mata Brama.“Yadi, usut tuntas siapa yang sudah membuat Pak Heru seperti ini. Koordinasi sama Polsek dan Polres. Jangan sampai pelakunya lolos,” tekan Brama saat keduanya sampai. “Saya ke Nawa dulu. Dan lo, Bim. Booking-lah hotel dulu biar
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

59. Siapa?

“No, Sir, No.” Nawa terus menggeleng.“Wiw, wow, wow. Amazing banget brether gue!” Bima memekik. “Agak laen, hukumannya langsung dikawin.”Brama mengoperasikan ponsel, lalu meletakkan pada telinganya. “Tolong ke rumah sakit sekarang juga. Bawa satu pemuka agama di desa dan satu saksi. Saya ingin menikahi Nawa. Nanti saya share loc rumah sakitnya.”“Sir!” Nawa menggeleng, air matanya berlinang. “Bukan pernikahan yang prosesnya dicicil seperti ini yang saya mau! Saya ingin menikah sekali dan untuk seumur hidup!”Brama menatap Nawa tajam. “Saya nggak peduli. Dan saya mengajakmu menikah, bukan mengajak berz*na. Jadi, di mana letak salahnya?”“Tapi saya nggak mau nikah sekarang!”“Bre, kalau kakak ipar menolak, jangan dipaksa.” Bima berusaha bernegosiasi.“Diam lo, Bim. Ini hidup gue. Gue nggak mau Nawa dan keluarganya disentuh lagi orang jahat di luar sana. Dan beginilah cara gue melindunginya. Gue yakin kecelakaan ini ada campur tangan orang tua kita.”Nawa terkulai. Ini belum menjadi is
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

60. Aksi Tiba-Tiba

“Mr. Boby,” jawab Yadi di seberang.Tangan Brama spontan mencekal pergelangan tangan Nawa. Seolah-olah refleks bentuk perlindungan pada wanita yang baru dinikahinya tersebut.“Sir, lepas. Saya ingin membuka pintu,” ujar Nawa.Akan tetapi, Brama tidak juga melepaskan cekalan.“Sudah kamu pastikan?” tanya Brama pada Yadi.“Sudah. Saya ancam pelaku yang menabrak, mengaku disuruh seseorang. Seseorang itu disuruh rekannya. Saya telusuri terus dan ujungnya mengerucut pada Mr. Boby.”“Kurang ajar. Kamu ada buktinya, kan?”"Ada, Sir.”“Bagus. Jaga baik-baik buktinya dan segera kirim ke email saya. Yadi, carikan rumah. Di kota ini. Lalu hubungi rekanmu yang lain untuk menjaga Pak Heru di rumah sakit. Usahakan tidak kentara dalam menjalankannya.”“Siap, Sir.”“Ya sudah, terima kasih. Kamu istirahatlah di hotel yang sama dengan Bima.”“Baik. Terima kasih, Sir.”Telepon dimatikan, Nawa masih dipaksa terus mendengarkan. Meski tidak paham, ia sedikit tahu Brama tengah meradang.“Kenapa pintunya bel
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status