Bagaimana mungkin Nawa bisa lupa dengan wajah pria yang pernah menodainya? Ya, katakanlah saat itu ia tidak dalam kondisi dipaksa, tetapi jatuhnya tetap ternoda, bukan? Apalagi warna mata pria itu. Mata yang seumur hidup akan melekat kuat dalam memori otaknya.Banyak wartawan terutama pemburu berita bisnis dan paparazi yang mengambil gambar, sesekali mendekat, ingin mewawancarai Brama. Namun, dua orang asisten setia melindungi tubuh sang bos.“Nawa, dia ini manusia apa bidadari laki-laki, sih? Sumpah gantengnya sundul langit nggak ada cela.” Sari berbicara lirih, tetapi gelagatnya begitu gemas memandang Brama.Nawa masih membeku. Menghirup udara saja rasanya kepayahan. Seolah-olah paru-parunya diikat kuat sebuah tali tak kasat mata. Pertemuan pertama di Bali, lalu bagaimana mungkin bertemu lagi di Gresik ini?“Ini kayak cerita novel nggak sih? Dulu aku suka mem-bully penulisnya, kenapa bisa membuat plot sengawur itu. Lah, sekarang aku kayak kena tulah, malah ngalami sendiri.” Nawa mem
Baca selengkapnya