All Chapters of Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang: Chapter 41 - Chapter 50

108 Chapters

Bab 41

"Sekarang semua bapak serahkan padamu, Ndis. Tapi kamu harus tahu kalau bapak dan Indri akan selalu ada untukmu," ucap Hartono.Gendis pun memeluk Hartono dengan air mata yang masih terus menetes."Terima kasih, ya, pak," ucap Gendis sembari berpelukan dengan Hartono."Ya sudah kalau begitu kamu buatkan Nak Rehan teh hangat dulu, bapak mau melihat cucu bapak." Hartono pun bangkit dari duduknya."Oh emmm nggak usah repot-repot pak, mbak. Hujannya juga sudah mulai reda jadi saya pulang saja," ucap Rehan."Jangan Nak Rehan. Di luar masih deras hujannya. Nanti saja pulangnya kalau hujannya sudah berhenti," ucap Hartono.Mendengar ucapan Hartono, Rehan pun akhirnya menurutinya. Ia mengurungkan niatnya untuk pulang saat itu juga.Hartono lalu berjalan menuju ke kamar untuk melihat cucunya yang tengah bersama dengan Indri di dalam kamar.Sementara Rehan masih duduk di sofa bersama dengan Gendis."Sebentar ya mas Rehan, saya buatkan teh hangat dulu," ucap Gendis."Oh nggak usah repot-repot, M
Read more

Bab 42

Dengan langkah kaki yang sedikit cepat, Anjarwati berjalan memasuki rumah."Gendis! Gendis!" teriak Anjarwati dengan nada suara nyaring.Tiba-tiba Indah menghampiri Anjarwati yang saat itu baru sampai di ruang tengah. Sementara itu Karta sedang berada di dalam kamar bersama Ayu."Ibu sudah pulang?" tanya Indah sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Anjarwati namun tak digubris oleh Anjarwati."Mana Gendis?" tanya Anjarwati dengan tatapan tajam."Emmm Gendis tidak ada di rumah, Bu," jawab Indah pelan."Tidak ada di rumah? Bukannya katanya dia baru melahirkan? Lalu kemana dia?" tanya Anjarwati lagi."Aku mengusirnya, Bu." Tiba-tiba Karta muncul bersama dengan Ayu dan langsung menjawab ucapan Anjarwati.Sontak saja Anjarwati langsung memalingkan tatapannya ke arah Karta yang tengah berjalan ke arahnya."Apa! Kamu mengusirnya?" tanya Anjarwati dengan kedua mata membulat."Iya, Bu. Lagian untuk apa punya istri pembohong seperti dia. Nggak bisa kasih anak laki-laki tapi malah
Read more

Bab 43

Pagi harinya Gendis telah selesai memandikan putrinya yang masih belum memiliki nama.Raut wajah Gendis yang tersenyum saat melihat putrinya terkadang harus berubah menjadi sendu kala mengingat nasib anaknya."Kasian kamu, Nak. Anak secantik kamu nggak diinginkan oleh ayahnya," ucap Gendis pada putrinya.Sesekali Gendis melirik ke arah ponselnya namun masih tak ada panggilan dari Karta maupun yang lainnya."Mungkin aku yang masih terlalu berharap banyak pada mas Karta. Tapi semua ini aku lakukan karena aku ingin anak ini mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah," ucap Gendis pelan.Tiba-tiba Indri masuk ke dalam kamar Gendis dan langsung menghampirinya."Mbak, ada juragan Karta di luar," ucap Indri.Seketika Gendis pun langsung menoleh ke arah Indri. Kedua matanya melotot seolah tak percaya akan kedatangan Karta hari itu."Apa! Mas Karta ada di luar?" tanya Gendis seolah tak percaya.Gendis pun segera menggendong bayinya yang sudah selesai ia dandani. Ia kemudian berjalan ke ruang t
Read more

Bab 44

Gendis dan Karta pun akhirnya sampai di rumah dan langsung disambut oleh Indah yang menghampiri keduanya saat mereka baru sampai di depan pintu masuk."Gendis." Indah berlari menghampiri Gendis dan memeluk Gendis yang tengah menggendong putrinya.Gendis merasa sangat senang karena bisa bertemu kembali dengan Indah dan melihat wajahnya secara langsung."Mbak Indah bagaimana kabarnya?" tanya Gendis."Kabarku baik, Ndis. Kamu dan bayimu bagaimana? Sehat juga kan?" tanya Indah dan dijawab dengan anggukan kepala Gendis. Bibirnya mengulum senyum bahagia dapat bertemu lagi dengan Indah."Sudah nggak usah lebay! Buruan masuk," ucap Karta ketus.Gendis dan Indah pun kemudian tersadar dan langsung ikut masuk ke dalam rumah.Di ruang tamu tampak Anjarwati yang tengah duduk dengan menyilangkan kaki. sementara di hadapannya terdapat segelas jus jeruk."Sudah kembali rupanya," ucap Anjarwati ketus. Wajahnya tak menoleh sedikitpun untuk melihat Gendis."Iya, Bu. Gendis sudah pulang," jawab Gendis."
Read more

Bab 45

Gendis kembali ke kamarnya dan menumpahkan segala kesedihannya dalam isak tangis. Tak ada yang mendengar kesedihannya karena Gendis mencoba sekuat tenaga menahan suaranya agar tak pecah menembus dinding dan didengar oleh penghuni rumah.Sesekali mata Gendis tetapi pada putri mungilnya yang tengah menggeliat di atas kasur. Lamunan Gendis pecah saat putrinya menangis, dengan cepat Gendis meraihnya dan menggendongnya."Duh gimana ini, bagaimana kalau nanti dia mengompol atau pup. Aku kan nggak punya pempers sama sekali," ucap Gendis lirih.Setelah menidurkan bayinya, Gendis pun pantas keluar lagi dari kamarnya. Kali ini Gendis rak melihat Karta di sofa ruang tamu.Tanpa memedulikan kemana Karta pergi, Gendis langsung menghampiri Ayu yang saat itu ada di kamarnya. Gendis mengetuk pelan pintu kamar Ayu dan tak lama ia pun keluar dengan wajah judesnya."Ada apa!" ucap Ayu ketus. Bibirnya mengatup cukup rapat."Emmm begini, Mbak. Apa mbak Ayu masih punya karpet plastik untuk alas tidur Ray
Read more

Bab 46

Indah berjalan menuju ke kamar Gendis dengan menenteng paper bag berisi perlengkapan bayi.Saat langkah kakinya sudah mendekati pintu kamar, Indah berpapasan dengan Ayu yang sedang senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya."Kenapa si Ayu senyum-senyum begitu, ya. Terus ngapain juga dia dari arah kamar Gendis," batin Indah tanpa menegur Ayu, begitupun sebaliknya. Ayu terus saja berjalan menjauhi Indah dan masuk ke kamarnya sendiri.Dengan langkah kaki cepat, Indah berjalan masuk ke dalam kamar Gendis. Perasaannya sedikit tak enak.Benar saja, saat Indah baru sampai di ambang pintu yang terbuka, ia melihat Gendis yang tengah menangis tersedu-sedu begitupun dengan bayinya yang menangis dengan suara nyaring.Indah lantas berlari kecil menghampiri Gendis. Raut wajahnya berubah menjadi panik."Kamu kenapa, Ndis? Kenapa kamu menangis? Apa terjadi sesuatu?" tanya Indah dengan nada khawatir.Ia mencoba memastikan keadaan Gendis dan bayinya. Tak ada luka sedikitpun tapi anehnya keduanya me
Read more

Bab 47

Hari demi hari terus berlalu. Gendis masih terus menghadapi kehidupannya dengan pahit di rumah Karta.Berbagai tekanan dan kekejian yang Karta lakukan pada Gendis membuat tubuhnya sedikit kurus.Saat itu Gendis baru saja selesai memakaikan baju sang putri. Bibirnya sedikit mengembangkan senyum saat ia melihat putrinya yang sudah berubah menjadi sangat cantik."MasyaAllah Nak, kamu cantik sekali," ucap Gendis kemudian mendaratkan sebuah kecupan manis di pucuk kening putrinya."Besok akan diadakan acara untuk memberi namanya. Kira-kira mau dikasih nama siapa, ya," gumam Gendis sembari menatap dalam wajah putrinya.Tiba-tiba saja Gendis dikejutkan dengan suara ponselnya yang berdering di atas meja rias. Ia pun segera mengambilnya dan menjawab panggilan itu."Halo Ndri, ada apa kok pagi-pagi begini kamu sudah telpon?" tanya Gendis. Sesekali Gendis melirik ke arah putrinya yang masih ia tinggalkan di atas kasur."H-halo, Mbak. Mbak, bapak kambuh sakitnya. Sejak semalam bapak sudah tidak ti
Read more

Bab 48

Gendis akhirnya kembali memberanikan diri keluar dari kamar untuk menemui Karta.Saat itu Karta tengah bersiap untuk pergi mengcek usaha semua empang miliknya.Dengan langkah kaki sedikit cepat, Gendis melangkah kakinya menghampiri Karta yang akan berjalan ke arah pintu depan untuk keluar rumah."Mas, tunggu sebentar Mas." Gendis sedikit berteriak sembari kakinya berlari kecil menghampiri Karta."Ada apa?" tanya Karta ketus."Emmm begini, Mas. Tadi kan kamu bilang aku nggak boleh pulang ke rumah untuk menemui bapak yang sedang sakit. Aku akan menurutinya tapi apa bisa kalau mas Karta berikan aku sedikit uang untuk diberikan pada Indri supaya dia bisa membawa bapak ke rumah sakit," ucap Gendis penuh harap.Gendis merasa sedikit lega karena saat itu Anjarwati sedang tak bersama dengan Karta.Gendis tak tahu apa jadinya jika saat itu Anjarwati sedang bersama Karta. Mungkin saja ia tak akan berani mengatakan hal itu pada Karta."Tunggal sebentar! Itu kan orang tuamu, kenapa kamu malah min
Read more

Bab 49

Kesedihan yang belum usai di dalam hati Gendis tak lantas membuatnya dianggap tak bergerak.Gendis membaringkan bayinya di sebuah ranjang pembaringan sembari memasak makanan untuk acara pemberian nama bayinya.Tak ada tukang masak apalagi makanan catering. Semuanya dikerjakan oleh Gendis seorang diri karena Anjarwati dan Karta yang tak mau mengeluarkan lebih banyak untuk untuk acara itu.Sembari mengaduk masakan di dalam kuali, Gendis beberapa kali menoleh ke arah bayinya dan beberapa kali ia melirik ke arah ruang depan untuk memastikan Indah yang masih belum juga datang."Ya Allah, bagaimana keadaan bapak, ya. Kenapa Indri ataupun mbak Indah belum juga mengabari aku," ucao Gendis gelisah.Gendis tetap melanjutkan pekerjaannya meskipun sampai peluhnya berjatuhan.Drttt ... Drtttt.Tiba-tiba ponsel Gendis yang ia letakan sedikit jauh datinya berbunyi dan Gendis pun bergegas mengangkatnya."H-halo, Mbak. Bagaimana keadaan bapak di situ, Mbak?" tanya Gendis tanpa berbasa-basi saat Indah
Read more

Bab 50

Dengan raut wajah yang masam, Anjarwati pergi meninggalkan dapur. Ia masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kesal dan penuh amarah. Sementara Karta mencoba menenangkannya dan terus mengikutinya dari belakang."Ibu tenang saja, ya. Nanti biar aku kasih pelajaran si Ayu. Berani-beraninya dia mencoba membuat masalah dengan mengadu domba," ucap Karta yang saat itu berupaya menenangkan Anjarwati yang masih kesal."Kamu itu benar-benar nggak becus mengajaru istri-istrimu. Punya istri banyak tapi nggak ada yang berguna satupun. Semuanya selalu buat ulah dan bikin stress," celetuk Anjarwati sembari menarik napas dalam-dalam."Aku minta maaf, Bu. Aku akan berusaha mengajari mereka agar lebih akur dan menurut pada kita, terutama ibu," ucap Karta.Tiba-tiba saja Anjarwati yang saat itu membelakangi Karta dengan tangan bersedekap di dada, menoleh secara tiba-tiba ke arah Karta."Gendis ... Kamu harus segera memiliki keturunan lagi dari dia. Jangan biarkan dia enak-enakan tinggal di rumah ini se
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status