Mereka terus masuk kedalam taman tidak jauh dari Hana mereka menemukan kursi.“Disana kita duduk di bangku itu,” ujar Devan memberitahu Aline, saat kedua matanya melihat sebuah bangku.Aline kemudian mengalihkan pandangannya ke arah tangan Devan yang sedang menunjuk sesuatu. Mereka berjalan dan duduk disana. Devan awalnya memang sengaja mengajak Aline hanya untuk sekedar duduk-duduk saja di taman itu karena Aline terlihat sangat sedih Devan mengajaknya untuk sekedar melihat pemandangan kota. Devan melihat ke arah Aline. Pandangan matanya yang menatap lurus ke depan. Masih tampak kesedihan di raut wajahnya itu.“Aline, Apa kamu suka sama Ravi?” Devan pun langsung menebak melihat sikap alin yang mendadak sedih. Sebenarnya Devan hanya menduga-duga saja. Dia mengingat kembali beberapa momen saat dirinya dan Aline berpapasan ataupun bertemu dengan Ravi.Aline terkejut mendengar pertanyaan Devan dia langsung melihat ke arah lelaki itu. Ali
Setelah mendengar ucapan Devan, Maya terus saja kepikiran pada Diva. Dia bertanya tanya sendiri dalam hatinya. “Apa pilihan ku sudah bener kali ini? Atau memang Devan ....” Ucapannya terhenti dia tidak ingin berspekulasi terlalu tinggi. Dia akan memastikannya besok. Ini cukup mengganggunya.Melihat Devan yang bersikeras tidak mau dijodohkan membuat Maya sedikit berpikir. Dia tidak boleh ceroboh dan salah memilih wanita seperti dulu. Atau dia akan mendapat amukan dari Devan. Maya mengingat kembali kesalahannya yang membuat Devan berubah.Keesokan harinya Maya pagi-pagi sekali sudah bersiap. Hari ini dia akan mendatangi rumah Diva hanya untuk memastikannya sendiri. Maya mengemudikan mobilnya kesebuah apartemen di daerah Tebet. Sepanjang perjalanan Maya terus saja berpikir tentang diva dan segala ucapan Devan.“Apa dia sering pergi ke klub malam?” Terbesit sebuah pikiran itu dalam benaknya. Kali ini Maya lagi-lagi tida mencari tahu dengan benar ba
Ravi berdiri dari duduknya, dia segera bersiap. Ravi memungut kembali pakaiannya yang tergeletak di lantai dan memakainya. Diva hanya memperhatikan saja. Melihat dengan bingung.“Kamu mau kemana?” Stelah Ravi selesai memakai baju barulah Diva bertanya.Ravi menatap Diva dan melihat kearahnya. “Aku akan pulang sekarang. Ini hanya kesalahan. Jangan mengatakan pada siapapun. Dan lupakan kejadian semalam.” Ravi langsung berbicara tegas dengan nada yang sedikit mengancam pada Diva.Diva hanya membeku di tempat sambil menatap ke arah Ravi. Dia sendiri bingung harus berkata apa. Memang apa yang di katakan Ravi benar. Ini hanya lah kesalahan karena semala mereka pulang dalam keadaan mabuk tapi untuk melupakan?Sesaat setelah mengatakan itu Ravi langsung berjalan membuka pintu dan keluar dari kamar Diva. Dia berjalan dengan tergesa membuka pintu apartemen itu. Menghentikan langkahnya. Dan melihat ke arah belakang.Diva masih diam di kamar itu, tanpa berbicara apapun. Ravi kemudian keluar dan m
Di kantor saat ini Devan sedang melakukan rapat direksi. Di dalam rapat tersebut Devan merasa terkejut terus dengan ibunya.Maya banyak sekali mempertanyakan kemana dana-dana proyeknya selama ini. Dia terus mencari celah agar mengetahui dari mana Devan mendapatkan uang untuk membantu Hana.“Aku yakin dia menggunakan uang perusahaan untuk membantu janda anak satu itu. Tidak akan aku biarkan dia bisa bersama dengannya.” Maya terus bergumam dalam hatinya dia melihat beberapa file lalu mempertanyakan kembali.“Proyek dr PT starchip bukankah kalian sudah menanganinya dan baru kemarin selesai, lalu kemana uang hasil dari proyek itu?” Tanya Maya dengan tatapan tajam mengintimidasi pada Devan.“Semua keuangan hasil dari proyek-proyek dari PT Starship ada di buku ini. Dan pengeluaran-pengeluarannya pun jelas.” Maya selalu memojokkan anaknya sendiri, ia tidak akan memberikan celah pada Devan dia terus saja mempertanyakan kemana uang-uang
Devan sudah memikirkan ini baik-baik dia benar-benar akan keluar dari perusahaannya saat ini. Devan sudah tidak lahan lagi dengan sikap ibunya yang selalu memojokkannya dan selalu menjodohkannya. “Aku harus mengambil langkah ini untuk membuat Mama berubah.” Devan berharap jika ibunya bisa berubah. Dia terdiam sejenak lalu berpikir kembali tentang sikap mamanya selama ini.“Mama nggak akan pernah berubah, dia tidak akan pernah mengerti,” tutur Devan. Devan hanya menyayangkan sikap ibunya yang selalu mengancamnya seolah-olah dia tidak bisa hidup tanpa saham dari perusahaan yang dia kelola saat ini. Devan hanya ingin mamanya tahu jika dia sudah besar dan bisa memilih takdirnya sendiri. Dia siap kehilangan semuanya Jika perlu. Devan merasa direndahkan dan diremehkan namun ia tahan saja tapi kali ini mamanya benar-benar sudah kelewatan.Devan tau mamanya selalu menganggap rendah dirinya dan tak pernah bisa hidup dari harta yang selama ini dimilikinya. Padahal selama ini Devan menuruti kein
Hana merebahkan dirinya dia masih menatap ragu melihat nomor telepon yang tertera di ponselnya. Hana bingung haruskah dia menelepon di Devan saat ini. Punya kepenting apa dia harus menelepon lelaki itu larut malam seperti ini sedangkan dirinya sendiri sudah tidak bekerja di perusahaan. Mungkin Jika dia masih karyawan Devan dia akan beralasan menanyakan pekerjaan tapi sekarang Hana sudah tidak lagi bekerja di sana.“Aku harus bicara apa saat nanti dia tanya mengapa aku meneleponnya?” Hana benar-benar merasa dilema. Lama dia memikirkan ini hingga tanpa terasa rasa kantuk mulai menyerangnya. Hana mulai memejamkan matanya lalu membuka matanya kembali.Hana memiringkan tubuhnya mengubah posisi tidurnya. Dia meletakkan tangan yang memegang ponselnya tepat di samping wajahnya. Hingga dia bisa melihat jelas nomor depan di hadapannya. Hana yang sudah sangat mengantuk, dia tidak sengaja memencet tombol untuk menelepon Devan. Dia meletakkan ponselnya di samping temp
Devan menunggu Hana berbicara, namun dia hanya diam saja. Devan tersenyum ke arah Hana bersiap untuk membalikkan badannya dan pergi dari apartemen Hana. Sudah tidak ada lagi hal yang ingin dia bicarakan. Namun di dalam hati Devan masih berharap jika Hana akan menghentikannya.“Devan,” panggil Hana. Di saat Devan berbalik Hana memanggilnya lagi. Hana merasa tidak enak hati pada lelaki itu, karena di larut malam seperti ini. Dia sudah mau datang jauh-jauh ke apartemennya hanya untuk memastikan dirinya dan juga Kendra aman. Padahal mereka tidak memiliki hubungan apapun. Akhirnya Hana memutuskan untuk memanggil Devan.“Apa kamu nggak mau masuk dulu ke dalam? Emmmm ... Aku masih bisa bikinin kamu kopi kok,” ujar Hana. Dia menawarkan pada Devan untuk masuk ke dalam dan meminum segelas kopi bersamanya.Mendengar namanya dipanggil Devan langsung berbalik dan memandang ke arah Hana. Lelaki itu melihat dan menelisik memperhatikan raut wajah Hana.
Hana hanya bisa diam saat Devan hanya menganggukkan. Kepalanya saja. Hana berharap Devan akan memikirkan lagi niatannya untuk keluar dari perusahaan Itu.“Aku harap kamu memikirkannya terlebih dahulu Devan,” batin Hana berbicara dalam hati. Hana hanya tidak ingin Devan gegabah dalam mengambil keputusan. Terlebih lagi dia mengambil keputusan dalam keadaan marah.Hana terus melihat ke arah depan sambil mengambil secangkir kopi miliknya yang ada di meja Dia meminum kopi itu matanya terus melihat ke arah Devan yang hanya diam.Sedangkan Devan sendiri saat ini sedang meyakinkan dirinya. Jika keputusan yang sudah diambil benar-benar sudah keputusan yang bulat. Dia sudah tidak ingin lagi diatur ataupun menjadi bahan ancaman. Devan ingin hidup tenang sesuai dengan yang dia mau. Menjalani kehidupannya sendiri sesuai dengan apa yang dia inginkan.“Hana, hari sudah larut malam. Aku sudah memastikan dirimu dan Kendra baik-baik saja dan terima ka
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda