All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 71 - Chapter 80

158 Chapters

71. Menyelidiki Azwa

“Ini pesananmu.” Nazhan menyerahkan sekantong plastik berisi cilok kepada Azwa, lalu duduk di sampingnya. “Makasih, Nazhan.” Azwa tersenyum manis. “Maaf, ya, ngerepotin kamu terus dengan permintaan aneh-aneh aku.” “Sama-sama, Ai. Aku malah senang kamu repoti. Itu artinya kamu masih membutuhkanku sebagai teman.” Nazhan membalas senyuman Azwa tak kalah manis hingga menampakkan kedua lesung pipinya. Azwa menunduk malu-malu. “Ah, kamu bisa aja.” Hari ini, kedai sedang sepi pembeli. Hanya ada satu dua orang saja dan itu pun sudah diatasi oleh kedua teman Nazhan. Kini, keempatnya tengah bersantai ria. Gara dan Ferdi tengah bermain game di dalam, sedangkan Nazhan dan Azwa duduk santai di depan kedai seraya menikmati senja. Nazhan memperhatikan Azwa yang memakan ciloknya dengan lahap. “Bukannya kamu nggak doyan pedes, Ai? Kok minta yang pedes?” tanyanya heran. “Kalau sama saus mah aku masih doyan, Nazhan.” “Habisnya dulu kamu hampir nggak pernah yang namanya makan sama saus. Jajan ka
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

72. Sakit dan Kecewa

Keesokan harinya…. Hari ini Azwa bangun kesiangan. Dia jadi keteteran mengerjakan pekerjaan rumah, belum lagi harus membuat sarapan dan bekal. Semua itu gara-gara suaminya. Semalam, Aufal melakukan sesuatu yang disebut dengan hukuman atas kesalahan yang tidak diketahuinya. Azwa sangat ketakutan, berkali-kali meminta berhenti, tetapi sang suami tak peduli seolah dibutakan oleh amarah. Satu yang Azwa harapkan, semoga kandungannya baik-baik saja karena Aufal tidak mengindahkan peringatannya. Kini, Azwa dan Aufal tengah menikmati sarapan. Berkali-kali Aufal menatap ke arah Azwa yang tampak tak bersemangat dibalik wajah datarnya. Istrinya itu juga sama sekali tak membuka suara semenjak dia datang. Jujur, Aufal sangat merasa bersalah dan menyesal dengan perbuatannya semalam, apalagi melihat bercak merah yang memenuhi leher dan dada Azwa. Dia sudah menyakiti istrinya, padahal Aufal berniat membuat Azwa bahagia. Bayangan-bayangan Azwa bersama cowok lain terus menghantuinya. Bukan seka
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

73. Aku Milikmu, Mas

Bruk! Aufal keburu menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Azwa. Wanita itu memberontak keras berusaha melepaskan diri. Dia benar-benar takut kejadian itu terulang kembali. Akan tetapi, saat merasakan dahi Aufal yang terasa panas di lehernya ditambah dengan suhu tubuh suaminya yang meningkat, dia berhenti berontak dan terdiam. “Mas?” Azwa melonggarkan pelukan dan mendongak menatap wajah Aufal. Suaminya itu terlihat sangat pucat dengan tatapan sayu. Tangannya terulur menyentuh dahi Aufal. Dia membelalakkan matanya terkejut ketika merasakan panas di sana. Suaminya demam tinggi! “Astaghfirulloh…. Mas demam.” Aufal tak merespon hanya menampilkan senyum lemah. Tubuhnya terasa sangat lemas. Kalau saja Azwa tidak menahannya, mungkin dia sudah ambruk. Dia kembali menjatuhkan kepalanya di pundak perempuan itu. Azwa sekuat tenaga menahan tubuhnya dan tubuh Aufal agar tidak jatuh. “Mas, kita ke kamar, yuk. Mas harus istirahat.” “Hm,” gumam Aufal seraya melepaskan pelukannya dengan tubuh ya
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

74. Saling Memaafkan

“Azwa maafin. Jangan diulangi lagi. Janji?” “Mas nggak janji, tapi Mas akan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Mas nggak berani mengumbar janji kalau Mas sendiri yang mengingkari.” Aufal menggenggam kedua tangan Azwa erat. Ditatapnya mata bulat sang istri lekat-lekat. “Mas sangat mencintaimu, Sayang. Apapun akan Mas lakukan demi membahagiakanmu, kalau perlu nyawa Mas sekalian.” “Tapi tolong, jangan minta Mas buat melepasmu. Mas nggak sanggup kehilanganmu, Dek.” Azwa terharu mendengar ungkapan tulus dari Aufal. Dia merasa bersalah karena belum bisa membalasnya. “Azwa nggak akan pernah minta dilepaskan karena Azwa sudah menjadi milik Mas seutuhnya. Azwa hanya milik Mas Ofa. Istrinya Mas.” Wanita itu menunduk membawa tangan Aufal di perutnya. “Ini adalah buktinya, Mas. Bukti kalau Azwa nggak akan pernah meninggalkan Mas.” Aufal membawa Azwa dalam dekapannya. “Mas mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu. Kamu milikku, Sayang.” Azwa mengangguk, semakin mempererat pe
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

75. Cemburu

“Dek, tunggu!” “Dek Azwa!” Azwa terus berjalan cepat dengan sedikit berlari keluar kantor tanpa memperdulikan Aufal yang mengejarnya di belakang. Tanpa terasa air matanya mengalir deras selama perjalanan. Sampai di luar gerbang kantor, wanita itu menghentikan langkah. Dia ingin memesan ojol, tapi pasti keduluan Aufal. “Ojek, Neng,” tawar seorang bapak berjaket hijau dengan mengendarai motornya berhenti di hadapannya. Azwa hanya mengangguk. Saat hendak menaiki motor, tangannya ditahan oleh Aufal. “Dek, dengerin penjelasan Mas dulu. Kamu salah paham,” ujar pria itu. “Nggak ada yang perlu dijelaskan. Lepas!” balas Azwa dingin sambil berusaha melepaskan cekalan Aufal yang sangat erat. Aufal menggeleng. “Kamu nggak boleh pergi kemana-mana.” “Mas, tolong lepaskan. Malu dilihat banyak orang.” Aufal mengedarkan pandangan ke sekeliling. Benar, keduanya menjadi tontonan orang-orang di sini. “Makanya kamu ikut ke ruangan Mas, ayo.” “Ini jadi naik nggak, Neng?” tanya bapak ojek menyela
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

76. Yaumul Milad, Calon Papa

Hari ini Azwa pulang larut malam karena harus menunggu kuenya jadi setelah dari mall. Selama perjalanan, dia terus berdoa dalam hati semoga Aufal belum pulang. Dia takut akan kemarahan suaminya. Namun sayang, kali ini keberuntungan tidak berpihak padanya. Saat tiba di rumah, Azwa melihat mobil Aufal sudah terparkir di garasi. Belum lagi lampu rumah yang menyala meski dalam keadaan pintu tertutup. Azwa berjalan dengan jantung yang berdegup kencang. Dia menarik napasnya dalam-dalam sebelum membuka pintu. “Assalamualaikum,” salamnya agak keras, lalu menutup pintu kembali serta menguncinya. Dia melanjutkan langkahnya menuju ruang keluarga dan…. Ya, ada Aufal di sana yang tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya. “Wa'alaikumsalam,” jawab Aufal datar tanpa menoleh ataupun melirik sedikit pun ke arah Azwa. Jantung Azwa semakin tak terkendali, tapi dia tetap berusaha untuk tenang. Wanita itu langsung melangkah ke dapur guna menyembunyikan barang bawaannya secepat mungkin sebelum diketa
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

77. Hadiah Terindah

Aufal menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. “Kamu ini benar-benar….” “....Jahil banget sih, Dek,” lanjutnya seraya mencubit hidung Azwa gemas. Azwa mengangkat kepalanya menatap Aufal yang kini sedang tersenyum jenaka. Sontak, tangannya memukul-mukul bahu Aufal begitu tersadar jika dia hanya dikerjai. “Ih… Mas, nyebelin! Azwa udah takut Mas marah, malah dikerjain. Nyebelin nyebelin nyebelin!” Aufal menangkap tangan Azwa dan menggenggamnya. “Itu yang Mas rasakan tadi. Gimana? Enak nggak di-prank, hm?” tanyanya yang dijawab gelengan kepala oleh Azwa. “Makanya jangan prank kayak gitu lagi. Kamu boleh menjahili Mas, tapi jangan pakai kehamilanmu. Kamu sama Dedek itu sangat sensitif buat Mas. Mas beneran takut terjadi apa-apa sama kalian. Jangan diulangi lagi, ya, mengerti?” Azwa mengangguk pelan “Maaf….” “Mas maafkan.” Aufal tersenyum manis sambil mengusap air mata istrinya yang menetes. “Tentang kejutannya, makasih, Sayang. Mas benar-benar nggak nyangka kamu menyiapkan semu
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

78. Siapa Dia?

“Siapa?” tanya Aufal datar. “Serius kamu mau tau?” “Ck! Nggak usah basa-basi. Cepat katakan siapa pelakunya!” balas Aufal dingin. Sheilla tersenyum miring. “Kamu nggak akan nyangka kalau tau pelakunya dan mungkin kamu nggak akan percaya sama aku.” Melihat tatapan Aufal yang semakin tajam dan terlihat tidak sabar, dia melanjutkan perkataannya. “Oke oke. Karena aku orangnya baik, aku kasih tau clue-nya.” Gadis itu mencondongkan tubuh mendekat ke arah Aufal yang berada di hadapannya. Dia melirik ke sekeliling sebelum berkata, “orang itu dekat denganmu. Yah, layaknya temanlah dan yang paling penting Dia bekerja di sekitarmu,” pelan seakan tak ingin didengar oleh siapapun kecuali Aufal. Aufal diam memikirkan ucapan Sheilla. Teman? Dekat? Siapa? Dia memijit pelipisnya pelan. Pria itu sudah pusing dengan pekerjaannya, ini malah ditambah lagi. “Udahlah, lo nggak usah ngarang cerita kalau lo sendiri pelakunya,” tuduhnya. “What's?! Aku? Hahaha….” Sheilla tertawa keras seolah apa yan
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

79. Suka Duka KKN

Waktu terus menggerakkan dentingnya. Tak terasa sudah berada di minggu terakhir bulan Agustus. Itu artinya tak lama lagi, kegiatan KKN Azwa akan usai.Selama di desa ini, ada beberapa kegiatan yang telah dirancang oleh sie acara dan wajib diikuti semua anggota. Ada juga kegiatan yang diminta oleh pihak desa, yaitu dinas harian di balai desa. Setiap hari selalu dibuat kelompok-kelompok kecil yang nantinya akan melakukan tugas sesuai agenda. Kelompok pertama berjumlah tiga orang melakukan dinas harian karena menjadi agenda wajib yang sudah pasti selalu ada setiap hari. Sementara kelompok lainnya ada yang melakukan branding produk ke beberapa usaha milik warga desa dan ada pula yang mengajar di sekolah. Malam hari, mereka khususnya perempuan memberikan les privat pada anak-anak di sekitar basecamp. Anak-anak yang diajar beragam, mulai dari PAUD sampai kelas 4 SD. Semakin hari jumlah anak-anaknya semakin banyak, bahkan tak jarang membuat Azwa kewalahan karena harus memegang empat anak
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

80. Pindah ke Rumah Mami

“Untuk sementara waktu, kamu bedrest, ya. Jangan dulu beraktivitas yang berat-berat. Pikirannya juga ditenangkan, nggak boleh stres,” saran Dokter Arfan kepada Azwa. “Bayi saya nggak papa kan, Dok?” tanya Azwa dengan ekspresi khawatir. Dokter Arfan tersenyum menenangkan. “Nggak papa kok. Kalau ada keluhan atau kejadian seperti ini lagi, langsung hubungi saya aja.” “Baik, Dokter,” jawab Azwa dan Aufal bersamaan. Setelah dirasa cukup, Dokter Arfan memberi kode pada Aufal untuk ikut bersamanya saat keluar kamar. Ada hal penting yang perlu dibicarakan tanpa sepengetahuan Azwa. “Terima kasih banyak, Dokter, sudah menyempatkan waktu ke sini,” ucap Aufal begitu sampai di teras. “Sama-sama, kayak sama siapa aja. Dan lagi, nggak usah terlalu formal sama gue. Ini bukan di rumah sakit.” “Hehehe…. Iya, Bang. Oh ya, katanya mau ngomong hal penting. Tentang apa?” Mimik wajah Dokter Arfan langsung berubah serius. “Gini, Fal. Apa yang dialami Azwa ini indikasi kandungan lemah.” “Gue lihat
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status