Home / Romansa / CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN: Chapter 11 - Chapter 20

80 Chapters

Bab 11

Gosip tentang pacar Dinda yang kaya dan tampan menyebar di teman-teman satu angkatannya. Begitu masuk kelas, beberapa teman perempuannya mencecar Dinda dengan berbagai pertanyaan. Wajar saja, mobil yang dipakai Bima bukanlah mobil yang banyak ada di jalanan. Hanya orang yang benar-benar kaya yang mengendarainya. Makanya mereka begitu penasaran bagaimana bisa Dinda mengenal Bima. Sebagian lagi ingin tahu apakah Dinda punya kenalan orang kaya yang lain yang bisa dijodohkan dengan mereka. Dinda sampai lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Bahkan beberapa mahasiswi yang sebelumnya tidak pernah bertegur sapa dengannya kali ini menyapa Dinda terlebih dahulu.“Dinda! Boleh gabung?”“Kalo mau nanyain pacar saya jawabannya.... Eh, maaf Pak.”Dinda buru-buru minta maaf saat mengetahui orang yang baru saja bergabung dengannya. Dia sedang ada di kantin kampusnya, tengah makan siang sebelum melanjutkan kuliahnya beberapa waktu lagi. Dinda mengira temannya yang datang dan berniat mewawancara
Read more

Bab 12

Mata Bima masih belum mau terpejam. Sejak tadi dia hanya berbaring terlentang menatap langit-langit kamarnya. Dia masih belum mempercayai apa yang terjadi sore tadi. Entah apa yang ada di otaknya hingga tiba-tiba saja dia meminta Dinda untuk jadi pacarnya. Sejak kapan dia meminta seseorang menjadi pacarnya? Gadis itu tentu saja langsung menolak dan meminta maaf, lalu cepat-cepat pindah dari pangkuannya. Mereka menghabiskan sisa perjalanan pulang dalam diam, sebelum keduanya mengunci diri di dalam kamar masing-masing. Dinda bahkan tidak memasak makan malam atau menanyakan keperluan Bima seperti biasanya.“Aarghhh...” desah Bima untuk yang ke sekian kali. Bima masih belum memahami bagaimana Dinda bisa membuatnya mengatakan semua itu. Selama hampir dua bulan hidup di bawah atap yang sama, Bima akui sudah berkali-kali ia dibuat kagum dengan lekukan tubuh dan paras cantik gadis itu. Tetapi Bima yakin bukan itulah yang menjadi alasannya. Entah berapa banyak gadis cantik dan seksi yang sudah
Read more

Bab 13

Bima tersnyum saat ponselnya bergetar. Dia meraihnya dan membuka pesan yang masuk. Senyumnya bertambah lebar saat membaca pesan itu. Dengan segera dia mengetikkan balasan dan mengirimnya.“Oke, tadi sampai mana, Van?”Laki-laki di depannya, , menghela napas kesal. Mereka berdua sedang berada di ruangan Bima di kantor, mendiskusikan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tetapi rapat eksklusif itu beberapa kali terhenti karena Bima tidak fokus dan bolak-balik memeriksa ponselnya.“Lo lagi chatting sama siapa sih?” tanya Ivan akhirnya. Jarang sekali Bima membagi fokusnya dengan hal lain saat bekerja. “Penting banget, ya?”“Bukan urusan lo,” balas Bima. Meski tidak sedekat dengan Daniel dan yang lain, Ivan bisa dikategorikan teman sekaligus rekan kerja Bima. Mereka sama-sama membangun perusahaan dari nol. Bima sedikit lebih unggul karena dia menyandang status sebagai direktur dan pemilik perusahaan. Selain itu, keberadaan mereka berdua di kantor sama-sama penting.“Cewek baru?” tanya
Read more

Bab 14

Dinda tersenyum saat merasakan tangan Bima yang melingkar di pinggangnya. Tidurnya begitu nyenyak semalaman. Bahkan jika bukan karena suara alarm dari ponsel Bima yang berdering sejak tadi, Dinda masih akan terus memejamkan mata. Pelan-pelan dia memindahkan lengan berotot Bima dari pinggangnya dan beranjak bangkit. Tetapi saat dia baru duduk Bima menariknya hingga Dinda kembali berbaring di pelukan pria itu.“Morning, Din,” kata Bima, yang kemudian mengecup bibir Dinda.“Pagi, Mas Bim,” balas Dinda dengan dihiasi senyum malu-malunya. “Mau sarapan apa pagi ini?”“Sarapan kamu.”Dengan cepat Dinda meriah selimut dan bersembunyi di baliknya. Dia masih belum bisa mencegah agar pipinya tidak lagi memerah saat berhadapan dengan Bima. Rasanya Dinda ingin terus bersembunyi ketika dia menyadari kalau semalam dia tidak memakai bajunya kembali.Melihat tingkah Dinda yang malu-malu membuat Bima terbahak. Ditariknya selimut dengan paksa agak dia bisa melihat wajah merah Dinda.“Nggak usah malu, Di
Read more

Bab 15

“Putar kiri sedikit lagi... oke.”Dengan bangga Dinda mematikan mesin mobil setelah sukses memarkirkannya di carport kediaman keluarga Bima. Setelah menjemputnya di kampus, Bima meminta Dinda untuk menyetir sepanjang perjalanan ke rumah. Meski membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari biasanya, Dinda berhasil sampai tanpa membuat mobil Bima lecet.Mereka keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di ruang keluarga, tubuh Dinda dihantam dari kedua sisi. Dalam sekejap si kembar sudah memeluk pinggangnya dan berceloteh mengungkapkan betapa mereka merindukan Dinda.“Kak Dinda, aku sekarang punya hamster,” kata Tasya sambil menunjuk sebuah kandang kecil di sudut ruangan. “Nanti kita...”“Aku sekarang udah bisa berenang, Kak,” potong Rasya penuh semangat. “Yuk kita berenang...”“Tasya... Rasya... biar Kak Dinda duduk dulu,” Sarah berusaha menenangkan anak-anaknya.“Tapi kan aku kangen, Mi...”“Aku mau kasih lihat Kak Dinda...”Celotehan anak-anak itu terdengar semakin jauh ka
Read more

Bab 16

Dinda mengetuk pintu kamar Bima. Setelah beberapa kali mencoba dan tidak mendapat jawaban, Dinda mencoba membukanya. Lagipula dia sudah sering menghabiskan waktu di kamar itu. Dinda rasa Bima tidak akan keberatan jika ia masuk tanpa menunggu jawaban pria itu.“Mas Bima,” panggil Dinda.Beberapa saat kemudian Bima keluar dari kamar mandi, agak terkejut ketika melihat Dinda ada di kamarnya.“Tadi saya ngetuk pintu tapi Mas Bima nggak jawab,” kata Dinda.Bima hanya mengangguk kecil. “Ada apa?”“Saya bawa ini,” Dinda menyodorkan secangkir teh chamomile kepada Bima. “Sepertinya Mas Bima lagi banyak pikiran. Kata Bu Tika ini bisa bikin tenang.”Selama beberapa detik Bima hanya menatap Dinda, mencoba membaca isi hati dan pikiran gadis itu. Apakah Dinda melakukan semua ini karena tugasnya atau karena memang peduli kepada Bima? Apakah Dinda juga seperhatian ini pada anggota keluarganya yang lain? Jika mereka tidak berhubungan akankah Dinda tetap sebaik ini?Akhirnya setelah beberapa saat Bima
Read more

Bab 17

Bima keluar lebih dahulu dan bergabung bersama teman-temannya. Dia duduk di samping Daniel, yang menyambutnya dengan senyum misterius.“Habis ngapain lo?” bisik Daniel tetapi Bima pura-pura tidak mengerti dan hanya mengangkat bahunya. “Habis ngapain sampe rambut lo berantakan gitu?” ulang Daniel.Tangan Bima refleks naik dan menyisir rambutnya. Dia tersenyum simpul saat mengingat jari-jari Dinda yang membuatnya berantakan. “Lo nggak perlu tahu.”Sebenarnya dia punya dugaan, tetapi akan lebih menyenangkan baginya saat bisa meledek Bima. “Gue juga pengen kayak lo, Bim.”Plak!Bima menghadiahi Daniel dengan pukulan di kepalanya. “Sialan lo!”“Kenapa, sih, kalian?” Sabrina mengomel, kesal karena usahanya mendekati Bima sejak tadi belum juga berhasil. Dia mulai bosan mendengarkan pembicaraan keempat pria itu. “Main Truth or Dare, yuk.”“Yuk!” sambut Kevin. “Ajak Dinda juga biar lebih seru.”Akhirnya setelah menyingkirkan meja, mereka berenam duduk melingkar di lantai. Dinda diapit oleh Dan
Read more

Bab 18

Dinda menjadi lebih diam setelah pernyataan Bima semalam. Meskipun Dinda setuju untuk merahasiakan hubungan mereka, dia menyimpan rasa kecewa di hatinya. Mungkin memang Bima malu untuk mengaukinya sebagai pacar di depan orang-orang. Mereka sangat berbeda. Jika jari-jari di tangannya masih kurang jika dipakai untuk menghitung kelebihan Bima, Dinda tidak bisa memikirkan satu hal pun yang bisa dia banggakan.“Huhh,” Dinda mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Niatnya untuk menyelesaikan tugas belum juga terlaksana karena yang ia lakukan sejak tadi hanya melamun.“Kenapa, Din?” Bima muncul dari kamarnya. Dia mengenakan kaos hitam dan celana olahraga dengan warna senada. Rambutnya masih basah karena dia baru saja mandi.“Tugasnya susah, Mas,” jawab Dinda. Hidungnya dimanjakan oleh aroma segar yang menguar dari tubuh Bima saat pria itu duduk di lantai di sampingnya. Dinda memang lebih suka duduk di lantai ruang tengah dan mengerjakan tugasnya di sana.Kening Bima sedikit mengerut saat memb
Read more

Bab 19

Tangis Dinda pecah. Tubuhnya bergetar hebat saat menyadari begitu dekat dia dengan angan-angan ayahnya. Seharusnya sang ayah sudah berada di sini. Seharusnya dia sudah dijemput dan tinggal bersama ayahnya lagi. Seharusnya mereka sudah punya rumah baru. Seharusnya sang ayah bisa menghadiri wisudanya beberapa bulan lagi. Begitu banyak mimpi Dinda yang direbut begitu saja. Meski tidak saling berhubungan, keyakinan sang ayah masih hidup telah membuatnya bertahan selama ini. Tetapi kini Dinda tidak lagi punya pegangan dalam hidupnya. Ayahnya telah pergi. Bahkan dia tidak bisa melihat dan menguburkan jasad ayahnya. Pintu kamarnya terbuka dan Bima berdiri di sana. Setelah menutup pintu, Bima duduk di samping Dinda. Dirangkulnya gadis itu dan direngkuhnya ke dalam pelukan. Tangannya membelai punggung Dinda menenangkannya. Bima tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu Dinda perlu mengeluarkan semua duka citanya.Bima membiarkan air mata Dinda membasahi pakaiannya. Entah berapa lama Bima memeluk Di
Read more

Bab 20

Chelsea terlihat jauh lebih cantik daripada yang ada di televisi atau majalah. Hanya dengan make up tipis dan gaun sederhana saja sudah bisa membuatnya terlihat begitu menonjol. Sebuah senyum ramah melekat di bibirnya saat menyapa Dinda.“Hai, Bim! Masih inget gue, kan? Kita pernah satu sekolah,” kata Chelsea.Berbalik dengan Kartika dan Chelsea, wajah Bima justru menjadi tegang. Dia hanya mengangguk kecil menanggapi Chelsea.“Bima! Yang sopan, dong!” tegur Kartika. Dengan senyumnya dia lalu menatap Chelsea. “Maafin Bima, ya, Sayang. Dia memang nggak ramah.”“Nggak apa-apa, Tante. Mungkin Bima lagi cape,” jawab Chelsea. “Ini anaknya Kak Sarah, kan? Lucu banget, sih kalian.”Rasya dan Tasya merengut saat Chelsea mencubit pipi mereka. Bagi keduanya, Chelsea adalah orang asing. Mereka tidak suka jika ada orang asing yang mendekati atau menyentuh mereka.“Kenapa dia bisa ada di sini, Ma?” tanya Bima tanpa berusaha menutupi rasa tidak sukanya.Kartika menyabarkan diri menanggapi sikap putr
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status