Home / CEO / Gairah Sang CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gairah Sang CEO: Chapter 71 - Chapter 80

97 Chapters

Bab 72. Penyelidikan 

Clara menatap makam ayahnya dengan mata berkaca-kaca, Alexander yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkannya dengan pelukan hangat. Mereka berdua terdiam sejenak, meratapi kepergian yang mendadak."Kita akan melaluinya bersama-sama, Clara," bisik Alexander sambil memeluk erat Clara.Clara hanya mengangguk lemah, air matanya masih mengalir deras. Namun, di balik kesedihan yang mendalam, ada keinginan yang berkobar dalam dirinya untuk mengetahui kebenaran.Sementara itu, Alexander merasa perlu untuk bertindak. Dia membiarkan Clara melepaskan kesedihannya sejenak di makam Papanya. Alexander sendiri melangkah perlahan menjauh dari pemakaman saat dirinya mendapat panggilan, wajahnyabtelrihat serius saat menerima panggilan tersebut. Dia tahu bahwa untuk membuktikan apa yang dicurigainya, dia harus menyelidiki dengan hati-hati.Langit senja mulai memerah ketika Clara dan Alexander meninggalkan pemakaman tersebut. Mereka berjalan berdampingan menuju mobil hitam milik keluarga mereka. Sua
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 73. Pencarian Clara dan Alexander 

Clara mengamati anting tersebut, dia mencoba mengingat siapa pemiliknya karena dia sangat familiar dengan anting itu. Anting dengan permata hijau."Bukankah ini anting Mama, yang dulu diambil oleh..." Clara terdiam sejenak, ingatan akan masa lalu mulai memenuhi pikirannya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan perlu segera diungkap.Clara kini mengerti, jika Abigail pernah datang ke apartemen milik Ayahnya. Tanpa ragu lagi, Clara segera bergegas meninggalkan apartemen ayahnya dan menghubungi Alexander untuk memberitahunya bahwa saat ini dia akan pergi ke rumah lamanya.Setelah beberapa percakapan singkat dengan Alexander, mereka sepakat untuk bertemu di rumah lama Clara. Saat itu tiba, jantung Clara berdetak kencang ketika melihat rumah megah keluarganya terbengkalai begitu saja. Banyak rumput liar yang tumbuh di sana menambah kesan suram pada pemandangan yang disaksikan oleh Clara.Perlahan Clara membuka pagar rumah tersebut dan langkah kakinya semakin berat ketika ia melangkah
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Bab 74. Anting itu

Selma merasa semakin kesal dengan sikap Alexander yang tampaknya tidak lagi memperhatikan keberadaannya. Ia merasa diabaikan dan terpinggirkan oleh anaknya sendiri. Dengan langkah berat, Selma akhirnya meninggalkan Penthouse Alexander sambil menahan emosi yang meluap-luap di dalam dirinya.Saat berjalan keluar dari gedung tersebut, pikiran Selma dipenuhi dengan rasa frustasi dan amarah. Ia tak habis pikir bagaimana seorang wanita murahan bisa membuat putranya begitu cuek padanya. Raut wajah Selma pun semakin gelap ketika ia membayangkan betapa rendahnya tingkat moralitas wanita itu."Dia pasti akan mendapat balasannya suatu hari nanti," desis Selma pelan sambil menoleh sekali lagi ke arah Penthouse tempat tinggal Alexander. Matanya bersinar penuh tekad untuk menghadapi si wanita murahan itu tanpa ampun.Dalam hati, Selma bertekad untuk memberikan pelajaran kepada siapa pun yang telah mencoba merusak hubungan antara dirinya dan sang anak. Ia tak akan tinggal diam melihat orang lain men
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Bab 75. Siapa pelakunya?

Di tengah perdebatan Clara dan Abigail, Polisi penyidik memanggil Abigail dan Rilla masuk ke dalam. Mereka berdua melakukan penyelidikan pada sidik jari mereka. Rupanya, hasil dari penyelidikan tersebut mengejutkan banyak pihak. Sidik jari yang ditemukan tidaklah milik Abigail atau Rilla seperti yang dituduhkan oleh Alexander. Hal ini membuat situasi semakin rumit karena misteri pembunuhan Tuan William belum terpecahkan.Setelah beberapa saat diam, tiba-tiba seorang detektif senior masuk ke ruangan tersebut dengan ekspresi serius di wajahnya."Dapat kabar dari laboratorium forensik bahwa ada DNA lain yang ditemukan di tempat kejadian perkara," ujar detektif senior tersebut.Hal ini membuat Clara dan Alexander terkejut."Tapi siapa pemilik DNA tersebut?" tanya Alexander penasaran.Detektif senior menggelengkan kepala sambil menjawab, "Belum diketahui secara pasti"Bagaimana bisa? Lalu anting ini?" tanya Clara bingung, begitu juga dengan Alexander.Abigail dan Rilla tertawa lega, mereka
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

Bab 76. Titik terang

"Tuan, pemilik mobil itu adalah seorang wanita. Kemarin saya hampir saja mendapatkan identitas wanita itu, tapi dia tampaknya sadar jika diikuti. Dia lari menggunakan penutup kepala dan kaca mata hitam." Markus melaporkan hasil dari penyelidikannya."Sial. Dia ternyata wanita cerdik, pasti saat ini dia akan lebih berhati-hati," dengus Alexander terlihat kesal.Markus hanya diam, dia juga berpikir langkah apa yang bisa dia lakukan untuk membantu Alexander.Alexander menyuruh Markus pergi dari ruangannya. Dalam keheningan ruangan yang megah, Alexander merenung tentang kemungkinan langkah selanjutnya dalam mengungkap kasus ini. Wanita misterius pemilik mobil putih tersebut benar-benar berhasil membuat mereka tertinggal jauh dalam upaya penyelidikan mereka. Dia kembali mulai menyusuri setiap detil rekaman CCTV di sekitar apartemen ayah mertuanya dengan seksama dalam tempo yang lambat. Sekilas dia melihat kaca mata milik pelaku tersebut."Sepertinya kaca mata itu tidaklah asing." Alexander
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 77. Tertangkap

Alexander tidak lagi mempedulikan ucapan sang tuan rumah. Dia duduk di kursi dengan bersandar mantap tajam kepada Tuan rumah tersebut."Bertha, aku tidak menyangka jika kau selicik ini. Aku tidak menyangka jika aku mempunyai teman sepicik kau!" ucap Alexander dengan nada tajam dan penuh kekecewaan. Bertha terdiam sejenak, matanya mencari jawaban atas tuduhan yang dilemparkan padanya.Bertha terkejut dengan ucapan pedas Alexander. Dia terlihat gugup, "A-apa maksud kamu?" gumamnya pelan sambil mencoba merangkai kata-kata untuk membela diri dari serangan tak terduga itu.Tanpa berkata-kata lagi, Alexander dengan cepat menarik lengan Bertha menuju ke mobilnya tanpa memberikan penjelasan apapun. Bertha semakin bingung dan cemas akan nasibnya yang belum jelas.Mereka akhirnya tiba di depan kantor polisi setempat, membuat Bertha semakin panik melihat tempat yang sama sekali tidak ia inginkan untuk berada di dalamnya. Semampunya dia berusaha bersikap tenang tapi denyut nadi yang semakin cepat
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab 78. Udang di balik bakwan

Clara, kau dan suami kamu telah menuduh kita yang bukan-bukan. Lihatlah, semua orang telah memandang rendah kita berdua. Kalian harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi." Abigail berkata dengan suara yang lantang memenuhi ruang tamu Penthouse AlexanderClara hanya tersenyum miring, dia mengerti kemana arah pembicaraan mereka. Dia merasa bahwa ini adalah konsekuensi dari keputusan yang pernah diambilnya."Berapa banyak yang kalian butuhkan? Aku harap setelah menerima uang dariku, kalian tak lagi menampakkan diri kalian!" hardik Clara membuat Rilla terlihat tidak terima dengan ucapan Clara. Rilla merasa bahwa permintaannya tidak dipahami sepenuhnya oleh Clara."Clara, jangan pikir kau sekarang menjadi istri orang terkaya nomor dua di negara ini, kau bisa merendahkan kami. Kami ke sini hanya ingin menuntut tanggung jawabmu dan suamimu bukan mengemis uang darimu!" bantah Rilla dengan suaranya yang tegas. Dia ingin agar Clara menyadari betapa pentingnya pertanggungjawaban dalam situ
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 79. Keahlian baru Alexander 

"Tuan, kenapa kau memberikan uang sebanyak itu kepada mereka? Mereka hanya ingin memeras kita," protes Clara kepada suaminya.Alexander menatap mata Clara dengan penuh cinta. Dia membelai rambut istrinya yang tergerai hingga ke pundak. "Aku hanya tidak ingin mereka akan mengganggumu lagi. Jika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka mau, pasti mereka akan kembali lagi ke sini dan terus menerormu dengan permintaan mereka. Aku hanya ingin kita hidup dengan tenang dan kau menjalani kehamilanmu saat ini dengan hati yang bahagia, Clara."Clara membalas tatapan Alexander dengan mata berbinar. Sungguh dia sangat terharu dengan ucapan sang suami."Kau memang yang terbaik," ucap Clara melingkarkan tangannya ke pinggang Alexander dan menyandarkan tubuhnya ke dada bidang suaminya.Matahari semakin meninggi, tapi suasana damai masih mengiringi kedekatan antara Alexander dan Clara di tepian kolam renang rumah mewah milik keluarga tersebut. Mereka duduk bersama di kursi panjang berwarna putih sam
last updateLast Updated : 2024-05-08
Read more

Bab 80. Ada apa dengan Selma

Malam itu, Clara di temani oleh Alexander pergi ke kantor polisi. Saat mereka berada di ruang pengunjung, Clara tampak terkejut ketika mengetahui siapa pembunuh ayahnya."Bertha, kau..." ucap Clara dengan suara gemetar.Bertha hanya memandang Alexander dan Clara dengan tatapan sinis. "Puas kau wanita sialan. Puas kau sudah menghancurkan hidupku!" hardik Bertha tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun.Clara merasa campur aduk antara marah dan sedih. Dia tidak pernah membayangkan bahwa sahabat karibnya sendiri akan melakukan sesuatu sekejam ini. "Kenapa kau tega membunuh Papaku? Apakah dia memiliki salah kepadamu?" tanya Clara berusaha untuk bersikap tenang meskipun hatinya hancur berkeping-keping.Bertha hanya mengangkat sudut bibirnya, "Aku sama sekali tidak ada masalah dengan lelaki tua itu. Kaulah yang membuat aku melakukannya."Clara mengepalkan tangannya dengan erat, mencoba menahan amarah yang menyala di dalam dirinya. Alexander melihat bagaimana istrinya sangat emosi saat itu dan m
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

Bab 81. Siapakah Dia?

"Alex, Mama menyesal telah membela Bertha yang ternyata manusia licik. Mama baru dapat kabar, jika Bertha telah membunuh Papa Clara demi egonya. Clara maafkan saya, karena telah salah menilai mu selama ini," sesal Selma dengan raut wajahnya yang sedih.Clara tersenyum bahagia, akhirnya Selma kini menerimanya sebagai menantu."Nyonya Selma, jangan meminta maaf. Anda tidak salah, wajar saja seorang ibu selalu ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka."Selma tak menyangka jika hati Clara sangatlah besar untuk menerima maafnya. Dia memeluk Clara dengan rasa haru."Mulai sekarang, jangan panggil aku 'nyonya', panggillah aku dengan Mama seperti Alex memanggilku," pinta Selma dengan senyumnya yang menawan.Hari itu terasa begitu berat bagi Selma ketika dia menyadari bahwa keputusannya untuk membela Bertha adalah sebuah kesalahan besar. Ia merasakan penyesalan mendalam saat mendengar kabar bahwa Bertha telah melakukan tindakan keji tersebut demi ego dirinya sendiri. Hatinya hancur dan ia tid
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status