All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 91 - Chapter 100

158 Chapters

91. Klarifikasi

Azwa tersenyum manis menutupi kekesalannya. ‘Ngaku, gundulmu!’ serunya dalam hati. “Aku akan jelasin semuanya dan aku harap nggak ada yang memotong ucapanku.” Wanita itu melihat ke arah meja dosen untuk mencari spidol. Paham dengan gerak-gerik Azwa, Farid segera beranjak mengambil spidol dari dalam tas Afnan lantas menyerahkannya pada Azwa. Azwa tersenyum tipis sebagai tanda terima kasih. Kemudian dia mendekat ke arah papan tulis. “Mari kita buat analisis sama-sama.” Semua yang berdiri di depan kelas menepi untuk melihat apa yang dilakukan Azwa. “Aku menikah tanggal 16 Januari,” kata Azwa mulai menjelaskan sambil menuliskannya di papan tulis. “Aku dinyatakan mengandung tepat di hari lebaran dengan usia kandungan sembilan minggu. Kalau tidak salah ingat, HPHT-ku berada di pertengahan Maret.” “Januari ke Maret jaraknya berapa bulan? Dari sini udah tampak jelas kan? Kalian bisa menyimpulkan sendiri.” Azwa menatap mereka sejenak sebelum menulis lagi. “Sekarang usia kandunganku t
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

92. Tindakan Aufal

Aufal beserta kedua sahabatnya tengah menikmati makan siang di restoran tak jauh dari kantor. Mereka menempati salah satu meja di dekat jendela.Andra yang sudah menghabiskan makanannya beralih memainkan ponsel. Membaca dan membalas pesan yang masuk, kemudian lanjut berselancar di media sosial. Sambil minum jusnya, jempolnya bergerak lincah melihat postingan demi postingan yang tertera di sana. Hingga….Byur“Jorok banget lo!” ujar Kahfi kesal sekaligus jijik. Ya bagaimana tidak kesal, tiada angin tiada hujan dan tanpa aba-aba, Andra menyemburkan minumannya.Andra tak menghiraukan Kahfi. Tangannya sibuk memukul-mukul bahu Aufal heboh dengan mata yang membulat sempurna. “Fal Fal Fal!” panggilnya tak santai membuat empunya nama tersedak bukan main.Aufal menepis tangan Andra kasar. Dia sudah jengah dengan tingkah absurd sahabatnya. “Apaan sih lo?! Nggak usah pukul-pukul bisa?!” balasnya ngegas.“Fal, bahaya, Fal. Parah parah parah!” Andra beralih menggebrak meja.“Kenapa sih? Bicara y
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

93. Sahabat yang Sesungguhnya

Pintu salah satu ruangan yang dikenal sebagai ruang dosen terbuka, menampakkan seorang wanita cantik berbalutkan gamis berwarna dusty pink dengan motif polkadot. Dia berjalan ke arah dua sahabatnya yang sudah menunggu dengan raut khawatir sekaligus penasaran. Mereka membantu dirinya duduk di kursi tunggu samping ruangan itu. “Gimana, Wa?” Tak ada reaksi apapun dari wanita itu. Namun, detik berikutnya senyumnya mengembang. Raut mukanya menampilkan kelegaan luar biasa. “Berhasil.” “Alhamdulillah,” seru keduanya ikut tersenyum senang. “Pokoknya nanti kamu harus ceritain semuanya. Sekarang mending kita pulang. Kamu pasti butuh istirahat.” “Iya, Mey, aku telepon Bapak dulu. Kalian jadi ikut kan?” Azwa, wanita itu menatap kedua sahabatnya bergantian. “Jadi dong.” Sampai di rumah…. Azwa dibantu Mbok Yanti langsung menjamu Meyra dan Bahira dengan baik. Setelahnya, Azwa berganti pakaian menjadi daster rumahan berlengan panjang disertai kerudung instan. Mbok Yanti sendiri tak memperm
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

94. Kembali Drop

Azwa menarik napas dalam-dalam sebelum menggeser tombol hijau hingga terdengarlah suara orang yang berstatus sebagai suaminya. “Halo, assalamualaikum, Sayang.” “Wa'alaikumsalam, Mas.” “Kamu baik-baik aja kan di sana?” Azwa mengangguk meski Aufal tak bisa melihatnya. “Azwa baik. Dedek juga baik. Mas kok nelpon? Bukankah ini waktunya kerja lagi?” Terdengar kekehan kecil di seberang sana. “Mas curi-curi waktu biar bisa nelpon kamu. Sehari nggak nelpon, rasanya hampa, Mas kangen.” Azwa mengulum bibirnya menahan senyum. Suaminya ini…. “Makanya pulang, jangan merantau jauh-jauh. Nggak capek LDR mulu?” “Cie…. Ada yang nggak mau LDR. Rindu, ya, sama Mas?” “Apaan sih, Mas.” Wajah Azwa terasa panas. Dia salah tingkah dibuatnya. Meskipun begitu, inilah yang Azwa suka dari Aufal. Suaminya tidak langsung to the point, melainkan membuatnya nyaman dahulu. Setelah itu, barulah ke inti pembicaraan. Aufal tergelak di sana. “Dek, Dek, bikin Mas tambah rindu aja kamu.” Jeda sejenak untuk mered
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

95. Gosip yang Lenyap

Azwa kembali mengalami pendarahan sehingga mengharuskannya opname beberapa hari agar lebih mudah dipantau. Untungnya, semalam dia segera dibawa ke rumah sakit oleh Mbok Yanti dan Pak Diman.Kata dokter, jika telat sedikit saja, dedek bayi bisa lahir sebelum waktunya. Jadi, untuk sekarang ini Azwa harus istirahat yang cukup dan tidak boleh stres. Itu yang Mbok Yanti bilang ketika dirinya sadar dari pingsan tadi pagi.“Mbok, Adek minta tolong, ya. Jangan beritahu Mas Ofa tentang kejadian ini,” ucap Azwa yang kini berbaring miring menghadap Mbok Yanti.“Kenapa? Mbok malah berniat menghubungi Mas Aufal habis ini.”“Jangan, Mbok. Karena….” Azwa diam sejenak memikirkan alasan yang tepat. “Karena Adek nggak mau buat Mas Ofa khawatir. Mas Ofa udah direpotkan masalah pekerjaan, Adek nggak ingin menambah bebannya, Mbok.”“Semua suami juga bakalan khawatir jika melihat istrinya mengalami hal seperti ini. Mas Aufal berhak tau, Dek, apapun alasannya. Kali ini Mbok ndak bisa memenuhi permintaan Ade
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

96. Keanehan Meyra

“Namanya….” Zaid menggantungkan ucapannya, berusaha mengingat-ingat nama si cewek. “Namanya siapa, ya? Ah! Lupa gue.” “Lah…. Gimana sih lo, ngasih gosip kok setengah-setengah,” balas Nazhan. “Ya, namanya juga lupa, mana bisa ingat. Habisnya nggak penting, sih, jadinya gampang lupa.” Zaid tiba-tiba menjentikkan jari sembari menatap temannya. “Nah, kalau suaminya gue tau. Namanya itu… Au… Aufal. Iya, Aufal. Denger-denger dia kerja di kota ini. Jadi, ceritanya mereka tuh LDR.” “Oh….” balas Nazhan sekenanya. Entah kenapa, dia jadi teringat Azwa. Kampus tempat Azwa kuliah juga ada di sana, tapi tidak mungkin kan jika itu Azwa? Dia sangat yakin, Azwa belum menikah apalagi hamil. Mungkin saja cewek itu orang lain, bukan Azwa. Nazhan berusaha husnuzan dan tak termakan gosip. Mengingat Azwa, cowok itu jadi kepikiran mengenai pesan yang dikirim Azwa semalam. Pesan yang sulit dipahaminya karena ketikan yang tidak karuan, banyak typo, dan disingkat-singkat. Namun, ada satu pesan dengan
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

97. Akhirnya Ketahuan

Beberapa hari sebelumnya…. Malam hari di salah satu kamar kontrakan, Aufal tengah mencari berkas yang akan dipinjamkan kepada Nabhan. Katanya penting dan sangat membutuhkan. Pria yang masih mengenakan pakaian kerja itu mengedarkan pandangan ke sekeliling menatap kamarnya terlihat sangat berantakan. Laci dan pintu terbuka lebar belum sempat ditutupnya. Belum lagi baju-baju di lemari sudah tak karuan bentuknya. Fix! Ketahuan istrinya alamat kena omel berjam-jam. Tatapan Aufal pun jatuh pada sebuah laci yang terletak paling bawah deretan tempat baju Azwa. Dia berjongkok sambil berpikir. “Buka nggak, ya? Tapi masa di sini? Nggak mungkin, ah. Ini kan punyanya Azwa.” Pria itu menimbang-nimbang apakah membukanya atau tidak. “Ah, bodo lah. Siapa tau ada di sini. Gue kelupaan naruhnya di mana.” Dengan memantapkan hati, akhirnya Aufal membuka laci itu. Dia mengabaikan rasa malunya dan mulai mencari. Tidak seperti tempat lainnya, Aufal menggeledah tempat itu dengan sangat hati-hati. “Tuh
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

98. Mencari Tahu

“Menawarkan diri maksudnya?” “Gini, Kak. Awalnya Aila datang ke sini dengan sendirinya. Ya, sekedar main sama beli gitulah. Terus saat ada pembeli banyak dan kami kewalahan, tiba-tiba dia nawarin diri buat ikutan bantu.” “Nazhan sempat ragu, tapi akhirnya diterima juga karena hasil bujukan gue sama Gara. Dia bekerja sebagai penerima pesanan,” cerita Ferdi. Diam-diam Aufal terkejut mendengarnya. Berarti sebelum bekerja di sini, Azwa sudah pernah bertemu dengan Nazhan tanpa sepengetahuannya? Tidak mungkin bisa berhubungan kembali jika tidak ada pertemuan sebelumnya. Satu lagi, di sini Azwa ternyata dipanggil Aila yang merupakan panggilan waktu SMA. Mungkin ikut-ikutan Nazhan. “Btw, tempat ini cuma kalian berdua yang jaga?” tanyanya sambil melirik cowok lain yang tengah merapikan tempat duduk. Ferdi mengangguk mengiyakan. “Gantian sih. Dulu semuanya, sekarang sistemnya gantian. Kami berempat kan punya kesibukan masing-masing yang makin ke sini makin membludak.” “Jadi, dibuat sepe
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

99. Rencana Lahiran

Mobil hitam itu melaju meninggalkan pelataran salah satu rumah sakit yang ada di Kota Pahlawan. Di dalamnya ada Azwa yang tengah melamun memikirkan ucapan dokter tadi sambil mengusap perut besarnya. Tak lama lagi, dirinya akan bertemu dengan sang buah hati. Namun, ada satu masalah yang menjadi beban pikirannya. Dokter menyatakan bahwa Azwa harus melahirkan melalui operasi caesar dikarenakan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan. Operasi itu sudah dijadwalkan dua minggu dari sekarang bertepatan dengan HPL-nya. “Adek masih kepikiran tentang ucapan dokter tadi?” tanya Mbok Yanti yang melihat perubahan Azwa sejak keluar dari rumah sakit beberapa saat yang lalu. Azwa mengangguk pelan. “Iya, Mbok. Adek sangat takut dioperasi. Adek belum pernah menjalani operasi sebelumnya.” “Bahkan opname di rumah sakit aja baru kemarin pertama kalinya, apalagi harus operasi. Adek bener-bener takut, Mbok,” jawabnya. Mbok Yanti menggenggam tangan Azwa yang terasa dingin dan berkeringat tanda sedang
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

100. Mendiamkan

Melihat interaksi mereka, Aufal bisa menyimpulkan bahwa kasih sayang Om Savian pada Sheilla sangat besar. Gadis itu diperlakukan layaknya princess.“Kamu juga ikut, Aufal,” ujar Om Savian mengagetkan Aufal yang melamun. Entah apa yang mereka bahas, tiba-tiba saja dirinya disangkutkan.“Eh? Saya?” tanya Aufal sambil menunjuk dirinya sendiri.“Iya, kamu. Anggap saja sebagai rasa terima kasih karena udah nganterin Sheilla dengan selamat.”“Ah, Om terlalu berlebihan. Saya ikhlas membantu Sheilla. Untuk sekarang saya tidak bisa, Om, udah ada janji sama temen,” tolak Aufal sopan.Alasannya karena dia tidak ingin membuat Sheilla berharap lebih padanya, apalagi ini di hadapan Om Savian. Selain itu, dirinya juga ingin segera pergi dari sini.“Oh, begitu, ya.” Om Savian tersenyum maklum. Tak ada raut sedih ataupun kecewa di wajah beliau, tampak biasa saja. “Yaudah, nggak papa. Kita agendakan di lain waktu aja, ya. Ajak istrimu sekalian,” balasnya.“Baik, Om. Mungkin setelah istri saya melahirk
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status