Semua Bab Dilamar Presdir yang Menyamar: Bab 21 - Bab 30

124 Bab

21. Korek Bensol

“Wait, wait. Memangnya Pak Arbi ke mana kok Presdir-nya ganti? Ini gimana sih maksudnya?” tanya Nawa.“Ceritanya panjang. Ada huru-hara selama tiga hari selama kamu nggak ada di kantor. Yang jelas, sepertinya sekarang Presdir di sini bukan lagi Pak Arbi,” jelas Frengki.“Huru-hara apa?”“Nona Nawa, dipanggil Mr. Boby dan Sir Brama ke ruangannya,” ujar seorang ajudan Boby.“I-iya. Sa-saya ke sana sekarang.” Nawa menatap sekilas pada Frengki. Pria itu hanya mengepalkan tangan untuk menyemangati.“Habislah aku. Untuk apa bos besar mencariku? Mana pagi-pagi pula,” gumam Nawa seraya berjalan menuju ruang Presdir. Sang ajudan tadi mengawalnya.Begitu sampai di depan ruangan Presdir, Nawa mengetuk pintu sambil harap-harap cemas. Lalu, pintu terbuka otomatis.“Selamat pagi, Mr. Mr. Memanggil saya?” tanya Nawa sopan.Di ruangan itu hanya ada Boby yang duduk di kursi kebesaran.“Ya. Duduklah.” Boby memberi titah.Nawa duduk dengan gemetar.“Kamu tahu kesalahan apa yang kamu perbuat sampai saya
Baca selengkapnya

22. Si Mata Biru

“Hey, slow, Nawa. Ada apa ini?” tanya Brama sambil terus menahan senyum. Lengan bajunya diserat Nawa, entah akan dibawa ke mana ia.“Nawa, apa kamu terlalu berna*su denganku sampai segininya? Apa yang kamu inginkan dariku? Jangan-jangan kamu mau menodaiku." Brama kembali menggoda.“Diam!”Tiba di tempat sepi, Nawa berhenti. Ia melepaskan cekalan di lengan baju Brama sambil berkacak pinggang.“Kenapa kamu bohong?” tanya Nawa mengintimidasi.“Bohong masalah apa?”“Pas di rumah sakit, katamu aku hamil. Kenapa kamu ngomong gitu? Padahal aku nggak hamil. Keterlaluan kamu, ya!”Bukannya merasa bersalah, Brama malah terpingkal-pingkal. “Tapi nyatanya saat itu kamu percaya, kan? Aku jadi curiga kalau kamu pernah ‘itu’ sampai segitu takutnya dan percaya saat aku bilang kamu hamil. Kalau nggak pernah, kamu pasti akan menyangkal atau ngamuk dan nggak percaya sama yang aku ucapkan. Hayo ngaku?”“Ini bukan hal lucu yang pantas kamu tertawakan, Brama!” Bahkan Nawa tidak lagi memberi embel-embel mas
Baca selengkapnya

23. Piala Oscar

Bagaimana mungkin Nawa bisa lupa dengan wajah pria yang pernah menodainya? Ya, katakanlah saat itu ia tidak dalam kondisi dipaksa, tetapi jatuhnya tetap ternoda, bukan? Apalagi warna mata pria itu. Mata yang seumur hidup akan melekat kuat dalam memori otaknya.Banyak wartawan terutama pemburu berita bisnis dan paparazi yang mengambil gambar, sesekali mendekat, ingin mewawancarai Brama. Namun, dua orang asisten setia melindungi tubuh sang bos.“Nawa, dia ini manusia apa bidadari laki-laki, sih? Sumpah gantengnya sundul langit nggak ada cela.” Sari berbicara lirih, tetapi gelagatnya begitu gemas memandang Brama.Nawa masih membeku. Menghirup udara saja rasanya kepayahan. Seolah-olah paru-parunya diikat kuat sebuah tali tak kasat mata. Pertemuan pertama di Bali, lalu bagaimana mungkin bertemu lagi di Gresik ini?“Ini kayak cerita novel nggak sih? Dulu aku suka mem-bully penulisnya, kenapa bisa membuat plot sengawur itu. Lah, sekarang aku kayak kena tulah, malah ngalami sendiri.” Nawa mem
Baca selengkapnya

24. Cengkeraman Singa

Wanita bekas, dua kata yang diucapkan Brama terasa menancap paksa seperti pedang yang dihunus di pikiran Nawa. Bagi pria itu, Nawa hanya sebatas apa yang diucapkan.Kaca-kaca di mata Nawa siap pecah. Ia ingin mengelak atau membalas ucapan pedas pria di hadapan, tetapi sadar diri. Brama benar, ia hanya bekas dan itulah kenyataannya. Secara tidak langsung, Brama menilai dirinya wanita murahan.“Oh, ya, apakah benih saya tumbuh di rahimmu setelah kejadian itu?” Brama menatap perut Nawa.“Saya nggak nyangka, seperti ini pria yang sudah merusak hidup saya. Tidak sadarkah Anda kalau Anda itu begitu breng*ek?”Brama tertawa, lalu kembali ke kursinya. Ia membuka laptop dan mulai mempelajari lebih detail data perusahaan.“Padahal kalau kamu hamil, saya bersedia bertanggung jawab. Lumayan, punya anak tanpa harus menikah. Itu pun kalau kamu melakukannya hanya dengan saya. Tapi kalau kamu lakukan dengan pria lain juga maka–““Stop!” Kaca-kaca di mata Nawa pecah. Ia menangis.“Hey, harusnya kamu b
Baca selengkapnya

25. Calon Istri

Tiba di kos-kosan, Nawa sengaja mematikan sambungan internet di ponselnya. Meskipun ia dan Brama belum bertukar nomor, Nawa yakin tidak sulit bagi pria itu mendapatkan nomornya. Ia harus berjaga-gara agar bos killer itu tidak menerornya. Setelah berpikir matang-matang, Nawa memutuskan untuk membuat surat pengunduran diri untuk diserahkan pada HRD besok. Ia benar-benar tidak bisa bekerja yang membuatnya lelah tenaga, pikiran, dan hati. Masalah video, jika menyebarkannya bukankah sama saja Brama bunu* diri? Wanita yang saat ini memakai kacamata tersebut mengacak rambut hitamnya frustrasi saat surat yang dibuat beberapa kali terdapat kesalahan hingga harus mengulang lagi dari awal. “Fokus, Nawa fokus,” gumamnya. Nawa kembali menulis ulang surat pengunduran diri tersebut di meja kecilnya. Namun, di tengah kegiatan ia justru menangis. “Andai Mas Agung masih ada." Nawa melepas kacamatanya, lalu menyingkirkan kertas dan pen. Ia mengambil foto Agung dalam pigura. Dielusnya foto itu. “Ma
Baca selengkapnya

26. Ancaman

Brama berjalan cepat menghampiri Nawa. Ia mencekal tali tas wanita itu, kemudian sedikit menyeret masuk kantor. Tentu saja dengan pemaksaan sebab Nawa tidak semudah itu menurut padanya.“Sir, Anda laki tapi mulut lemes banget, ya? Saya bukan calon suami Sir.”“Diam atau akan saya bungkam mulutmu pakai bibir saya,” desis Brama.“Bram!” teriak Elea. Namun, ia tidak bisa masuk karena sekuriti dan Yadi menghalangi.“Ini aku lagi siaran langsung! Aku yakin kamu lagi nge-prank aku! Brama!” pekik Elea lagi.Nawa menoleh, menatap Elea. Ia mencoba mengingat-ingat wajah wanita itu. Namun, ia benar-benar lupa.“Sir, lepas!” pekik Nawa saat keduanya ada di lift dan Brama belum juga melepaskan cekalan. “Lepas! Kalau tidak, kali ini bukan telor saja yang pecah, tapi beserta cacingnya yang akan saya cincang!”Brama masih bersikap tenang. “Oh, cacing?”Pria itu mencoba membuka ritsleting celananya.“Sir, stop!” Nawa menutup wajah.“Dari tadi kamu terus memancing saya. Di lift hanya kita berdua, Nawa.
Baca selengkapnya

27. Kedengarannya Seru

“Atau pilihan ketiga. Ini pilihan yang paling menarik. Kamu boleh resign, tapi menikah dengan saya. Pilih salah satu di antara ketiga itu,” tambah Brama serius.“Sir, dari kemarin Anda bicara pernikahan. Sekarang menawarkan pernikahan. Apa yang membuat Anda begitu bersikukuh ingin menikahi saya? Keuntungan apa yang Anda dapat?” tanya Nawa.Brama terdiam. Tidak mungkin ia berkata demi memenuhi sebuah janji yang pernah diucapkan pada Yadi. Ia pria sejati. Sumpah dan memenuhi sumpah itu adalah harga mati baginya. Lalu jika beralasan karena cinta, Nawa jelas tidak percaya. Bisa-bisa ia ditertawakan wanita itu.Cinta. Sebuah alasan klise yang memang itulah kebenarannya. Rasa aneh itu menyusup secara tidak masuk akal. Berinteraksi dengan Nawa ketika masih menyamar sampai sekarang, mungkin perasaannya sebesar gundukan pasir. Tidak tinggi, tidak terlalu kokoh, tetapi butuh waktu melelahkan jika menghancurkannya.Brama sendiri tidak tahu kenapa bisa cinta secepat itu tumbuh. Mungkin hanya pela
Baca selengkapnya

28. Apa Kamu Percaya?

Hari ini, Nawa berjalan menuju kantor dengan langkah sangat ringan. Belum pernah ia merasa seringan ini sebelumnya. Wanita anggun itu membawa berkas penting di tasnya. Ia tidak peduli tanggapan Brama nanti tentang berkas tersebut. Yang penting, ia ingin segera lepas dari kekuasaan sang Presdir.Dari kemarin, banyak pesan dan panggilan dari ‘Bos Kejam’ di ponsel Nawa. Namun, diabaikan.Tin!Bunyi klakson terdengar. Frengki membuka helm, lalu berhenti di samping Nawa.Meskipun kemarin Nawa kembali menolak, Frengki tidak gentar terus mengejar.“Maaf, Mas. Aku nggak bisa. Aku belum bisa membuat hubungan baru dengan pria lain atau meminta seseorang menungguku. Aku masih trauma. Aku masih ingin hidup bebas kayak gini tanpa beban apa pun. Aku harap Mas Frengki mengerti,” tolak Nawa kemarin.Frengki memang iya di luar, tetapi hatinya tidak gentar terus berjuang.“Mau dibonceng?” ajak Frengki.“Motornya sudah oke?”Frengki mengangguk.Nawa terdiam sebentar, lalu mengangguk. Sesekali tidak apa
Baca selengkapnya

29. Wanita Cempreng

Nawa menggeleng. “Saya sama sekali tidak percaya. Karena pria seperti Anda ini sangat pintar membual dan mempermainkan wanita.”Brama tersenyum miring. “Sama, saya pun juga tidak percaya kenapa kalimat tadi saya ucapkan. Sengaja, buat mengetes kamu. Dan ternyata kamu lulus tes. Kamu bukan wanita baperan.”Nawa lagi-lagi harus menahan amarah. Sepertinya sekarang ia harus menyetok banyak kesabaran sebab Brama punya banyak cara memancing tekanan darahnya naik.Brama kian mendekatkan wajah sampai Nawa harus menjauhkan diri.“Sir, menyingkir.” Nawa menunjuk dada kiri Brama, lalu menekannya agar tubuh Brama mundur.Brama tersenyum. Ia pun memundurkan badannya. “Jadi bagaimana? Kamu tetap keberatan menjadi sekretaris saya?”“Ya. Bukankah seharusnya Anda ini senang karena saya tidak meminta tanggung jawab apa pun setelah Anda merusak saya?”“Sayangnya saya tidak senang kalau harus pisah sama kamu. Kamu itu ibarat permainan, Nawa. Bermain-main sama kamu itu menyenangkan. Ada sensasi kesal, pua
Baca selengkapnya

30. Disiram

“Halo, Sir. Saya ada di sini.” Nawa melambai di dekat pintu ketika Brama mengabaikannya; sibuk memijat kening. “Saya mau mengabarkan kalau auditor sudah datang.”Brama menoleh. Bola matanya melotot, giginya mengetat. Sungguh, Nawa sudah membuatnya stres tingkat dewa.“Katamu akan datang sejam lagi?”“Ralat. Ternyata beliau sudah datang lebih awal.”Brama mengatur napas, lalu mengangguk. “Suruh masuk.”“Siap.” Nawa lalu kembali keluar memanggil auditor.Wanita itu tersenyum puas karena hari ini bisa mengubah pion permainan si bos songong itu menjadi dalam kendalinya.“Jangan macam-macam sama Nawa, ya, Tuan Brama. Meskipun terlihat alim, wanita ini bisa brutal kalau sedang tertindas.”Nawa pun segera menyiapkan proposal yang sudah dikerjakannya kemarin, lalu mempersilakan tim auditor untuk memasuki ruang Brama.Mereka berdiskusi untuk langkah-langkah selanjutnya. Audit eksternal akan segera dilakukan di perusahaan tersebut. Brama ingin kantor yang ada dalam naungannya, laporan keuangann
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status