Aline mengatar Hana ke kantor barunya. Hanya beberapa menit. Mereka sampai di depan kantor Hana. Aline menghentikan mobilnya. Sebelum turun Hana menoleh ke arah Aline.“Aline, jangan lupa kamu kasih mainan itu ke Devan. Aku nggak bisa nerima itu dari dia.” Hana terus melihat ke arah Aline.Aline yang tau Hana yang tidak juga keluar dari dalam mobilnya melihat ke arah Hana. Wanita itu masih saja memperhatikan Aline, dan menunggu jawabannya.“Iya Hana, aku bakal balikin itu ke DevanKamu tenang aja,” jawab Aline sambil tersenyum. Dia hanya iya-iya saja. Aline tau Hana begitu keras kepala jadi Aline lebih memilih mengalah.Hana turun dari dalam mobil. Dia sempat menoleh ke arah mainan yang diberikan Devan, yang dia letakkan di jok belakang. Hana meninggalkan mainan itu di dalam mobil Aline. Berharap Aline akan membantunya mengembalikan itu pada Devan. Agar dia tidak perlu lagi melihat wajah Devan dan bertemu dengannya.
Begitu Hana mengangkat telepon wanita itu langsung kelihatan panik. Bahkan tangannya mulai gemetar. Devan terus memperhatikan Hana. Dia begitu penasaran.“Hana, ada apa?” Devan menatap Hana penasaran.Hana beberapa kali menarik napas, berusaha mengendalikan diri. Namun tetap tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.“Hei, Hana!” Devan bangkit dan mengulurkan tangan menyentuh lengan Hana. Melihat Hana yang panik Devan menjadi sedikit emosional. Dia langsung berdiri dan menghampirinya. Terlebih lagi Hana yang tidak juga menjawab pertanyaannya. Membuat Devan menjadi tidak sabar, dan semakin membuat Devan penasaran dengan kabar yang diterima Hana.Hana yang masih berbicara si telepon dia terus menggelengkan kepalanya. “Gimana bisa begini si mbak?” Hana agak histeris. Dia tida percaya hal ini akan terjadi. “Kendra hilang dari sekolah, apa Mbak telat jemput tadi?” Hana nggak habis pikir mendengar kabar dari pengasuhnya. Bagaimana bisa wanita itu kehilangan Kendra di sekolahnya.Devan yang men
“Gimana bisa anak sekecil itu lepas dari pengawasan dan hilang,” gumam Devan. Lelaki itu terus melajukan mobilnya. Dia menambah kecepatan agar cepat sampai di sekolah Kendra. “Ceroboh sekali mereka.” Devan tidak habis pikir dengan keteledoran pihak sekolah, dia merasa kesal sendiri. Pikirannya hanya tertuju pada bocah kecil itu. “Kendra, dimana kamu?”Hanya beberapa menit saja Devan kini sudah sampai terlebih dahulu di sekolah Kendra. Dia langsung memarkirkan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah dan segera turun dari dalam mobil.Devan langsung menghampiri wanita yang saat ini tengah terlihat panik yang sedang duduk di taman sekolah itu, sambil melihat ke arah gerbang sekolah.“Mba feni, gimana ini bisa terjadi?” Tanpa pikir panjang Devan lagsung saja melayangkan pertanyaan pada pengasuh Kendra.“Pak Devan, maaf pak. Saya tadi datang ke sekolah, tapi Kendra udah nggak ada di sekolahnya pak. Kata gurunya, Kendra sudah pulang. Padah
Melihat Hana yang sedang membujuk Kendra, dan anak itu selalu menolaknya. Ravi memberanikan diri berjalan mendekati Kendra dan ikut membujuknya. “Kendra, gimana kalau pulang sama om Ravi?” Ravi memasang senyum semanis mungkin berusaha mengambil hati bocah kecil itu. Dia berharap Kendra mau ikut dengannya.Kendra menggelengkan kepalanya menolak. “Nggak mau. Pokoknya Kendra mau pulang sama om Devan aja.” Sambil memasang wajah cemberut Kendra melihat ke arah semua orang yang ada di sana. “Kendra maunya sama om Devan. Kalau nggak, aku mau jalan kaki aja pulangnya.” Lagi Kendra merajuk kali ini dia ingin permintaannya di turuti.Hana, Ravi, Devan dan Aline saling pandang satu sama lain. Mereka tidak menyangka Kendra akan seperti ini. Biasanya dia jadi anak yang penurut. Hana berjalan mendekat. “Kendra.” Baru Hana memanggil namanya, Kendra berjalan mundur menjauhi Hana. Hana menghentikan langkahnya. Hana tidak ingin Kendra berlari dan pergi lagi jika dia
Sebenarnya Devan kecewa dengan ucapan Hana. Kenapa wanita itu begitu keras kepala. Tapi Devan berusaha biasa saja di hadapannya. Devan hendak melangkahkan kakinya, baru satu langkah dia langsung berbalik lagi melihat ke arah Hana.Hana yang melihat itu mengarahkan pandangannya ke wajah Devan. Pandangan mereka bertemu.“Janji aku sama Kendra itu urusan aku, nggak ada urusannya sama kamu.” Devan masih menatap Hana dia terdiam sejenak. “Hana, apa semudah itu kamu ingkar janji. Apa kalau kamu berjanji kamu nggak akan menempatinya?” Devan melayangkan pertanyaan itu begitu saja. Dia ingin tau jawaban apa yang akan di berikan oleh Hana.Mendengar pertanyaan Devan. Hana terdiam. Hana sedikit merasa malu pada Devan, dia tida bisa menjawabnya seolah lidahnya kelu. Dia hanya bisa menatap lekat wajah yang ada di hadapannya sekarang. Wajah Deva begitu datar tanpa ekspresi, Hana sendiri tidak bisa mengartikan raut wajah itu seperti apa. Devan benar-benar susah ditebak.“Dan asal kamu tahu Hana. Aku
Devan yang berada di rumah Hana merasa senang bisa meluangkan waktunya untuk bocah kecil itu. Sekarang mereka sedang berada di ruang tamu. Kendra sedang asyik bermain bersama Devan. Kedua orang itu mengabaikan Hana yang hanya bisa melihat interaksi di antara keduanya. Hana juga hanya diam saja sambil memperhatikan tanpa berniat mengganggu keduanya.Dia teringat jika dirinya mengajak Devan masuk ke dalam untuk membuatkan lelaki itu teh. Hana segera berjalan ke arah dapur dan membuatkan teh beserta makanan kecil untuk Devan yang sudah mau bermain dengan Kendra.Sana berjalan ke arah ruang tamu dengan nampan di tangannya ia segera meletakkan teh dan juga makanan ringan di atas meja.“Devan minum dulu tehnya.” Hana langsung memanggil Devan. “Kendra udah mainnya Biar Om Devan istirahat dan minum dulu.” Kendra yang mendengar ucapan ibunya langsung menoleh dan mengangguk. Candra segera membereskan mainannya. Sedangkan Devan yang melihat itu dia berdir
Pagi ini Hana datang ke kamar Kendra, seperti biasa Hana akan membangunkannya.“Kendra sayang bangun, Nak!” Hana mengusap lembut kepala Kendra. Mata kecil Kendra perlahan terbuka, dan Hana tersenyum melihatnya. “Ayo sekarang Kendra harus bersiap buat kesekolah nanti telat.” Kendra menganggukkan kepala, bocah kecil itu turun dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi.Hana kini sudah berdamai kembali dengan Kendra, seorang ibu tidak mungkin akan berlama lama marah pada anaknya, begitupun sebaliknya. Sambil menunggu Kendra selesai mandi. Hana mempersiapkan segala kebutuhan Kendra, dan meletakkannya di atas tempat tidur. Dirasa semua sudah selesai, dia segera berlalu pergi dari dalam kamar berjalan ke dapur.Hana mempersiapkan sarapan dan segelas susu untuk anaknya. Tak berselang lama Kendra datang dengan tas ransel miliknya. Hana tersenyum. “Kendra sarapan dulu dan minum susunya, hari ini mama antar kamu ke sekolah.” Kendra mengangguk dia lang
Devan menyibukkan dirinya dengan bekerja. Dia tidak ingin terlalu pusing menanggapi ucapan mamanya. “Sampai kapan mama akan melakukan ini padaku?” Devan bergumam sendiri. Dia selalu tidak habis pikir dengan ibumu yang berusaha untuk menjodohkannya. Walaupun Devan sudah menolaknya. Tidak ingin berlarut-larut, Devan membuka laptop miliknya dan mengerjakan pekerjaannya memeriksa beberapa email yang sudah masuk.Hari ini Devan benar-benar menyibukkan dirinya hingga sore hari jam pulang kantor tiba Devan masih terlihat kantor. Dia benar-benar menyibukkan dirinya dengan beberapa file yang sengaja dia minta pada bawahannya untuk di bawa ke kantornya. Di atas mejanya sudah ada setumpuk file yang dikerjakan hari ini, seolah tidak merasa lelah lelaki itu masih saja fokus di depan laptop miliknya. Dia tidak memberikan sedikitpun cela untuk dirinya sendiri, dan berusaha melupakan ajakan ibunya hari ini.Aline melihat jam di tangannya sudah waktunya dia pulang hari in
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda