Adinda sedang membantu memotong sayuran ketika suara berisik terdengar dari ruang keluarga.“Kak Dindaaaa!”Hanya berselang beberapa detik Dinda merasakan kedua kakinya dipeluk erat oleh dua orang anak berseragam.“Hai, Sayang,” balas Dinda riang. Dia meninggalkan kegiatannya dan menurut saat kedua bocah itu menariknya keluar dari dapur.“Kak, tadi Tasya dapat nilai paling tinggi satu kelas,” kata anak perempuan berkuncir kuda. “Kalau Rasya nomor dua.” “Tadi pensil Rasya patah, makanya harus diraut dulu. Jadinya Rasya belum sempet ngisi soal nomor terakhir. Kalau enggak pasti Rasya bisa ngalahin Tasya,” kata anak laki-laki yang dipanggil Rasya.Anak perempuan itu, Tasya, mencibir tidak terima.“Sudah, nomor satu sama nomor dua sama-sama hebat,” kata Dinda buru-buru menengahi, kalau tidak bisa berjam-jam mereka akan terus beradu mulut.“Nanti bantuin Rasya bikin pe-er ya, Kak,” kata Rasya.“Nanti bacain cerita lagi ya, Kak,” Tasya masih tak mau kalah.Dinda hanya mengangguk mengiyakan
Baca selengkapnya