Aline sudah tiba di apartemen miliknya, dia langsung saja masuk dan membersihkan diri. Seharian bekerja di kantor membuatnya penat. Dia butuh sesuatu yang segar untuk menyegarkan dirinya. Setelah selesai Aline langsung berjalan menuju ke ranjangnya. Dia berbaring disana sambil termenung. Memikirkan kembali status Ravi di aplikasi hijau.“Apa yah dilakukan Ravi di rumah Hana?” Gumamnya. Aline yang sejatinya menyukai Ravi. Tentu saja merasa galau melihat status Ravi yang sedang berada di rumah Hana dan berfoto selfie dengan Kendra. “Kenapa juga Hana nggak ngasih tahu kalau Ravi ada di sana pas dia nelpon tadi?” Aline mulai berpikir tentang sahabatnya itu dan menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. “Apa mungkin Ravi suka sama Hana, gimana kalau dia beneran suka sama Hana.” Pikiran Aline mulai kemana mana, dia tida bisa lagi mengendalikannya. Aline termenung diam.“Ah nggak mikir apa si aku ini, Hana nggak mungkin kaya gitu kan, dan Ravi bukanya dia selalu bila
Keesokan harinya Hana dan Kendra bermain ke rumah Aline. Karena hari libur mereka memutuskan pergi bersama-sama. Hana mau pergi keluar mengajak Kendra bermain dengan Aline. Hana juga sebenarnya takut kalau Ravi datang lagi.Hana ingin menghindarinya, Hana hanya tidak nyaman jika Ravi datang ke tempatnya terlebih lagi jika lelaki itu datang seorang diri. Itu membuatnya merasa risih. Berbeda dengan Devan yang datang kesana seorang diri. Hana sendiri juga bingung mengapa dirinya bisa seperti itu.Pagi-pagi sekali Hana sudah bangun dan mulai bersiap, tidak lupa dia membangunkan Kendra. “Kendra ayo bangun hari ini kita pergi main kerumah tante Aline.”Kendra segera bangun dan membuka matanya bocah kecil itu melihat ibunya yang sudah berada di depan lemari pakaian dan menyiapkan perlengkapannya. Kendra turun dari tempat tidur berjalan ke arah kamar mandi. Hana yang melihat itu langsung tersenyum. Selesai menyiapkan baju Kendra, Hana keluar dari kamar
Aline langsung berjalan ke arah kamarnya dan mengambil ponsel miliknya. Dia mengetik nomor Devan dan melakukan panggilan.“Ada apa Aline, apa ada masalah? Pagi sekali kamu menelepon.” Devan yang saat itu baru bangun tidur langsung mengangkat telepon miliknya. Devan sedikit heran pasalnya Aline meneleponnya sepagi ini, terlebih lagi ini adalah hari libur.“Tidak, Aku menelepon mu ingin mengundangmu datang ke rumahku. Oh ya di sini juga ada Hana dan juga Kendra.”Mendengar jika di sana ada Hana dan juga Kendra, Devan langsung bersemangat. “Baiklah aku akan segera kesana.”Aline langsung menutup teleponnya dan dia kembali bergabung dengan Hana dan juga Ravi.Devan langsung buru-buru berjalan ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Kendra.Selang Berapa lama Devan sudah rapi dengan pakaiannya yang sedikit santai karena hari ini adalah hari weekend. Lelaki itu hanya mengenakan kaos dan juga hoodie dengan bawahan celana jeans dan sepatu kets. Deva
Ravi terus saja melihat ke arah Devan dan Hana yang bisa tertawa dengan begitu lepas. Ravi sampai mengeraskan rahangnya dia mengepalkan tangannya terlihat jelas kekesalan itu.“Sialan, kenapa Hana bisa tertawa begitu lepas saat bersama Devan?” Dia masih memandang mereka dengan wajahnya yang marah. “Lihat saja apa yang bisa aku lakuin Devan,” gumamnya lagi. Ravi kemudian mengambil ponselnya dan memotret beberapa kali Devan yang sedang bersama Hana. Dia mengambil foto itu. Ravi memastikan jika wajah mereka terlihat sangat jelas untuk di kenali.“Aku akan membuat rencana baru dengan ini Devan. Aku akan pergi ke ibu kamu. Kita lihat bagaimana reaksi dia melihat ini.” Ravi tersenyum miring. Rafi sengaja melakukan itu supaya perjodohan Devan semakin dipercepat oleh ibunya. Kasih tahu betul Bagaimana Maya. Dia tidak akan menyukai ini dan sudah pasti dia akan mempercepat perjodohan mereka.Aline yang baru saja keluar dari dalam rumah memergoki Ravi yan
Saat berada di dalam mobil Ravi tersenyum, dia begitu senang sekali. Melihat ke arah rumah Maya. Sambil tersenyum puas.“Kita lihat Devan, apa yang akan terjadi selanjutnya,” ucap Ravi tersenyum smirk. Dia tahu betul jika Maya Ibu Devan pas di saat ini sedang merasa kesel dengan anak lelakinya itu. Tapi begitu percaya diri dan merasa pasti sudah berhasil membersihkan api diantara mereka berdua.“Kita lihat saja dan tunggu sebentar lagi apa kamu bisa menolak keinginan ibu kamu itu Devan. Aku tahu benar kamu tidak akan pernah menolak keinginan ibu kamu. Pasti akan pergi meninggalkan Hana.” Raffi begitu tahu betul Bagaimana Devan selama ini. Lelaki itu sampai sekarang masih bergantung di perusahaan yang masih atas nama ibunya.Devan tidak akan mungkin menukar hidupnya hanya untuk bersama dengan Hana. Fasilitas dan kemewahan yang dia dapat selama ini tentu saja akan hilang dan diambil alih oleh ibunya. Jika dia memilih wanita itu. Devan tidak mungk
Devan lalu berpamitan pada Hana. “Hana aku pamit dulu, aku harus segera menemui ibu ku.” Devan tersenyum ke arah Hana. Dia senang karena hari ini bisa melewati waktu bersama Hana dengan bahagia. “Terima kasih untuk hari ini.”Sana yang mendengar itu langsung tersenyum dan ikut berdiri. “Baiklah, terima kasih. Hati-hati di jalan,” jawab Hana. Tidak lupa dia mengucap terima kasih pada Devan karena sudah mengantar mereka pulang.Devan kemudian berjalan keluar , di antar oleh Hana di belakangnya sampai depan pintu. Hana kemudian menghentikan langkahnya dan lihat Devan terus berjalan ke arah mobilnya.Devan kemudian mengemudikan mobilnya, namun sebelum itu ia melihat ke arah Hana terlebih dahulu dan tersenyum sambil melambaikan tangannya lalu pergi.Setelah kepergian Devan. Hana kemudian masuk ke dalam rumah, tidak bisa dia pungkiri hari ini dirinya begitu bahagia. Entah Hana sendiri juga bingung apa yang membuatnya bisa sebahagia ini.
Setelah menutup telepon Ravi tersenyum. Dugaannya tidak pernah meleset Maya pasti akan mencari cara untuk memisahkan Devan dengan Hana.“Tante Maya nggak akan pernah setuju kalau kamu nikah sama Hana,” gumam Ravi sambil tersenyum smirk. Dia segera meletakkan ponselnya. Besok dia harus bersiap untuk bertemu dengan mereka.Ravi harus memikirkan cara agar mereka bisa menikah.Sedangkan di sisi lain meyakini tengah memikirkan perkataan Ravi yang ingin bertemu dengan Diva. “Kenapa Ravi minta ketemu sama Diva? Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” Maya terus menerka-nerka memikirkan apa yang akan dilakukan Ravi. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain meminta tolong pada Ravi.Keesokan paginya Maya tengah bersiap. Iya sudah memiliki janji pada Ravi di sebuah restoran mewah di bilangan Jakarta Selatan. Maya sengaja memesan tempat VIP agar mereka lebih leluasa untuk mengobrol nya.Maya sudah datang dan duduk di ruangan VIP yang
Siang ini Aline datang ke salah satu restoran dia akan meloby rekan proyeknya. Aline memilih duduk di luar di kursi biasa untuk menunggu rekannya.“Semoga kali ini lancar, sepertinya masih ada waktu sebelum dia datang.” Aline memesan minum. Sambil menunggu rekannya yang belum datang alim mengerjakan sesuatu agar tidak bosan.Aline secara tidak sengaja datang ke restoran yang sama dengan restoran di mana Ravi. Maya dan Diva datang ke sana untuk melakukan pertemuan.Bukan Aline namanya Jika dia tidak bisa memanfaatkan waktu. Aline memang warkaholic. Saat dia bekerja dia hanya akan fokus pada pekerjaannya dan tidak akan ingat waktu ataupun tempat di mana dia mengerjakannya.Saat dia telah mengerjakan beberapa file tiba-tiba saja Ali melihat Ravi, Maya dan juga Diva turun dari lantai VIP di restoran itu.“Tante Maya,” gumam Aline sambil tersenyum saat Maya berjalan dengan Diva. Dia langsung berdiri dari tempat tidurnya. Saat h
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda