Home / CEO / Gairah Sang CEO / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Gairah Sang CEO: Chapter 51 - Chapter 60

97 Chapters

Bab 52. Merajuk

"Tuan, saya pulang kerja nanti tidak bisa pulang bersama dengan anda," ujar Clara.Alexander menghentikan langkahnya ketika mereka akan pergi ke ruang rapat."Kenapa? Apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Alexander."Tidak Tuan, saya ada urusan," jawab Clara.Alexander mengangkat salah satu alisnya menatap Clara. Ekspresi wajahnya terlihat penuh pertanyaan dan sedikit kebingungan. Dia mencoba memahami alasan di balik penolakan Clara untuk diajak pulang bersama. "Urusan apa? Baiklah aku akan menemanimu," ujar Alexander dengan nada yang lebih tegas kali ini, mencoba meyakinkan Clara bahwa dia ingin membantu dalam hal apapun yang mungkin membuatnya sulit untuk pergi sendiri.Namun, Clara tetap kukuh pada keputusannya. "Tidak Tuan, saya bisa pergi sendiri." Suaranya terdengar lembut namun tegar, menunjukkan bahwa dia sudah memutuskan tanpa merasa ragu sedikitpun.Wajah Alexander seketika berubah menjadi masam dan dia melanjutkan perjalanannya menuju ruang rapat. Langkah kakinya terasa l
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 53. Penguntit

"Tuan, apakah kita perlu ke sana?" tanya Markus.Alexander tersenyum puas melihat sikap tegas Clara terhadap Rilla. Dia merasa lega melihat bahwa Clara mampu menjaga diri dengan baik."Tidak perlu Markus, saat ini dia sudah pandai menjaga diri," jawab Alexander sambil mengangguk puas."Ayo pergi sekarang Markus, sebelum dia menyadari kita sedang mengikutinya," lanjut Alexander seraya bergerak menuju pintu keluar Cafe."Baik Tuan," jawab Markus singkat namun penuh kesiapan.Markus pun segera mengikuti perintah Alexander, membawa mobil mereka menjauh dari Cafe dengan cepat dan tanpa meninggalkan jejak yang mencurigakan.Di sisi lainnya, Clara memperhatikan Rilla yang duduk sendirian di meja Cafe. Meskipun samar-samar karena jarak yang semakin jauh, ia masih bisa melihat mobil Alexander meninggalkan tempat tersebut dengan mantap. Hatinya berdebar-debar karena tak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik semua itu."Seperti mobil Tuan Alexender, tapi tidak mungkin karena dia
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

Bab 54. Malam yang indah

"Clara, aku hanya ingin dirimu malam ini." Alexander menyentuh bahu Clara dan menatapnya dengan hangat. Clara merasa kehangatan dari sentuhan Alexander, membuat hatinya berdebar kencang. Dia tidak bisa menahan tatapan penuh kasih sayang dari Alexander.Clara hanya menundukkan kepalanya, tak sanggup bertemu langsung dengan pandangan penuh cinta dari lelaki yang telah menjadi suaminya itu. Namun, saat Alexander mengangkat wajah Clara dengan lembut menggunakan jari-jarinya yang gagah, Clara merasakan getaran aneh di dalam dadanya."Clara, pernikahan kita bukanlah pernikahan kontrak. Aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Clara sambil memandang mata indah milik istrinya itu. Kata-kata tersebut terdengar begitu tulus dan sungguh dari lubuk hati terdalam seorang Alexander.Clara terlihat gugup, hatinya berdebar-debar saat mendengarkan ucapan manis yang keluar dari bibir tampan suaminya itu. Dia mencoba untuk tenang namun sulit baginya untuk mengendalikan detak jantungnya yang semakin cepat.'
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

Bab 55. Ketahuan

"Clara, apakah kau sudah siap dengan presentasinya?" tanya Alexander di tengah-tengah sarapannya."Sudah Tuan. Filenya juga sudah saya salin ke laptop Anda," ujar Clara menahan senyumnya."Apa kau bilang? Kau salin ke laptopku? Sejak kapan aku mengijinkanmu menyentuh laptopku?" tanya Alexander mengerutkan keningnya.Clara menatap Alexander dengan penuh kekhawatiran, mencoba membaca ekspresi wajah sang majikan yang tampak tegang. Dia merasa bersalah karena telah menyentuh laptop pribadi Alexander tanpa izin sebelumnya. Clara berusaha menjelaskan bahwa laptop pribadinya sedang mati sehingga dia terpaksa menggunakan laptop milik Alexander untuk menyimpan file presentasi mereka.Namun, di balik raut muka cemas Clara, sebenarnya tersimpan rasa penasaran yang besar. Saat dia meng-copy file presentasi ke laptop Alexander, mata Clara tak sengaja melirik wallpaper yang ada di layar tersebut. Dan apa yang dilihatnya membuat hati Clara berdebar kencang.Alexander sendiri tenggelam dalam pikiran
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

Bab 56. Suasana romantis

Clara menoleh ke belakang. "Jadi, ini pertama kalinya Anda naik sepeda motor, ya?" Alexander mengangguk sambil tersenyum gugup, "Ya, betul. Aku agak nervous, tapi dengan kamu di sini, rasanya lebih baik." Clara melihat ekspresi wajah Alexander yang campur aduk antara senang dan cemas."Tenang saja, aku akan membawa motor ini dengan aman," ujar Clara dengan penuh keyakinan. Dia merasa tanggung jawab besar untuk menjaga keselamatan Alexander selama perjalanan mereka.Alexander memeluk Clara semakin erat dengan penuh kasih. "Terima kasih, Clara. Aku beruntung sekali punya kamu," katanya lirih. Perasaan syukur dan kebahagiaan terpancar jelas dari matanya.Clara tersenyum hangat melihat reaksi Alexander yang begitu tulus dan lembut. Hatinya luluh saat mendengar kata-kata itu dari mulutnya."Apakah ini artinya Anda sedang menyatakan cintamu, Tuan?" tanyanya pelan namun penuh harap.Alexander terdiam sejenak seolah tengah mempertimbangkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Akhirnya dia me
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Bab 57. William Kritis

"Ya, Papa." Clara mengangkat panggilan di ponselnya. Alexander memperhatikan Clara dengan serius. Wajahnya tampak tegang dan khawatir."Apa? Baiklah. Saya akan segera ke rumah sakit sekarang," sahut Clara terlihat cemas dan menutup ponselnya. Matanya berkaca-kaca, mencerminkan kekhawatiran yang mendalam."Tuan, saya ijin keluar sebentar hari ini." Clara terlihat terburu-buru, tangannya gemetar saat memegang beberapa berkas penting di tangannya.Alexander ikut cemas dengan keadaan Clara. Ia merasa gelisah melihat ekspresi wajah istrinya yang begitu khawatir."Kenapa apakah ada masalah?" tanya Alexander sambil mengulurkan tangan untuk menenangkan Clara."Papa kritis Tuan," jawab Clara lirih, suaranya hampir tertekan oleh beban pikiran yang ia rasakan. Dia tak sanggup membayangkan jika sesuatu buruk terjadi pada ayahnya tanpa dirinya disana untuk memberikan dukungan dan kasih sayang seperti biasanya."Baiklah, ayo aku antarkan kau ke rumah sakit," ajak Alexander."Tidak Tuan. Meeting ha
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

Bab 58. William Kritis 2

"Apakah Anda saudara Tuan William?" tanya perawat yang baru saja keluar dari ruangan Tuan William."Saya Putrinya, Suster," jawab Clara dengan suara gemetar namun tetap berusaha menenangkan diri."Dokter ingin bicara dengan Anda di ruangannya Nona," ujar sang Perawat sambil memberikan senyuman kecil untuk memberikan sedikit dukungan pada Clara.Clara menganggukkan kepalanya, merasa tegang namun tetap mencoba untuk tetap tenang. Ia kemudian mengikuti perawat tersebut ke ruangan Dokter yang tampak begitu serius dan penuh perhatian dalam menangani Ayahnya.Saat masuk ke dalam ruangan dokter, Clara duduk di kursi yang disediakan sambil menunggu dokter memulai pembicaraan. Sang perawat dengan lembut memberitahu kepada sang Dokter bahwa Clara adalah putri dari Tuan William. "Dokter, bagaimana kabar ayah saya? Saya sangat khawatir dengan kondisinya," tanya Clara langsung tanpa basa-basi ketika dokter mulai membuka percakapan mereka. Matanya penuh dengan rasa cemas dan harap-harap cemas akan
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Bab 59. Perhatian Alexander

"Clara, apakah kau baik-baik saja?" tanya Alexander ketika baru datang ke rumah sakit. Clara menunduk sedih di kursi tunggu menoleh ke arah Alexander."Tuan, Papa..." Clara tak kuasa menahan air matanya, Alexander segera mendekati Clara dan duduk di sampingnya memandangnya penuh dengan perhatian. Alexander mengusap rambut istrinya tersebut, "Clara, aku tahu ini sangat sulit bagimu. Tetapi kamu harus tetap tenang, Tuan William dalam perawatan terbaik di ICU. Dokter dan perawat sedang bekerja keras untuk memastikan dia mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.""Tapi aku begitu takut, Tuan. Papa sekarang terbaring di sana, begitu lemah," desis Clara.Clara merasakan dadanya sesak saat melihat ayahnya yang biasanya penuh energi dan semangat kini terbaring lemah tanpa daya di ranjang rumah sakit. Dia merasa seperti dunianya runtuh saat melihat kondisi sang ayah yang dia sayangi.Alexander mencoba memberikan dukungan pada Clara dengan senyuman hangatnya meskipun hatinya juga dipenuhi kekhawa
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Bab 60. Abigail si muka dua

Abigail menangis histeris di depan ruang ICU dan mengundang perhatian banyak mata. Banyak di antara mereka memandang sinis ke arah Clara, membuat suasana semakin tegang. Abigail terus menyalahkan Clara dengan keras, mencoba membuatnya merasa bersalah atas situasi yang sedang terjadi."Clara, kenapa kau menghalangi seorang istri bertemu dengan suaminya?" teriak Abigail sambil menahan tangisnya yang semakin menjadi-jadi.Clara merasa tertekan dengan semua pandangan sinis yang ditujukan padanya. Dia berusaha tetap tenang meskipun hatinya mulai dipenuhi oleh emosi akibat perlakuan Abigail."Sudahlah, jangan lagi kau main drama," ucap Clara dengan suara lembut namun penuh ketegasan.Namun, kata-kata Clara hanya membuat Abigail semakin marah dan emosional. Dia tidak bisa menerima bahwa Clara menghalangi rencananya."Clara, kenapa kau tega sekali kepadaku? Apa salahku kepadamu? Walaupun kau anak tiriku, aku sangat menyayangimu," ujar Abigail sambil terus meluapkan emosinya.Clara hanya bisa
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

Bab 61. Pilihan sulit

Nyonya Clara, Tuan William sudah sadar," terang Perawat saat keluar dari ruang ICU. Clara yang sempat ketiduran di pundak Alexander terbangun dan tersenyum lebar mendengarkan kabar baik tersebut."Syukurlah, apakah saya boleh masuk melihat Papa saya?" tanya Clara."Boleh, tapi hanya sebentar saja dan hanya satu orang yang boleh masuk. Saat ini Tuan William harus banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan," saran sang perawat.Clara mengangguk pelan mengerti. Dia merasa lega karena ayahnya akhirnya sadar setelah beberapa hari dalam kondisi kritis. Langkahnya ringan menuju pintu ruangan ICU, hatinya penuh harap akan bertemu dengan ayah tercinta.Saat memasuki ruangan ICU, aroma obat-obatan menyergap hidungnya. Dia melihat Tuan William berbaring lemah di tempat tidur putih bersih dengan Banyak peralatan medis menempel pada tubuhnya, sehingga sulit bagi Tuan William untuk bergerak ataupun berbicara. Matanya berkaca-kaca saat menoleh ke arah Clara, membuat hati gadis itu makin pilu.Clara
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status