All Chapters of Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang: Chapter 21 - Chapter 30

108 Chapters

Bab 21

Setelah penyiksaan yang Karta lakukan pada Gendis di kamar mandi bahkan Karta pun menyetu*uhi Gendis di kamar mandi.Lagi-lagi, Karta menikmati tubuh Gendis disaat dirinya tengah tak berdaya dan merasakan perihnya penyiksaan Karta saat itu tapi pria tua yang kini menjadi suaminya itu malah begitu menikmatinya bahkan setiap tetes air mata Gendis semakin membuatnya berhas*at.Gendis hanya bisa menangis tersedu-sedu di kamarnya sembari membalut tubuhnya dengan handuk.Rambutnya basah, tangannya keriput karena diguyur air cukup lama oleh Karta. Sementara sekarang Karta malah berbahagia di luar kamar bersama dengan istri dan juga ibu mertuanya."Ya Tuhan, haruskah aku merasakan semuanya ini," ucap Gendis lirih. Handuk yang dililitkan ditubuhnya, diremaa cukup kuat.Suara gelak tawa Karta dari luar kamar begitu terdengar jelas hingga membuat Gendis semakin merasa sedih.Bisa-bisanya pria yang sudah menyiksanya jiwa raganya dengan begitu brutal, kini malah tertawa terbahak-bahak di luar sana
Read more

Bab 22

"Loh kok kamu keluar dari kamarnya Ayu? Memangnya kamu nggak tidur sama Gendis?" tanya Anjarwati mengerutkan keningnya.Rasa penasaran di dalam hatinya tiba-tiba saja muncul saat melihat pengantin yang masih tergolong baru dan belum lama, sudah beda kamar."Iya, Bu. Aku semalam memang sengaja tidur di kamar Ayu soalnya aku nggak mood liat perempuan yang suka membangkang tidur bersamaku," sindir Karta pada Gendis.Gendis yang merasakan sindiran dari Karta hanya bisa terdiam sembari menundukkan kepalanya."Tuh, kamu denger sendiri kan, Ndis! Suami kamu sampai nggak selera tidur sama kamu karena kamu itu pembangkang!" umpat Anjarwati pada Gendis.Gendis tak berani menjawab perkataan Anjarwati saat itu. Menurutnya percuma ia membela diri dan mengatakan yang sebenarnya. Toh mereka tidak akan percaya padanya dan lebih percaya pada Ayu yang jelas-jelas sudah memutar balikkan fakta."Lain kali kamu bisa belajar dari Ayu dan Indah, Ndis. Mereka tidak akan pergi keluar rumah jika tidak ada izin
Read more

Bab 23

Hari demi hari terus berganti dan Gendis masih bertahan di rumah Karta sebagai istrinya.Sudah sebulan Gendis menyandang sebagai istri Karta namun ia belum pernah diajak pergi jalan berdua dengan Karta.Mungkin mas Karta malu jika jalan dengan istri siri seperti ku apalagi aku hanya dijadikan istri karena dia yang ingin memiliki anak laki-laki dariku. Begitulah batin Gendis setiap hari memikirkan dirinya.Hari itu hujan sangat deras sejak pagi membuat Karta dan Anjarwati tak bisa kemanapun untuk memeriksa empang-empangnya seperti biasa.Saat itu mereka tengah sarapan di meja makan dan tiba-tiba Anjarwati menghentikan makannya dan menoleh ke arah Gendis."Kamu sudah hampir sebulan jadi istri Karta masa belum isi juga," sindir Anjarwati."Jangan-jangan dia mandul seperti mbak Indah," seru Ayu ikut nimbrung.Mendengar ucapan Ayu membuat Indah merasa sangat sedih. Tidak memiliki anak bukanlah keinginannya dan dengan sekuat tenaga Indah mencoba menerima takdirnya namun rasanya masih saja s
Read more

Bab 24

"Kamu ini lama-lama keterlaluan ya, Ndis! Kamu pikir kamu itu siapa hah! Mau jadi sok paling berkuasa di rumah ini? Dengar ya, kamu itu harus ingat kalau kamu itu cuma istri siri yang nggak punya hak apa-apa," sarkas Anjarwati."Bu, tapi Gendis itu nggak salah, Bu. Jelas-jelas tadi Ayu yang sengaja melemparkan piring ke pantai sampai mengenai kakinya sendiri. Kenapa malah menuduh Gendis begitu, sih," bela Indah di hadapan Karta."Mbak! Kamu ini kenapa sih selalu saja belain Gendis! Memangnya mbak Indah pikir aku segila itu sampai rela melukai diriku sendiri seperti ini?" Ayu kembali memasang wajah sedih di hadapan Anjarwati dan Karta hingga membuat keduanya merasa simpatik."Ayu benar, Ndah! Kamu ini kenapa malah membela Gendis? Mana ada sih orang yang mau melukai dirinya sendiri! Lagipula apa untungnya Ayu sampai melukai dirinya sendiri seperti yang kamu katakan tadi," ujar Karta membela Ayu.Akhirnya Ayu berhasil membuat Karta bersimpatik padanya dan berada di pihaknya dengan mempe
Read more

Bab 25

Setelah selesai makan malam, Gendis kembali ke kamarnya dan duduk di pinggiran ranjang.Saat itu Indah masuk ke kamar dan menemuinya sementara Karta tengah mengobrol di ruang tamu bersama Anjarwati."Ndis, kamu lagi nggak enak badan, ya?" tanya Indah sembari membawakan Gendis teh hangat.Gendis yang saat itu mendengar suara Indah pun langsung menoleh ke arahnya."Emmm iya nih Mbak. Sepertinya aku lagi nggak enak badan. Rasanya mual dan lemes banget," jawab Gendis."Ini aku buatkan teh hangat untukmu. Diminum ya," ucap Indah menyodorkan gelas di tangannya.Gendis pun menerima teh hangat yang diberikan oleh Indah dan meminumnya beberapa teguk."Terima kasih, ya, Mbak. Maaf jadi merepotkan," ucap Gendis.Indah pun tersenyum dan kemudian ikut duduk di samping Gendis. Matanya tampak memandangi wajah Gendis lalu turun ke arah perut dan naik lagi menatap mata Gendis."Kalau boleh tahu, kamu sejak kapan mual-mual seperti itu?" tanya Indah lagi."Emmm aku rasa akhir-akhir ini sih, Mbak. Tapi p
Read more

Bab 26

Sesampainya di rumah, Indah langsung mendapati Ayu yang tengah duduk bersantai di dalam kamarnya.Sementara Gendis ada di rumah Hartono untuk memberikan ponsel yang telah dibelikan oleh Indah."Yu, aku mau bicara denganmu," ucap Indah dengan nada suara sedikit kesal.Perlahan Ayu pun mengubah posisinya dan menatap tajam Indah yang tengah berdiri di depannya."Mbak bisa nggak sih kalau masuk ke dalam kamar orang lain itu ketuk pintu dulu," ujar Ayu kesal."Nggak punya sopan santun," lanjut Ayu mencibir."Apa kamu bilang? Aku nggak punya malu? Bukannya namun yang lebih nggak punya malu. Berani merampas milik orang lain padahal kamu sendiri sudah mendapatkan bagian yang sama," ucap Indah ketus."M-maksud mbak Indah apa?" tanya Ayu pura-pura tak mengerti yang dikatakan oleh Indah padanya."Halah sudahlah, Yu. Kamu nggak udah pura-pura lagi padaku. Gendis sudah mengatakan semuanya padaku."Indah menghen kalimatnya. Perasaan di dalam hatinya sudah sangat membuncah namun Indah berusaha menah
Read more

Bab 27

"Biar aku bereskan dulu ya bekas makannya," ucap Indah yang langsung bangkit untuk membersihkan meja makan saat mereka sudah selesai makan malam saat itu.Sementara Karta masih berada di dalam kamar bersama dengan Ayu. "Biar aku bantu ya, Mbak," ucap Gendis berinisiatif. Ia pun kemudian hendak berdiri dari duduknya saat itu tapi Indah segera menahannya."Tidak udah Ndis. Biar aku saja," ucap Indah menekan sebelah pundak Gendis agar ia kembali duduk di kursinya.Tanpa banyak bicara, Indah langsung memboyong semua piring kotor di meja dan mencucinya di dapur.Saat itu tinggal Gendis dan Anjarwati yang masih duduk di meja makan.Anjarwati tampak menatao tajam Gendis yang ada di depannya. Wajah sinisnya terlihat begitu jelas."Kamu ini nggak punya malu atau apa sih, Ndis! Kok bisa-bisanya kamu beneran nggak bantuin Indah hanya karena dia bilang nggak usah. Kamu itu nggak bisa berinisiatif sama sekali," celetuk Anjarwati sinis."Emmm b-bukannya begitu, Bu. T-tapi ....""Bukan begitu apa,
Read more

Bab 28

Hari demi hari terus berjalan dan Gendis semakin merasakan perhatian yang cukup besar dari Karta dan juga Anjarwati.Seperti pagi ini, saat mereka tengah sarapan bersama di meja makan, Karta meminta agar Gendis duduk di sebelahnya menggantikan posisi Indah.Tanpa banyak bicara, Indah pun menurutinya dan segera pindah kursi untuk duduk dan melanjutkan makan."Nah, kalau begini kan aku bisa sambil elus perut mu," ucap Karta manja. Tangannya menyentuh perut Gendis yang sudah terasa menyembul keluar."Tapi kan nggak harus saat makan begini, Mas. Kamu kan jadi nggak selesai-selesai makannya," jawab Gendis yang merasa sedikit sungkan.Rasanya ia tak nyaman karena duduk di kursi yang seharusnya diduduki oleh Indah. Gendis merasa dirinya seperti telah merebut posisi Indah."Tapi Mas, kalau aku boleh kasih saran. Sebaiknya kamu jangan terlalu berlebihan memperlakukan Gendis begitu. Kan belum tentu anak yang dia akan dia lahirkan itu adalah anak laki-laki seperti yang kamu inginkan," celetuk Ay
Read more

Bab 29

"Mas, apa tidak sebaiknya kamu pergi saja bersama mbak Indah. Aku bisa kok ke rumah sakit sendiri. Kasihan mbak Indah," ucap Gendis menatap Karta yang ada dj dekatnya."Udahlah biarin aja. Lagian dia aja yang lebay, kan bisa pergi lain kali. Kenapa harus dipermasalahkan coba." Karta masih tampak tak peduli."Iya aku tahu, Mas. Tapi masalahnya kamu membatalkan janjimu dengan mbak Indah karena kamu mau mengantarku ke rumah sakit untuk USG. Aku jadi merasa nggak enak, Mas." Gendis masih mencoba membujuk Karta."Tolonglah, Mas. Kita pergi ke rumah sakit lain kali saja. Sekarang Mas pergi saja dengan mbak Indah. Menurutku yang masih bisa ditunda itu ke rumah sakit bersamaku.""Sekali aku bilang nggak ya nggak, Ndis. Kamu paham nggak sih!" Karta melotot pada Gendis."Aku nggak mau pergi sama dia sekarang. Aku maunya pergi ke rumah sakit untuk memeriksa anak kita. Kamu paham nggak, sih," jelas Karta sekali lagi.Mendengar Karta yang sudah melontarkan nada tinggi membuat Gendis seketika terdi
Read more

Bab 30

Karta dan Gendis buru-buru masuk ke dalam rumah saat hujan di luar mulai turun dengan deras.Gendis sedikit mengibas-ngibaskan tangannya ke arah bajunya untuk mengurangi air yang menempel di bajunya.Tak lama Gendis pun mulai melakukan hal yang sama pada Karta. Ia mengibas-ngibaskan tangannya ke arah baju Karta di bagian dada."Mas Karta sudah pulang?" tanya Ayu sembari menghampiri Karta dan juga Gendis. Di tangannya membawa sebuah handuk berwarna putih."Ini Mas, aku bawakan handuk untukmu." Ayu mengulurkan handuk di tangannya pada Karta."Kok cuma satu, sih. Buat Gendis mana?" tanya Karta mengangkat sebelah alisnya."Oh emmm i-itu anu ....""Tidak apa-apa, Mas. Aku bisa ambil sendiri di kamar, kok," sela Gendis sembari memegang lengan tangan Karta untuk meredakan amarahnya yang saat itu akan meledak."Tidak bisa begitu, Ndis! Ini buatmu saja." Tiba-tiba Karta memberikan handuk di tangannya pada Gendis.Seketika Ayu pun membulatkan kedua matanya melihat perhatian Karta pada Gendis."
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status