All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 81 - Chapter 90

158 Chapters

81. Welcome Semester 7

Azwa berjalan memasuki halaman fakultas setelah berpamitan dengan Pak Diman yang mengantarnya. Dia berhenti sejenak dan menatap Gedung Utama FEB di hadapannya. Semester tujuh telah dimulai. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, kini dia tidak sendirian. Ada anak dalam rahimnya yang ikut menemani di semester ini. Meski ada sedikit rasa takut dalam benaknya, tapi dia tidak akan membiarkan ketakutan itu menghalangi jalannya. Tidak akan! Wanita mengenakan gamis maroon itu mengusap perutnya lembut. ‘Nak, di semester tujuh ini Bunda nggak sendirian. Ada kamu yang nemenin Bunda. Kita akan berjuang bareng-bareng. Temenin Bunda melewati semuanya ya, Sayang. Bunda sayang Dedek’, ucapnya dalam hati. Dia tersenyum merasakan tendangan halus dari dalam perutnya seolah si dedek mendengar suara hati ibunya. “Semoga hari ini lancar dan nggak ada kendala. Bantu Azwa, Ya Allah,” gumam Azwa lantas kembali melangkahkan kaki menuju kelasnya yang berada di GE2. Suasana kampus masih sepi hanya beberap
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

82. Gagal Jadi Kakak Ipar

“Apa Acha masih ingin menjadikan Mbak sebagai kakak iparnya Acha?” “Masih dong. Acha pengen banget Mbak Azwa jadi kakak iparnya Acha biar Mbak di sini terus sama Acha dan menemani Acha. Papa sama Mas Can udah setuju kok.” Azwa sangat terkejut. Dia kira, permintaan Acha yang satu itu tidak serius. Jadi, dirinya menanggapi dengan santai dan dianggap hanya candaan belaka. “Acha, Mbak minta maaf, ya. Mbak nggak bisa jadi kakak iparnya Acha,” ucapnya. Sontak, Acha melepaskan diri dan menegakkan tubuhnya. Dia menatap Azwa sedih. “Kenapa?” “Karena ini.” Azwa menunduk seraya mengusap perutnya pelan lantas kembali menatap Acha. “Tak lama lagi, Mbak akan punya anak. Ada dedek yang akan lahir. Acha tau maknanya kan?” “Adik bayi pasti punya ayah dan ayahnya itu… suaminya Mbak Azwa?” “Iya, benar. Mbak udah punya suami, Sayang, ayahnya Dedek.” Azwa menarik napasnya sejenak sebelum melanjutkan, “Acha juga tau kan, untuk jadi kakak ipar syaratnya harus apa?” “Menikah dan jadi istrinya Mas Ca
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

83. Perasaan Candra

“Karena aku mencintaimu.” Deg! Azwa membelalakkan matanya terkejut. “Ma-maksud–” “Aku sangat mencintaimu, Azwa.” Candra mengubah posisinya menjadi serong menghadap Azwa. “Aku nggak pernah merasakan perasaan tulus kepada seseorang. Cuma sama kamu aku bisa seperti ini,” ungkapnya jujur. Azwa diam dengan jantung yang berdegup sangat cepat. Dia tak menyangka Candra memiliki perasaan lebih untuknya. Apa yang harus dilakukannya? Bersama Acha, dia bisa menjelaskan pelan-pelan dan memberi pengertian, tapi tidak dengan Candra. Ya Allah, bagaimana ini? “Tapi kamu juga yang menghancurkannya,” lanjut Candra melengos lantas kembali ke posisi semula. “Kau tau? Dengan sikapmu yang menyembunyikan status pernikahan, sama aja kamu memberiku harapan. Sayangnya, hanya harapan kosong yang sampai kapanpun nggak akan pernah bisa kudapatkan.” “Kakak,” panggil Azwa memberanikan diri untuk menjelaskan. “Aku nggak bermaksud membuat Kakak berharap kepadaku. Aku juga nggak menyembunyikan statusku.” “
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

84. Berusaha Ikhlas

“Harapan yang mana maksudmu?” tanya Om Tama heran. “Menjadi kakak ipar buat Acha.” “Oh…. Kalau soal itu, kamu sendiri kali yang kebawa perasaan.” Melihat putranya yang akan protes, Om Tama lekas melanjutkan ucapannya. “Sebenarnya harapan itu kita sendiri yang ciptakan.” “Perbuatan yang seseorang lakukan membuat kita berharap lebih padanya, padahal dia melakukan itu karena memang seperti itulah dirinya.” “Dia nggak sadar akan sikapnya yang membuat kita menaruh harapan sebab dia menganggapnya wajar dan biasa saja. Kecuali kalau dia memberikan kode atau mengucapkan langsung terus dia bersama yang lain, itu baru ngasih harapan.” “Azwa juga gitu, Pa. Dia meminta Acha buat bilang sama Candra soal kakak ipar itu seolah memberi kode kepada Candra untuk melangkah maju.” “Apa itu namanya kalau bukan harapan, Pa? Kalau memang dia nggak bisa, nggak usah ngomong kayak gitu dan langsung aja bilang kalau udah menikah. Sampai situ beres, Pa.” “Candra akan membunuh perasaan ini dan akan menjauh
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

85. Tujuh Bulanan

Azwa menjalankan rutinitas seperti biasa semenjak konfliknya dengan Candra. Dia masih bekerja sebagai guru privat Acha meski dengan suasana yang berbeda. Dengan kondisinya yang sedang hamil ini, wanita itu tidak diperbolehkan Om Tama datang setiap hari, melainkan hanya saat weekend saja seperti dulu.Selain bekerja sebagai guru privat, Azwa juga membantu Nazhan mengurus bisnis online. Dia bekerja dari jarak jauh sebagai penerima pesanan. Dikarenakan kinerjanya bagus, dia dipasrahi Nazhan menjadi admin akun Instagram. Tugasnya tak hanya menerima pesanan, tetapi juga membuat iklan promosi dalam bentuk gambar maupun video yang diunggah di Feed dan story. Semua itu dia lakukan sesuai dengan arahan Nazhan.Di kampus, semua orang sudah tahu tentang kehamilan Azwa. Mereka tidak mempermasalahkannya membuat Azwa merasa lega. Meski tak bisa dipungkiri ada beberapa orang yang menggunjingnya dengan dugaan-dugaan tak mendasar.Beruntung ada Meyra yang pasang badan serta Bahira yang memperingatka
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

86. Tawaran Menggiurkan

Rooftop Tempat yang dipilih Candra untuk berbicara dengan perempuan asing itu karena tempatnya lebih privasi. Kini, keduanya berdiri di dekat pembatas sambil menikmati pemandangan kota Surabaya di malam hari. Untuk beberapa saat, suasana hening menyelimuti mereka. Candra berkali-kali melihat jam tangannya gusar. “Mohon maaf. Kalau memang tidak ada hal yang dibicarakan, lebih baik kita pulang.” “Hari semakin larut. Waktu saya jadi terbuang sia-sia hanya untuk menunggumu berbicara,” ujarnya sedikit pedas karena sudah merasa jengkel dan tidak sabar. Perempuan itu tersenyum. “Azwa Aila. Kamu tentu mengenal nama itu, bukan? Oh, bukan hanya sekedar mengenal, tapi sangat-sangat mengenalnya bahkan menjadi bagian terpenting dalam hidupmu. Right?” Dia menoleh untuk melihat ekspresi Candra yang terlihat sangat terkejut seperti dugaannya. “Dia bekerja sebagai guru privat adikmu yang bandel. Atas jerih payahnya, perlahan-lahan adikmu mulai berubah menjadi gadis baik-baik dan sholehah.” Rau
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

87. Hasutan

Laki-laki itu berusaha mati-matian menahan diri agar tidak goyah. Diambang kewarasannya yang kian menipis, nasehat sang ayah terngiang-ngiang dalam benaknya. “Nak, lepasin Azwa ya. Relakan dia bahagia bersama suaminya. Allah udah nyiapin seseorang yang jauh lebih baik daripada Azwa untukmu.” “Hanya Azwa yang terbaik untukmu, Candra. Kamu nggak akan pernah bertemu Azwa lain di dunia ini.” “Mungkin ada orang yang mirip Azwa, tapi belum tentu kamu bisa mencintainya sebesar rasa cintamu untuk Azwa.” Perempuan itu kembali bersuara dan semakin merapatkan tubuhnya. Tangannya kini sudah melingkar sempurna di pinggang Candra. “Allah tau mana yang baik dan mana yang nggak baik buat kamu. Semuanya udah diatur sama Allah termasuk rasa cinta.” “Yang bisa mengatur rasa cinta itu dirimu sendiri, bukan yang lain. Kamu bisa memilih pada siapa hatimu berlabuh. Berjuanglah demi mendapatkan cintamu, Candra.” “Belum tentu juga ketika kamu bisa mendapatkan Azwa, dia akan bahagia bersamamu. Kamu bisa
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

88. Keanehan di Kampus

Azwa kembali ke aktivitasnya sebagai mahasiswi. Setelah beberapa hari kemarin menghabiskan waktu di rumah, kini harus kembali kuliah seperti biasa. Hari ini kelasnya dimulai pukul setengah sepuluh.Wanita yang mengenakan gamis abu-abu itu berjalan menuju kelasnya. Jam-jam segini suasana koridor sudah pasti ramai. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang ataupun hanya sekedar duduk santai sambil menunggu kelas tiba. Namun, ada yang berbeda di sini. Azwa merasa, mereka semua menatapnya sinis, bahkan ada yang terang-terangan menggunjingnya. Entah hanya perasaannya saja atau memang faktanya seperti itu. Dia berusaha tak menghiraukan semua itu dan tetap melanjutkan perjalanannya.“Sok suci banget sih.”“Nggak tau malu.”“Masih punya muka dia menginjakkan kaki di FEB.”“Polos-polos menghanyutkan.”“Tampaknya kek wanita baik-baik, tapi kelakuannya berbanding terbalik.”“Penampilan tertutup gitu, tapi nggak taunya…. Ck ck ck!”“Makanya jangan nilai orang dari cover-nya. Kek gini nih contohnya.
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

89. Gosip Miring

Perasaan Azwa semakin tidak enak. Dia meremas jemarinya yang berkeringat dingin dalam genggaman tangan Meyra.Kakinya bergerak-gerak tak menentu tanda dirinya tengah gelisah. “Kenapa?" tanyanya pelan.Meyra memberikan kode kepada Bahira agar dia saja yang menjelaskan. Gadis itu takut, tak bisa mengontrol emosinya yang malah membuat perasaan Azwa menjadi tak karuan. Di sisi lain, Bahira yang mengerti kode dari Meyra menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, “ada gosip miring tentang kamu, Azwa.”“Gosip miring maksudnya?”“Kamu….” Bahira menjeda ucapannya sejenak karena ragu. Dia menatap ekspresi Azwa yang tengah menunggu kelanjutan dari kalimatnya. “Kamu dituduh hamil diluar nikah,” tuturnya pelan dan cepat, tapi masih terdengar jelas oleh Meyra dan Azwa.Deg!Jantung Azwa seketika berdegup kencang. Hatinya mencelos dan sakit secara bersamaan. Ya Allah, apalagi ini? Bagaimana bisa ada tuduhan seperti itu? Astaghfirullahal'adzim.Meyra semakin mengeratkan genggamannya saat merasakan
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

90. Bullying

Azwa merapatkan diri di papan tulis. Dia berusaha menghindari lemparan-lemparan itu, bahkan Meyra dan Bahira pun dibuat kewalahan saking banyaknya yang melempari. Beberapa gumpalan kertas berkali-kali mengenai tubuhnya. Dia berdiri menyamping dan memeluk perutnya sendiri bermaksud melindungi. Sungguh, saat ini Azwa sangat takut. Kenapa jadi begini? Beberapa cowok yang duduk di barisan depan, bergegas maju untuk melindungi Azwa. Mereka adalah Afnan, Arta, Farid, dan Hendra. Keempatnya berdiri mengelilingi Azwa membentuk tameng sehingga tubuh merekalah yang terkena lemparan. Mereka ini berada di pihak netral, tidak menyalahkan ataupun membenarkan sebelum Azwa menjelaskan kebenarannya. “Azwa, kamu nggak papa?” tanya Afnan yang kebetulan berada tepat di hadapan Azwa. Dia khawatir ketika melihat mata wanita itu yang berkaca-kaca. Azwa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dia memejamkan mata tak sanggup melihat semua ini. “Azwa, jangan takut. Kami akan melindungimu,” ucap Farid
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status