Hana terkejut. Dia tidak menyangka jika Bu Maya akan mengatakan hal itu padanya. Wanita itu meletakkan amplop coklat di meja lalu menggesernya sampai di depan Hana.Hana diam hanya melihat amplop berwarna coklat tanpa berniat menyentuhnya.Setelah urusannya selesai Bu Maya langsung pergi. Hana segera mengikuti Bu Maya di belakangnya sampai depan pintu. Sebelum melangkah keluar Maya menghentikan langkahnya. “Aku harap kamu mengambil keputusan yang tepat. Pikirkanlah baik-baik tawaranku.” Maya lagsung pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan Hana.Hana masih diam tak berkutik di tempatnya. Dengan langkah lunglai dia masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Tanpa terasa air matanya menetes dia begitu sedih setelah kepergian Bu maya dari rumahnya. Hana tidak mampu lagi membendung air matanya.Bertepatan dengan itu Aline keluar dari kamar. Dia memiliki firasat yang tidak enak memutuskan untuk keluar melihat apa yang terjadi di luar. Aline segera berjalan ke ruang tamu saat dia melihat si
“Apa kamu yakin mau berhenti dari perusahaan ini? Bukannya dulu kamu pengen banget kerja di sini. Ayolah Hana, jangan keras kepala. Pikirkan lagi. Jangan sampai kamu menyesal setelah mengundurkan diri. Mencari pekerjaan sekarang ini nggak mudah. Aku tahu kamu sangat membutuhkan pekerjaan ini, jadi kenapa kamu berhenti? Pikirkan dulu baik-baik. Jangan terburu-buru mengambil keputusan.”Ravi masih tidak percaya jika Hana akan berhenti wanita itu terus saja bersikeras dan ingin mengundurkan diri dari proyek. Baik Devan dan juga Ravi selalu membujuknya. Namun semua itu tidak mempengaruhi Hana.Sudah lama Ravi menunggu bisa bekerja bersama Hana. Ini kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan Hana. Tapi tanpa diduga Hana malah ingin mengundurkan diri. Ravi selalu membujuknya agar tidak berhenti. Dia masih ingin Hana bekerja dengannya.“Saya yakin sekali, Pak. Keputusan saya sudah bulat. Tapi saya tidak akan lepas tanggung jawab. Saya bersedia menunggu sampai perusahaan mendapatkan penggant
Bagaimana Devan bisa melakukan itu? Bukankah Devan sudah berjanji tidak akan mengungkitnya lagi? Bahkan Devan sendiri yang meminta Hana untuk melupakan kejadian itu. Devan berjanji tidak akan menceritakan itu pada siapapun. Tetapi kenapa sekarang Devan malah menceritakannya pada Ravi? Sialan. Seharusnya Hana tidak pernah percaya pada mulut manis Devan. Hana tahu mereka bersahabat dekat, namun Devan tetap tidak boleh membuka rahasianya. Rahasianya bersama Hana. Sejujurnya Hana sangat kesal pada Devan sekarang. Sejak tadi dia menahan diri supaya tidak melepas sepatunya kemudian memukulkannya ke kepala Devan. Ya, seharusnya dia melakukan itu supaya otak Devan bisa diajak berpikir dengan benar.“Ah, ingin sekali aku menamparnya.” Hana terus saja menggerutu. “Aku harus cepat-cepat keluar dari sini, aku tidak bisa lagi bekerja di sini.” Hana sudah tidak mau lagi bekerja di perusahaan Devan. “Aku harus menemuinya, meminta tanda tangan darinya.” Dia kemudian berjalan ke ruangan Devan dan ingi
Aline memikirkan kata-kata Hana. Dia merasa Devan tidak mungkin menceritakan hal itu pada orang lain. “Aku harus menemuinya untuk memastikannya.” Setelah kepergian Hana, Aline menemui Devan di kantornya. Dia harus meluruskan masalah ini agar tidak ada kesalahpahaman. Entah kenapa Aline merasa harus meluruskan masalah ini. Devan menatap pemandangan di luar gedung kantornya melalui jendela. Tidak ada yang menarik. Pemandangan yang sama setiap harinya Gedung-gedung menjulang seperti berlomba yang mana yang lebih tinggi. Devan kembali mendesah. Ada apa ini sebenarnya? Ada apa dengan perempuan itu? Tiba-tiba Hana menuduhnya sudah menceritakan rahasia mereka pada seseorang. Padahal Devan yakin dia tidak pernah membagi rahasia itu dengan siapapun. Yang tahu hanya dia, Hana, dan Aline. Ya, Aline. Namun rasanya tidak mungkin jika Aline yang membocorkan rahasia mereka. Aline sahabat Hana. Hubungan mereka sangat dekat. Tidak mungkin jika Aline tega melakukannya. Devan memalingkan wajah saat pin
Setelah menemui Devan, Aline kembali ke meja kerjanya. Dia menyelesaikan pekerjaan kantornya hingga jam pulang kantor tiba. Aline mulai berkemas dan merapikan meja kerjanya sebelum pergi. Sesuai perkataannya pada Devan, Aline datang ke tempat Hana setelah dia pulang dari kantor. Aline akan berbicara dan menawarkan modal padanya.“Apa yang harus aku katakan padanya, agar dia tidak curiga asal uang ini?” Aline berfikir dia harus menyiapkan kata-kata yang membuat Hana yakin akan ucapannya. “Maafkan aku Hana, kali ini aku harus berbohong padamu. Tapi aku melakukan ini demi kamu juga,” gumam Aline sambil mengemudikan mobilnya. Dia kembali fokus mengemudi. Tanpa terasa Aline tiba di apartemen Hana. Dia segera memarkirkan mobilnya lalu berjalan masuk.Aline menarik nafas panjang sebelum dia membunyikan bel. Aline gugup. Ini kali pertama dia membohongi Hana. Biasanya Aline selalu berkata jujur dan apa adanya.Setelah di bukakan pintu, Aline masuk ke dalam. Dia duduk di ruang tamu. Disana suda
Devan sampai di depan kantor Hana, dia memarkirkan mobilnya agak jauh tapi Devan masih bisa melihat situasi di kantor Hana. “Akhirnya kamu bisa membangun perusahaanmu sendiri. Kamu pasti senang sekarang,” gumam Devan menatap lurus ke arah kantor Hana. Devan terkejut menatap tak percaya. Disana dia melihat Ravi dan juga Aline. Mereka bersama Hana. Devan terus melihat ke arah Hana yang saat ini sedang menunjukkan kantor barunya pada Aline dan Ravi. Tercetak jelas senyuman di wajah Hana. “Dia begitu bahagia sekali,” lirih Devan.Devan sedih, dia tidak bisa berada di sana bersama mereka. Terlihat jelas Hana tersenyum bahagia memperlihatkan kantor barunya. Dan lagi-lagi Devan merasa menyesal. “Kenapa aku bersikap seperti itu pada Hana, saat Hana membutuhkan uang?” Devan menundukkan kepalanya. Menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Dia mengangkat wajahnya kembali dan melihat ke arah mereka. “Andai aku bisa mengontrol diri. Pasti aku sudah di tengah-tengah mereka sekarang. Kalau aja a
“Ma, balikin dong. Itu mainan Kendra, Ma. Mama nggak bisa gitu, dong. Om baik ngasih itu buat Kendra. Kendra menangis, merengek supaya mainannya di kembalikan. Namun Hana tidak peduli dengan tangisan anaknya. Dia terlanjur emosi. Dia marah pada Devan yang seenaknya saja memberikan sesuatu pada Kendra tanpa seijinnya. Memangnya siapa dia? Dia bukan siapa-siapa untuknya, juga untuk Kendra. Devan hanyalah orang asing yang kebetulan bertemu karena sebuah kesalahan. Devan tidak berhak mencampuri hidupnya.Hana menghela napas, berusaha mengontrol emosinya. “Mama sering bilang kalau Kendra nggak boleh terima apapun dari orang asing, kan?” Suaranya melembut.“Iya, Ma,” Kendra mengangguk dengan raut kecewa.“Kendra ingat kan kalau mau menerima sesuatu dari orang lain harus izin dulu sama mama?”“Kendra nggak lupa kok, Ma,” jawab Kendra. Tangisnya sudah berhenti. Tetapi rautnya masih menunjukkan kecewa.“Jadi kenapa Kendra terima? Seharusnya izin mama dulu. Kalau mama bilang iya, baru Kendra te
Aline mengatar Hana ke kantor barunya. Hanya beberapa menit. Mereka sampai di depan kantor Hana. Aline menghentikan mobilnya. Sebelum turun Hana menoleh ke arah Aline.“Aline, jangan lupa kamu kasih mainan itu ke Devan. Aku nggak bisa nerima itu dari dia.” Hana terus melihat ke arah Aline.Aline yang tau Hana yang tidak juga keluar dari dalam mobilnya melihat ke arah Hana. Wanita itu masih saja memperhatikan Aline, dan menunggu jawabannya.“Iya Hana, aku bakal balikin itu ke DevanKamu tenang aja,” jawab Aline sambil tersenyum. Dia hanya iya-iya saja. Aline tau Hana begitu keras kepala jadi Aline lebih memilih mengalah.Hana turun dari dalam mobil. Dia sempat menoleh ke arah mainan yang diberikan Devan, yang dia letakkan di jok belakang. Hana meninggalkan mainan itu di dalam mobil Aline. Berharap Aline akan membantunya mengembalikan itu pada Devan. Agar dia tidak perlu lagi melihat wajah Devan dan bertemu dengannya.
Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.
“Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun
Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat
Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek
Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang
Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga
Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y
Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya
Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda