All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 111 - Chapter 120

158 Chapters

111. Ke Kampus

Hidup Azwa dan Aufal kembali normal. Mereka menikmati peran barunya sebagai orang tua. Akhir Februari, Aufal memboyong keluarga kecilnya ke rumah Bunda Nawa. Tepat setelah Azwa menyelesaikan revisi sempro dan sudah mendapatkan acc dari dosen pembimbingnya. Begitu sampai di Semarang, dia langsung melakukan penelitian sesuai saran ibunya. Tidak mudah baginya mengerjakan skripsi sekaligus mengurus anak. Azwa harus bisa membagi waktu dengan adil antara penelitian, menyusun skripsi, dan anak. Berkali-kali pula dia ingin menyerah. Untungnya, ada Bunda Nawa yang membantunya mengurus Wafa. Selain itu, ada Mama Erina yang berprofesi sebagai dosen juga turut membantu dalam penyusunan skripsi meski dengan jurusan yang berbeda. Tak lupa, Aufal yang senantiasa memberikan semangat dan energi positif untuknya. Pria itu semenjak ada Wafa menjadi lebih sering pulang, yakni dua minggu sekali setiap weekend. Hingga beberapa bulan kemudian, Azwa berhasil menyelesaikan skripsinya dengan sempurna. Se
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

112. Bertemu Nazhan Lagi

Siang hari sekitar pukul dua, Azwa duduk berdampingan dengan Meyra di salah satu kursi restoran. Mereka sedang menunggu seseorang yang katanya lagi on the way. Azwa menatap sang sahabat yang sedari tadi menekuk wajahnya. “Meyra, udah dong jangan cemberut terus. Aku janji, ini terakhir kalinya aku menemui Nazhan. Oke?” Meyra melengos ke arah lain. Dia masih sangat kesal karena tadi Azwa mengabaikan sarannya agar tidak menemui Nazhan lagi apapun alasannya. “Lebih baik kamu nggak usah temui Nazhan. Bilang aja kamu udah perjalanan pulang ke Semarang,” sarannya beberapa jam lalu. “Tapi, Mey, aku juga sekalian ingin berterus terang tentang pernikahanku mumpung bertemu,” bantah Azwa. “Kan bisa lain kali, Azwa, nggak harus sekarang juga. Apa kamu lupa kalau Kak Aufal berkali-kali melarangmu untuk menemuinya lagi?” “Aku sangat ingat, Meyra. Asal kamu nggak beritahu Mas Ofa, dia nggak akan tau. Lagian kan Nazhan ingin bicara penting. Siapa tau emang penting beneran kan?” “Lebih penting m
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

113. Kena Marah

“Apa urusan dengan teman itu lebih penting dibanding anakmu?” Bunda Nawa mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu.“Dua-duanya penting, Bun.” Azwa mengganti posisi gendong dengan posisi miring. Tangannya menepuk-nepuk pant*t Wafa yang masih rewel meski tak separah tadi.“Emang siapa sih teman yang kamu temui itu?” tanya Bunda Nawa lagi dengan tatapan yang tak lepas dari putrinya.Azwa diam dan tak berani menjawab jujur yang malah semakin membuat sang ibu marah jika tahu Nazhan lah yang ditemuinya. Dia sekarang ini hanya berduaan bersama Bunda Nawa di rumah. Ayahnya masih bekerja, sedangkan sang kakak semenjak menikah sudah tinggal terpisah.“Sepenting apa sih urusanmu itu sampai-sampai mengabaikan anakmu sendiri?” Bunda kembali bertanya ketika tak mendapatkan jawaban.“Adek nggak mengabaikan Wafa, Bun,” elak Azwa. Dia tersenyum membalas tatapan putranya yang mulai tenang.“Lha, buktinya kamu baru pulang sekarang. Kalau urusan kampus udah selesai, langsung pulang. Bukan malah keluyuran
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

114. Ujian Skripsi

Azwa : [Assalamualaikum, Mas. Besok jadwal Azwa sidang skripsi. Sampai sekarang, Azwa masih berharap Mas bisa datang][Kalaupun nggak bisa, nggak papa. Azwa cuma minta izin sekaligus doa restunya, ya, Mas. Doakan Azwa dari sana semoga bisa lulus dengan nilai memuaskan. Aamiin….]Itu adalah pesan yang Azwa kirim beberapa jam lalu ketika tiba di Surabaya, tepatnya di rumah Papi Kafka. Namun, sayang pesan itu hanya dibaca tanpa dibalas.Bukan hanya pesan itu saja, melainkan pesan sebelumnya pun bernasib sama. Azwa merasa akhir-akhir ini Aufal mendiamkannya. Hal itu terjadi sudah sejak dirinya pulang dari mendaftar sidang hingga sekarang.Entah apa kesalahannya kali ini hingga membuat suaminya kembali bersikap seperti itu. Azwa merasa tidak melakukan apapun yang mengakibatkan Aufal marah. Gara-gara masalah itu, dia menjadi agak kurang fokus mempersiapkan presentasi sidang. Wanita itu selalu kepikiran hingga lebih banyak melamun.Aufal juga menjadi jarang menelpon bahkan jarang pulang. Bi
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

115. Pertengkaran

Diaz tertawa sinis. “Nggak selingkuh, tapi kok ada di lorong kamar hotel. Kamu pikir aku bodoh?”Aufal menghela napas berat. “Aku ke sini karena ada pertemuan sama klien. Kebetulan beliau sedang sakit parah sekarang dan tidak bisa bertemu di kantor.”“Jadi, kami memutuskan yang mendatangi beliau di tempatnya menginap karena besok udah harus terbang ke luar negeri untuk pengobatan,” jelasnya.“Mana ada meeting di kamar hotel? Apalagi sama perempuan ini. Orang lain yang melihat pun pasti akan berpikiran negatif. Kamu jangan membodohiku demi menutupi kesalahanmu, Aufal,” balas Diaz sinis“Beneran, Mas. Aku nggak ada hubungan apapun dengan Sheilla. Dia hanya partner kerjaku. Aku sama dia cuma berhubungan dalam hal pekerjaan, nggak lebih. Azwa pun udah tau tentang itu.”“Semuanya berawal dari partner kerja. Seringnya bertemu cepat atau lambat pasti membentuk hubungan terlarang,” sengit Diaz.“Apa yang dikatakan Aufal benar. Saya tidak ada hubungan apapun dengannya. Anda tidak bisa seenakny
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

116. Istirahat Sejenak

Azwa menatap suaminya sendu. “Apa kehadiran Wafa belum cukup membuktikan perasaan Azwa untuk Mas?” tanyanya balik.Aufal tersenyum miris. “Bisa aja kamu cuma memenuhi kewajibanmu sebagai istri dan ingin memenuhi keinginan Mas yang pengen punya anak. Nggak ada jaminan kehadiran Wafa artinya kamu membalas perasaan Mas, Dek.”“Jujur, Mas capek kita seperti ini terus. Kita suami-istri, tapi seolah hidup masing-masing. Kita juga nggak ada rasa saling percaya. Kalau seperti ini terus, mau jadi seperti apa rumah tangga kita kedepannya, Dek?” ungkapnya.Pria itu menghela napas sejenak. “Mas nyerah, Dek. Mas lelah mencintaimu sendirian dan nggak pernah kamu hargai. Kalau kamu memang ingin bersama masa lalumu dan lebih bahagia bersamanya, silakan. Mas ikhlas melepasmu.”Mata Azwa berkaca-kaca mendengar perkataan Aufal. Dia tertawa sumbang. “Segampang itu Mas menyerah? Mana kata Mas yang akan selalu menunggu Azwa? Semua butuh proses, Mas, begitupun dengan perasaan Azwa.”Aufal lagi-lagi menghela
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

117. Disalahkan

Azwa ragu untuk menceritakan masalahnya kepada keluarganya apalagi masalah rumah tangga yang katanya tidak boleh diumbar.Namun, dia juga tidak sanggup menanggung sendirian dan butuh pencerahan dari orang-orang terdekatnya.Melihat adik iparnya yang tampak ragu, Adeeva menggenggam tangan Azwa. “Nggak papa cerita kalau memang Adek nggak sanggup menampungnya. Nggak semua masalah bisa Adek pendam sendirian. Ada kami yang siap membantu.”Azwa membalas tatapan Deeva. “Bukankah itu sama aja membongkar aib suami, Mbak? Azwa nggak mau itu terjadi.”“Nggak kalau kamu bercerita apa adanya tanpa menjelekkan nama suami. Ceritalah, Dek. Jika kamu belum siap bercerita sekarang, kami akan menunggumu. Tapi ingat, jangan melakukan tindakan bodoh,” nasehat Deeva.Azwa kembali menunduk sambil menggigit bibir bawah. Jari-jemarinya saling bertautan dengan keringat dingin. Dia menarik napas dalam-dalam kemudian menatap kedua orang tuanya. “Adek sama Mas Aufal memang ada masalah….”Azwa akhirnya menceritaka
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

118. Pelaku Sebenarnya

Azwa berjalan mendekati Eliza dan temannya yang diketahuinya bernama Fiyya. Dia mengenal gadis itu sebab masih satu prodi meski beda kelas. Fiyya juga merupakan teman kos Eliza dahulu sebelum pindah ke kontrakan.“Jadi kamu, El, pelakunya?” tanyanya lirih.“Azwa?” Eliza menoleh ke belakang karena posisinya membelakangi Azwa. Dia cukup terkejut mengetahui ada dua sahabatnya di sini. “Hah? Pelaku apa? Aku nggak ngerti.”“Palaku yang udah membuat beasiswaku dicabut dan menyebarkan rahasia pernikahanku,” balas Azwa dingin.Untuk beberapa detik raut wajah Eliza tampak kaget, tetapi segera dinormalkan kembali. “Kamu nuduh aku, Wa? Mana mungkin aku ngelakuin hal itu. Kamu kan sahabatku.”“Kamu nggak usah mengelak, El. Aku udah dengar semuanya kalau kamulah pelakunya. Kamu sendiri yang mengaku sama dia.” Azwa melirik Fiyya yang entah disadari atau tidak tersenyum miring padanya.Eliza seketika merubah mimik wajahnya menjadi datar. “Oh, jadi kamu udah dengar. Bagus deh biar aku nggak usah pura
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

119. Hari Wisuda

Azwa tersenyum bahagia menatap foto yang dikirimkan Pak Diman. Foto itu berisi toga beserta undangan wisuda untuk orang tua mahasiswa. Dia beralih menatap sang putra terlelap di pangkuannya.“Nak, bentar lagi Bunda wisuda. Bunda bahagia banget. Nanti kamu ikut datang, ya, Sayang,” ucapnya seraya mencium kening Wafa cukup lama.Perjuangan Azwa dalam meraih gelar sarjana telah berakhir. Dia dinyatakan lulus 100% dengan nilai cukup memuaskan meski tidak tertinggi.Wanita itu juga telah melaksanakan yudisium di fakultas. Kini, dia sedang mempersiapkan diri untuk wisuda yang akan digelar beberapa hari lagi.Azwa bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar. Dia membaringkan tubuh Wafa di kasur seraya menepuk-nepuk paha putranya yang menggeliat agar kembali terlelap.Tak lama, Deeva datang dengan membawa paper bag di tangannya. “Adek, ini ada kiriman dari Aufal buat Adek,” ucapnya.Azwa menerima paper bag itu lantas duduk di lantai diikuti Deeva. Dia mengeluarkan isi di dalamnya. Ada sa
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

120. Bidadari Surgaku

“Mas Ofa?” lirih Azwa.Di depan sana, ada seorang laki-laki berkemeja batik warna maroon sedang berjalan ke arah Azwa. Di tangan kanannya membawa sebuah buket berukuran sedang. Ya, dia adalah Aufal yang Azwa kira tidak datang. Pria itu kembali bernyanyi sambil terus melangkah. Tatapannya tak lepas dari wajah cantik sang istri.🎶 “Kuinginkan dia yang punya setiaDan mampu menjaga kemurniannya….”Meyra tanpa pikir panjang menuntun Azwa mendekati suaminya. Saat keduanya sudah berhadapan dia segera menyingkir.🎶 “Saat ku tak ada ku jauh darinyaAmanah pun jadi penjaganya….”Aufal menyerahkan buket yang di dalamnya berisi coklat batang, uang berwarna merah, dan boneka kecil di tengah-tengah kepada Azwa. Dia lantas menggenggam tangan istrinya.🎶 “Hatimu tempat berlindungkuDari kejahatan syahwatkuTuhanku merestui ituDijadikan engkau istriku….”Pria itu menatap dalam-dalam Azwa dengan penuh cinta. Dia memilih lagu ini karena sangat mewakili perasaannya.Azwa membalas tatapan suaminya. A
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status