Devan yang berada di rumah Hana merasa senang bisa meluangkan waktunya untuk bocah kecil itu. Sekarang mereka sedang berada di ruang tamu. Kendra sedang asyik bermain bersama Devan. Kedua orang itu mengabaikan Hana yang hanya bisa melihat interaksi di antara keduanya. Hana juga hanya diam saja sambil memperhatikan tanpa berniat mengganggu keduanya.Dia teringat jika dirinya mengajak Devan masuk ke dalam untuk membuatkan lelaki itu teh. Hana segera berjalan ke arah dapur dan membuatkan teh beserta makanan kecil untuk Devan yang sudah mau bermain dengan Kendra.Sana berjalan ke arah ruang tamu dengan nampan di tangannya ia segera meletakkan teh dan juga makanan ringan di atas meja.“Devan minum dulu tehnya.” Hana langsung memanggil Devan. “Kendra udah mainnya Biar Om Devan istirahat dan minum dulu.” Kendra yang mendengar ucapan ibunya langsung menoleh dan mengangguk. Candra segera membereskan mainannya. Sedangkan Devan yang melihat itu dia berdir
Pagi ini Hana datang ke kamar Kendra, seperti biasa Hana akan membangunkannya.“Kendra sayang bangun, Nak!” Hana mengusap lembut kepala Kendra. Mata kecil Kendra perlahan terbuka, dan Hana tersenyum melihatnya. “Ayo sekarang Kendra harus bersiap buat kesekolah nanti telat.” Kendra menganggukkan kepala, bocah kecil itu turun dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi.Hana kini sudah berdamai kembali dengan Kendra, seorang ibu tidak mungkin akan berlama lama marah pada anaknya, begitupun sebaliknya. Sambil menunggu Kendra selesai mandi. Hana mempersiapkan segala kebutuhan Kendra, dan meletakkannya di atas tempat tidur. Dirasa semua sudah selesai, dia segera berlalu pergi dari dalam kamar berjalan ke dapur.Hana mempersiapkan sarapan dan segelas susu untuk anaknya. Tak berselang lama Kendra datang dengan tas ransel miliknya. Hana tersenyum. “Kendra sarapan dulu dan minum susunya, hari ini mama antar kamu ke sekolah.” Kendra mengangguk dia lang
Devan menyibukkan dirinya dengan bekerja. Dia tidak ingin terlalu pusing menanggapi ucapan mamanya. “Sampai kapan mama akan melakukan ini padaku?” Devan bergumam sendiri. Dia selalu tidak habis pikir dengan ibumu yang berusaha untuk menjodohkannya. Walaupun Devan sudah menolaknya. Tidak ingin berlarut-larut, Devan membuka laptop miliknya dan mengerjakan pekerjaannya memeriksa beberapa email yang sudah masuk.Hari ini Devan benar-benar menyibukkan dirinya hingga sore hari jam pulang kantor tiba Devan masih terlihat kantor. Dia benar-benar menyibukkan dirinya dengan beberapa file yang sengaja dia minta pada bawahannya untuk di bawa ke kantornya. Di atas mejanya sudah ada setumpuk file yang dikerjakan hari ini, seolah tidak merasa lelah lelaki itu masih saja fokus di depan laptop miliknya. Dia tidak memberikan sedikitpun cela untuk dirinya sendiri, dan berusaha melupakan ajakan ibunya hari ini.Aline melihat jam di tangannya sudah waktunya dia pulang hari in
Pesanan mereka datang, Aline memperhatikan raut Devan. Dia merasa Devan sedang ada masalah saat ini. Karen wajahnya jelas sekali terlihat sedang banyak pikiran“Apa semua baik-baik saja Devan?”Devan menoleh melihat ke arah Aline, mengerutkan keningnya bingung.“Maksudku wajahmu terlihat sedang ada masalah, kalau kamu nggak keberatan, kamu bisa cerita sama aku.” Aline memberanikan diri, sebenernya dia sangat gugup dan takut. Pasalnya baru kali ini dia berani berbicara santai pada Devan yang selama ini terkenal dengan sikap dinginnya.Sekali lagi Devan melihat ke arah Aline. Mungkin memang tidak ada salahnya untuk dia bercerita pada wanita itu.“Ibuku Aline. Dia mau menjodohkan aku. Sebenarnya ini bukan pertama kali. Dulu dia juga pernah melakukan. Aku selalu dijodohkan dengan semua wanita pilihannya. “ Raut Devan begitu terlihat sedih dan putus asa. Dia menghembuskan nafas kasar. “Aku harus bagaimana Aline?” Devan menulis seolah meminta jawaban. “Sekarang senang nggak mau lagi dekat s
Ravi masih saja berada di rumah Hana, lelaki itu seolah betah dan nyaman disana. Setelah Pulang kantor, dia hanya meluangkan waktunya bermain bersama Kendra di sana.Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 malam. Hana masih menunggu Ravi yang belum juga pulang dari rumahnya. Hana sudah mulai mengantuk sekarang. Tapi mau tak mau dia tetap menemani Ravi dan Kendra yang sedang bermain.“Ayolah kenapa nggak pulang juga si,” batin Hana sambil terus melihat ke arah jam dinding di rumahnya. Hana merasa sedikit kesal karena Ravi terlalu lama berada di rumahnya. Sekarang sudah agak malam. Tapi Ravi justru mengajak Kendra berfoto ria seolah tidak ingin pulang.“Mau sampai kapan Ravi di sini, aku udah ngantuk banget. Kapan dia pulang. Nggak mungkin kan aku usir dia. Tapi bagaimana caraku menegurnya agar dia pulang?” Hana terus berpikir memikirkan cara agar rapi cepat pulang dari rumahnya.Ravi sekarang malah asik mengambil gampar berfoto dengan Kendra sesekali dia tersenyum.meihat hasil jep
Aline sudah tiba di apartemen miliknya, dia langsung saja masuk dan membersihkan diri. Seharian bekerja di kantor membuatnya penat. Dia butuh sesuatu yang segar untuk menyegarkan dirinya. Setelah selesai Aline langsung berjalan menuju ke ranjangnya. Dia berbaring disana sambil termenung. Memikirkan kembali status Ravi di aplikasi hijau.“Apa yah dilakukan Ravi di rumah Hana?” Gumamnya. Aline yang sejatinya menyukai Ravi. Tentu saja merasa galau melihat status Ravi yang sedang berada di rumah Hana dan berfoto selfie dengan Kendra. “Kenapa juga Hana nggak ngasih tahu kalau Ravi ada di sana pas dia nelpon tadi?” Aline mulai berpikir tentang sahabatnya itu dan menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. “Apa mungkin Ravi suka sama Hana, gimana kalau dia beneran suka sama Hana.” Pikiran Aline mulai kemana mana, dia tida bisa lagi mengendalikannya. Aline termenung diam.“Ah nggak mikir apa si aku ini, Hana nggak mungkin kaya gitu kan, dan Ravi bukanya dia selalu bila
Keesokan harinya Hana dan Kendra bermain ke rumah Aline. Karena hari libur mereka memutuskan pergi bersama-sama. Hana mau pergi keluar mengajak Kendra bermain dengan Aline. Hana juga sebenarnya takut kalau Ravi datang lagi.Hana ingin menghindarinya, Hana hanya tidak nyaman jika Ravi datang ke tempatnya terlebih lagi jika lelaki itu datang seorang diri. Itu membuatnya merasa risih. Berbeda dengan Devan yang datang kesana seorang diri. Hana sendiri juga bingung mengapa dirinya bisa seperti itu.Pagi-pagi sekali Hana sudah bangun dan mulai bersiap, tidak lupa dia membangunkan Kendra. “Kendra ayo bangun hari ini kita pergi main kerumah tante Aline.”Kendra segera bangun dan membuka matanya bocah kecil itu melihat ibunya yang sudah berada di depan lemari pakaian dan menyiapkan perlengkapannya. Kendra turun dari tempat tidur berjalan ke arah kamar mandi. Hana yang melihat itu langsung tersenyum. Selesai menyiapkan baju Kendra, Hana keluar dari kamar
Aline langsung berjalan ke arah kamarnya dan mengambil ponsel miliknya. Dia mengetik nomor Devan dan melakukan panggilan.“Ada apa Aline, apa ada masalah? Pagi sekali kamu menelepon.” Devan yang saat itu baru bangun tidur langsung mengangkat telepon miliknya. Devan sedikit heran pasalnya Aline meneleponnya sepagi ini, terlebih lagi ini adalah hari libur.“Tidak, Aku menelepon mu ingin mengundangmu datang ke rumahku. Oh ya di sini juga ada Hana dan juga Kendra.”Mendengar jika di sana ada Hana dan juga Kendra, Devan langsung bersemangat. “Baiklah aku akan segera kesana.”Aline langsung menutup teleponnya dan dia kembali bergabung dengan Hana dan juga Ravi.Devan langsung buru-buru berjalan ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Kendra.Selang Berapa lama Devan sudah rapi dengan pakaiannya yang sedikit santai karena hari ini adalah hari weekend. Lelaki itu hanya mengenakan kaos dan juga hoodie dengan bawahan celana jeans dan sepatu kets. Deva
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda