Saat berada di dalam mobil Ravi tersenyum, dia begitu senang sekali. Melihat ke arah rumah Maya. Sambil tersenyum puas.“Kita lihat Devan, apa yang akan terjadi selanjutnya,” ucap Ravi tersenyum smirk. Dia tahu betul jika Maya Ibu Devan pas di saat ini sedang merasa kesel dengan anak lelakinya itu. Tapi begitu percaya diri dan merasa pasti sudah berhasil membersihkan api diantara mereka berdua.“Kita lihat saja dan tunggu sebentar lagi apa kamu bisa menolak keinginan ibu kamu itu Devan. Aku tahu benar kamu tidak akan pernah menolak keinginan ibu kamu. Pasti akan pergi meninggalkan Hana.” Raffi begitu tahu betul Bagaimana Devan selama ini. Lelaki itu sampai sekarang masih bergantung di perusahaan yang masih atas nama ibunya.Devan tidak akan mungkin menukar hidupnya hanya untuk bersama dengan Hana. Fasilitas dan kemewahan yang dia dapat selama ini tentu saja akan hilang dan diambil alih oleh ibunya. Jika dia memilih wanita itu. Devan tidak mungk
Devan lalu berpamitan pada Hana. “Hana aku pamit dulu, aku harus segera menemui ibu ku.” Devan tersenyum ke arah Hana. Dia senang karena hari ini bisa melewati waktu bersama Hana dengan bahagia. “Terima kasih untuk hari ini.”Sana yang mendengar itu langsung tersenyum dan ikut berdiri. “Baiklah, terima kasih. Hati-hati di jalan,” jawab Hana. Tidak lupa dia mengucap terima kasih pada Devan karena sudah mengantar mereka pulang.Devan kemudian berjalan keluar , di antar oleh Hana di belakangnya sampai depan pintu. Hana kemudian menghentikan langkahnya dan lihat Devan terus berjalan ke arah mobilnya.Devan kemudian mengemudikan mobilnya, namun sebelum itu ia melihat ke arah Hana terlebih dahulu dan tersenyum sambil melambaikan tangannya lalu pergi.Setelah kepergian Devan. Hana kemudian masuk ke dalam rumah, tidak bisa dia pungkiri hari ini dirinya begitu bahagia. Entah Hana sendiri juga bingung apa yang membuatnya bisa sebahagia ini.
Setelah menutup telepon Ravi tersenyum. Dugaannya tidak pernah meleset Maya pasti akan mencari cara untuk memisahkan Devan dengan Hana.“Tante Maya nggak akan pernah setuju kalau kamu nikah sama Hana,” gumam Ravi sambil tersenyum smirk. Dia segera meletakkan ponselnya. Besok dia harus bersiap untuk bertemu dengan mereka.Ravi harus memikirkan cara agar mereka bisa menikah.Sedangkan di sisi lain meyakini tengah memikirkan perkataan Ravi yang ingin bertemu dengan Diva. “Kenapa Ravi minta ketemu sama Diva? Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” Maya terus menerka-nerka memikirkan apa yang akan dilakukan Ravi. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain meminta tolong pada Ravi.Keesokan paginya Maya tengah bersiap. Iya sudah memiliki janji pada Ravi di sebuah restoran mewah di bilangan Jakarta Selatan. Maya sengaja memesan tempat VIP agar mereka lebih leluasa untuk mengobrol nya.Maya sudah datang dan duduk di ruangan VIP yang
Siang ini Aline datang ke salah satu restoran dia akan meloby rekan proyeknya. Aline memilih duduk di luar di kursi biasa untuk menunggu rekannya.“Semoga kali ini lancar, sepertinya masih ada waktu sebelum dia datang.” Aline memesan minum. Sambil menunggu rekannya yang belum datang alim mengerjakan sesuatu agar tidak bosan.Aline secara tidak sengaja datang ke restoran yang sama dengan restoran di mana Ravi. Maya dan Diva datang ke sana untuk melakukan pertemuan.Bukan Aline namanya Jika dia tidak bisa memanfaatkan waktu. Aline memang warkaholic. Saat dia bekerja dia hanya akan fokus pada pekerjaannya dan tidak akan ingat waktu ataupun tempat di mana dia mengerjakannya.Saat dia telah mengerjakan beberapa file tiba-tiba saja Ali melihat Ravi, Maya dan juga Diva turun dari lantai VIP di restoran itu.“Tante Maya,” gumam Aline sambil tersenyum saat Maya berjalan dengan Diva. Dia langsung berdiri dari tempat tidurnya. Saat h
“Aline, kenapa kamu diam saja, ayo ceritakan padaku.” Devan terus mendesak meminta Aline untuk bercerita padanya. Dia sungguh penasaran karena sikap Aline yang seperti itu. “Begini pak Devan. Tadi sewaktu aku meeting dan melakukan pertemuan, aku melihat Bu Maya dan juga Ravi di sana.” Aline menjeda ucapannya, dia nampak berhati-hati dalam bercerita pada Devan. Ini bukan perkara mudah bisa saja Devan berpikir yang tidak-tidak tentangnya karena mengadukan hal ini. Biar bagaimanapun Maya tetaplah ibunya dan Ravi sahabat dekat Devan. Sedang Devan masih mendengarkan Aline, dia diam dan terus melihat ke arah wanita itu. Berharap Aline cepat bercerita dan tidak bertele-tele seperti ini. “Tapi, pak! Disana bukan hanya ada mereka. Ada seorang perempuan juga di restoran itu.” Akhirnya Aline bercerita. Dia menceritakan semuanya pada Devan. Dia merasa harus memberitahunya hingga Aline memberanikan diri. Aline sudah tidak memikirkan bagaimana penilaian Deva
Devan pergi dia mengemudikan mobil miliknya. Didalam mobil Devan terus saja berfikir.“Kenapa mama berbohong dan menutupinya. Bukannya tadi dia pergi dan bertemu Ravi?” Ucapnya mengingat ingat kembali saat dia menelepon Maya. “Aku yakin ini tidak sesederhana kelihatannya. Ravi pasti punya rencana khusus yang sudah dia rencanakan bersama mama, terlebih lagi ada Diva di sana yang juga ikut bersama mereka. Tidak mungkin Jika mereka membalas bisnis ataupun proyek.” Devan Terus menerka-nerka apa yang terjadi Dia sangat yakin sekali kalau Ravi memiliki rencana khusus untuknya. Tapi apa Devan pun tidak tahu.Devan melihat ponsel yang ada di atas dashboard dia mengambil ponsel miliknya lalu menelepon Aline. Tapi sebelum itu Devan menepikan terlebih dahulu mobilnya.“Aline, aku mau ngomong sama kamu. Tadi Ravi ngajak aku ke klub malam.” Entah mengapa Devan memberitahu Aline tentang Ravi yang tadi tengah mengajaknya pergi bersama.Sedang Aline
Diva hanya diam saja dia tidak tahu harus berkata apa. Ini di luar rencananya. Bukan seperti itu yang di instruksikan Ravi padanya.Devan terus menatap Diva, seolah menuntut jawaban darinya. Tak kunjung juga mendapat jawaban dari Diva. Devan mengerutkan keningnya.“Hey, aku bertanya padamu. Apa kamu sering ke club’ malam?”Diva langsung melihat ke arah Devan dan lagi lagi dia tidak bisa menjawabnya. “Bagaimana ini, apa yang harus aku katakan padanya? Kenapa dia harus bertanya seperti itu?” Batin Diva.“Emm .... A-aku.” Diva yang kebingungan membuat Devan tersenyum smirk.“Apa mama ku tahu, kalau kamu sering datang ke club’ malam?” Lagi Devan melontarkan sindirannya. Dia sengaja mengatakan itu pada Diva. “Apa orang tuamu juga tau jika anaknya sering pergi ketempat seperti ini?” Lagi dan lagi Devan seolah belum puas hingga dia berkata seperti itu. Dan hal itu berhasil membuat diva terdiam tidak mampu mengatakan apapun pada D
Mereka terus masuk kedalam taman tidak jauh dari Hana mereka menemukan kursi.“Disana kita duduk di bangku itu,” ujar Devan memberitahu Aline, saat kedua matanya melihat sebuah bangku.Aline kemudian mengalihkan pandangannya ke arah tangan Devan yang sedang menunjuk sesuatu. Mereka berjalan dan duduk disana. Devan awalnya memang sengaja mengajak Aline hanya untuk sekedar duduk-duduk saja di taman itu karena Aline terlihat sangat sedih Devan mengajaknya untuk sekedar melihat pemandangan kota. Devan melihat ke arah Aline. Pandangan matanya yang menatap lurus ke depan. Masih tampak kesedihan di raut wajahnya itu.“Aline, Apa kamu suka sama Ravi?” Devan pun langsung menebak melihat sikap alin yang mendadak sedih. Sebenarnya Devan hanya menduga-duga saja. Dia mengingat kembali beberapa momen saat dirinya dan Aline berpapasan ataupun bertemu dengan Ravi.Aline terkejut mendengar pertanyaan Devan dia langsung melihat ke arah lelaki itu. Ali
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda