Home / CEO / ONE Night Stand With CEO Tampan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of ONE Night Stand With CEO Tampan : Chapter 61 - Chapter 70

109 Chapters

bab 61 - Tawaran untuk Hana

Raut Ravi seketika berubah. Dia tidak mengerti dengan ucapan Devan. Dilihat dari wajahnya, Devan terlihat serius. Ravi tersenyum miring. “Kenapa aku harus menjauhi Hana?” Ravi menatap tajam ke arah Devan. “Devan, aku sudah lama penasaran. Apa hubunganmu dengan Hana?” Ravi merasa tidak suka dengan larangan itu, entah mengapa dia merasa kesal.“jawab saja pertanyaanku, Ravi. Jangan malah balik bertanya. Kamu tinggal menjawab saja, kan?” Devan memalingkan wajah. “Jadi apa susahnya?”“Tunggu dulu Devan,” Ravi mengangkat tangannya. “Aku nggak paham maksudmu. Alasannya apa aku nggak boleh dekat-dekat Hana? Dia tidak sedang terikat dengan laki-laki manapun. Jadi nggak ada salahnya, kan?” Ravi mendekati Devan. “Atau jangan-jangan kamu menyukai Hana? Benar begitu?”Devan diam. Dia kembali bingung. Skenario yang telah disusunnya sejak tadi tiba-tiba ambyar. Dia ingin mengakui, tetapi ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. “Nggak. Aku nggak suka aja kamu terlalu dekat sama dia.” Devan mendes
Read more

Bab 62 - Ingin Tahu

Hana terkejut. Dia tidak menyangka jika Bu Maya akan mengatakan hal itu padanya. Wanita itu meletakkan amplop coklat di meja lalu menggesernya sampai di depan Hana.Hana diam hanya melihat amplop berwarna coklat tanpa berniat menyentuhnya.Setelah urusannya selesai Bu Maya langsung pergi. Hana segera mengikuti Bu Maya di belakangnya sampai depan pintu. Sebelum melangkah keluar Maya menghentikan langkahnya. “Aku harap kamu mengambil keputusan yang tepat. Pikirkanlah baik-baik tawaranku.” Maya lagsung pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan Hana.Hana masih diam tak berkutik di tempatnya. Dengan langkah lunglai dia masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tanpa terasa air matanya menetes dia begitu sedih setelah kepergian Bu maya dari rumahnya. Hana tidak mampu lagi membendung air matanya.Bertepatan dengan itu Aline keluar dari kamar. Dia memiliki firasat yang tidak enak memutuskan untuk keluar melihat apa yang terjadi di luar. Aline segera berjalan ke ruang tamu saat dia melihat si
Read more

bab 63 - Akal Licik Ravi

“Apa kamu yakin mau berhenti dari perusahaan ini? Bukannya dulu kamu pengen banget kerja di sini. Ayolah Hana, jangan keras kepala. Pikirkan lagi. Jangan sampai kamu menyesal setelah mengundurkan diri. Mencari pekerjaan sekarang ini nggak mudah. Aku tahu kamu sangat membutuhkan pekerjaan ini, jadi kenapa kamu berhenti? Pikirkan dulu baik-baik. Jangan terburu-buru mengambil keputusan.”Ravi masih tidak percaya jika Hana akan berhenti wanita itu terus saja bersikeras dan ingin mengundurkan diri dari proyek. Baik Devan dan juga Ravi selalu membujuknya. Namun semua itu tidak mempengaruhi Hana.Sudah lama Ravi menunggu bisa bekerja bersama Hana. Ini kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan Hana. Tapi tanpa diduga Hana malah ingin mengundurkan diri. Ravi selalu membujuknya agar tidak berhenti. Dia masih ingin Hana bekerja dengannya.“Saya yakin sekali, Pak. Keputusan saya sudah bulat. Tapi saya tidak akan lepas tanggung jawab. Saya bersedia menunggu sampai perusahaan mendapatkan penggant
Read more

bab 64 - Demi Tanda tangan

Bagaimana Devan bisa melakukan itu? Bukankah Devan sudah berjanji tidak akan mengungkitnya lagi? Bahkan Devan sendiri yang meminta Hana untuk melupakan kejadian itu. Devan berjanji tidak akan menceritakan itu pada siapapun. Tetapi kenapa sekarang Devan malah menceritakannya pada Ravi? Sialan. Seharusnya Hana tidak pernah percaya pada mulut manis Devan. Hana tahu mereka bersahabat dekat, namun Devan tetap tidak boleh membuka rahasianya. Rahasianya bersama Hana. Sejujurnya Hana sangat kesal pada Devan sekarang. Sejak tadi dia menahan diri supaya tidak melepas sepatunya kemudian memukulkannya ke kepala Devan. Ya, seharusnya dia melakukan itu supaya otak Devan bisa diajak berpikir dengan benar.“Ah, ingin sekali aku menamparnya.” Hana terus saja menggerutu. “Aku harus cepat-cepat keluar dari sini, aku tidak bisa lagi bekerja di sini.” Hana sudah tidak mau lagi bekerja di perusahaan Devan. “Aku harus menemuinya, meminta tanda tangan darinya.” Dia kemudian berjalan ke ruangan Devan dan ingi
Read more

bab 65;- Membuntuti Hana

Aline memikirkan kata-kata Hana. Dia merasa Devan tidak mungkin menceritakan hal itu pada orang lain. “Aku harus menemuinya untuk memastikannya.” Setelah kepergian Hana, Aline menemui Devan di kantornya. Dia harus meluruskan masalah ini agar tidak ada kesalahpahaman. Entah kenapa Aline merasa harus meluruskan masalah ini. Devan menatap pemandangan di luar gedung kantornya melalui jendela. Tidak ada yang menarik. Pemandangan yang sama setiap harinya Gedung-gedung menjulang seperti berlomba yang mana yang lebih tinggi. Devan kembali mendesah. Ada apa ini sebenarnya? Ada apa dengan perempuan itu? Tiba-tiba Hana menuduhnya sudah menceritakan rahasia mereka pada seseorang. Padahal Devan yakin dia tidak pernah membagi rahasia itu dengan siapapun. Yang tahu hanya dia, Hana, dan Aline. Ya, Aline. Namun rasanya tidak mungkin jika Aline yang membocorkan rahasia mereka. Aline sahabat Hana. Hubungan mereka sangat dekat. Tidak mungkin jika Aline tega melakukannya. Devan memalingkan wajah saat pin
Read more

bab 66 - Kantor Baru Hana

Setelah menemui Devan, Aline kembali ke meja kerjanya. Dia menyelesaikan pekerjaan kantornya hingga jam pulang kantor tiba. Aline mulai berkemas dan merapikan meja kerjanya sebelum pergi. Sesuai perkataannya pada Devan, Aline datang ke tempat Hana setelah dia pulang dari kantor. Aline akan berbicara dan menawarkan modal padanya.“Apa yang harus aku katakan padanya, agar dia tidak curiga asal uang ini?” Aline berfikir dia harus menyiapkan kata-kata yang membuat Hana yakin akan ucapannya. “Maafkan aku Hana, kali ini aku harus berbohong padamu. Tapi aku melakukan ini demi kamu juga,” gumam Aline sambil mengemudikan mobilnya. Dia kembali fokus mengemudi. Tanpa terasa Aline tiba di apartemen Hana. Dia segera memarkirkan mobilnya lalu berjalan masuk.Aline menarik nafas panjang sebelum dia membunyikan bel. Aline gugup. Ini kali pertama dia membohongi Hana. Biasanya Aline selalu berkata jujur dan apa adanya.Setelah di bukakan pintu, Aline masuk ke dalam. Dia duduk di ruang tamu. Disana suda
Read more

bab 67 - Mainan Dari Devan

Devan sampai di depan kantor Hana, dia memarkirkan mobilnya agak jauh tapi Devan masih bisa melihat situasi di kantor Hana. “Akhirnya kamu bisa membangun perusahaanmu sendiri. Kamu pasti senang sekarang,” gumam Devan menatap lurus ke arah kantor Hana. Devan terkejut menatap tak percaya. Disana dia melihat Ravi dan juga Aline. Mereka bersama Hana. Devan terus melihat ke arah Hana yang saat ini sedang menunjukkan kantor barunya pada Aline dan Ravi. Tercetak jelas senyuman di wajah Hana. “Dia begitu bahagia sekali,” lirih Devan.Devan sedih, dia tidak bisa berada di sana bersama mereka. Terlihat jelas Hana tersenyum bahagia memperlihatkan kantor barunya. Dan lagi-lagi Devan merasa menyesal. “Kenapa aku bersikap seperti itu pada Hana, saat Hana membutuhkan uang?” Devan menundukkan kepalanya. Menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Dia mengangkat wajahnya kembali dan melihat ke arah mereka. “Andai aku bisa mengontrol diri. Pasti aku sudah di tengah-tengah mereka sekarang. Kalau aja a
Read more

bab 68 - Sulit Menyadarkan Hana

“Ma, balikin dong. Itu mainan Kendra, Ma. Mama nggak bisa gitu, dong. Om baik ngasih itu buat Kendra. Kendra menangis, merengek supaya mainannya di kembalikan. Namun Hana tidak peduli dengan tangisan anaknya. Dia terlanjur emosi. Dia marah pada Devan yang seenaknya saja memberikan sesuatu pada Kendra tanpa seijinnya. Memangnya siapa dia? Dia bukan siapa-siapa untuknya, juga untuk Kendra. Devan hanyalah orang asing yang kebetulan bertemu karena sebuah kesalahan. Devan tidak berhak mencampuri hidupnya.Hana menghela napas, berusaha mengontrol emosinya. “Mama sering bilang kalau Kendra nggak boleh terima apapun dari orang asing, kan?” Suaranya melembut.“Iya, Ma,” Kendra mengangguk dengan raut kecewa.“Kendra ingat kan kalau mau menerima sesuatu dari orang lain harus izin dulu sama mama?”“Kendra nggak lupa kok, Ma,” jawab Kendra. Tangisnya sudah berhenti. Tetapi rautnya masih menunjukkan kecewa.“Jadi kenapa Kendra terima? Seharusnya izin mama dulu. Kalau mama bilang iya, baru Kendra te
Read more

bab 69 - Panik

Aline mengatar Hana ke kantor barunya. Hanya beberapa menit. Mereka sampai di depan kantor Hana. Aline menghentikan mobilnya. Sebelum turun Hana menoleh ke arah Aline.“Aline, jangan lupa kamu kasih mainan itu ke Devan. Aku nggak bisa nerima itu dari dia.” Hana terus melihat ke arah Aline.Aline yang tau Hana yang tidak juga keluar dari dalam mobilnya melihat ke arah Hana. Wanita itu masih saja memperhatikan Aline, dan menunggu jawabannya.“Iya Hana, aku bakal balikin itu ke DevanKamu tenang aja,” jawab Aline sambil tersenyum. Dia hanya iya-iya saja. Aline tau Hana begitu keras kepala jadi Aline lebih memilih mengalah.Hana turun dari dalam mobil. Dia sempat menoleh ke arah mainan yang diberikan Devan, yang dia letakkan di jok belakang. Hana meninggalkan mainan itu di dalam mobil Aline. Berharap Aline akan membantunya mengembalikan itu pada Devan. Agar dia tidak perlu lagi melihat wajah Devan dan bertemu dengannya.
Read more

bab 70 - Menuruti Ego

Begitu Hana mengangkat telepon wanita itu langsung kelihatan panik. Bahkan tangannya mulai gemetar. Devan terus memperhatikan Hana. Dia begitu penasaran.“Hana, ada apa?” Devan menatap Hana penasaran.Hana beberapa kali menarik napas, berusaha mengendalikan diri. Namun tetap tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.“Hei, Hana!” Devan bangkit dan mengulurkan tangan menyentuh lengan Hana. Melihat Hana yang panik Devan menjadi sedikit emosional. Dia langsung berdiri dan menghampirinya. Terlebih lagi Hana yang tidak juga menjawab pertanyaannya. Membuat Devan menjadi tidak sabar, dan semakin membuat Devan penasaran dengan kabar yang diterima Hana.Hana yang masih berbicara si telepon dia terus menggelengkan kepalanya. “Gimana bisa begini si mbak?” Hana agak histeris. Dia tida percaya hal ini akan terjadi. “Kendra hilang dari sekolah, apa Mbak telat jemput tadi?” Hana nggak habis pikir mendengar kabar dari pengasuhnya. Bagaimana bisa wanita itu kehilangan Kendra di sekolahnya.Devan yang men
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status