All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 121 - Chapter 130

158 Chapters

121. Dinner Romantis

“Kita sebenarnya mau kemana sih, Mas? Masih jauh nggak?” tanya Azwa yang berjalan dengan mata tertutup kain. “Sebentar lagi sampai,” jawab Aufal seraya menuntun istrinya menuju ke tempat yang sudah disiapkan.“Dari tadi jawabannya itu terus, tapi nggak sampai-sampai.”Aufal terkekeh kecil mendengar gerutuan sang istri. “Nah, udah sampai,” ucapnya lalu membuka kain penutup mata Azwa.Azwa perlahan membuka matanya dan langsung disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Dia menatap kagum tempat yang sangat indah ini. “Ini dimana, Mas?”“Kamu nggak tau tempat ini? Ini di rooftop rumah Papi, Sayang.”“Oh ya? Masa sih?” Azwa mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan ternyata benar tempatnya masih di sekitar area rumah. “Azwa nggak pernah ke sini sebelumnya. Mbok selalu melarang.”“Kan kamu sedang hamil, Dek, nggak boleh naik-turun tangga. Gimana? Kamu suka tempatnya?”“Suka banget. Pantesan tadi Mas gendong Azwa dan rasanya kayak naik tangga gitu.” Azwa melihat-lihat ke seluruh penjuru.Roo
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

122. Kembali Bersama

Aufal menghela napas panjang. Feeling seorang istri memang ada benarnya. “Oke, Mas akan cerita. Jadi, dia bernama Sheilla.”“Hubungan Mas sama dia itu dulunya teman satu kampus dan pernah menjadi teman dekat di tahun pertama kuliah saat masih maba….”Waktu awal-awal masuk kuliah, Sheilla tidak memiliki teman karena sifatnya yang sombong dan angkuh. Saat itu, dia sangat membutuhkan bantuan, tetapi tidak ada yang mau membantu. Lalu, datanglah Aufal yang mengulurkan tangan. Meski beda fakultas, sama sekali tak membuat Aufal enggan memberi pertolongan. Dari situlah awal kedekatan mereka. Hanya sebatas teman, tidak lebih. Sheilla sering datang ke fakultas Aufal karena di sana dirinya lebih diterima dan dihargai. Dia juga akrab dengan Andra.Awalnya baik-baik saja, tetapi semuanya berubah di tahun kedua kuliah. Aufal ikut organisasi Islam kampus. Melalui Andra, laki-laki itu mengenal Kahfi yang satu fakultas dengan Sheilla. Dia pun mulai hijrah menjadi pribadi yang lebih baik. Sedikit dem
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

123. Berusaha Memperbaiki Persahabatan

Azwa menghela napas berat. “Kenapa kamu tega melakukan hal kejam itu padaku, El? Salahku apa?”Eliza tersenyum sinis. “Salahmu karena kamu udah menusukku dari belakang. Kamu itu pengkhianat yang udah mengambil orang yang kucintai, Azwa!”“Maksudnya? Bahkan aku nggak tau siapa orang yang kamu cintai, El.” Azwa mengerutkan dahinya bingung.“Kak Aufal, dialah cinta pertamaku dan seseorang yang berhasil meluluhkan hatiku,” ungkap Eliza dengan lantang.Deg!“Apa?!” seru Meyra dan Bahira bebarengan.“Kamu pasti bohong kan, El? Nggak mungkin kamu menyukai suami dari sahabatmu sendiri,” balas Bahira berusaha menyangkal.Eliza menatap Bahira datar. “Nggak ada gunanya aku berbohong. Itulah kebenarannya.”Jantung Azwa berdetak kencang mendengar pengakuan Eliza. “Berarti inisial A yang kamu maksud itu–”“Ya! A untuk Aufal, bukan Alfian atau yang lainnya. Aku yang lebih dulu mengenalnya. Aku yang lebih dulu mencintainya. Tapi kamu dengan teganya merebut dia dariku, Azwa!” kata Eliza.Azwa mengepal
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

124. Persahabatan yang Hancur

Merasa kondisi yang sudah tidak kondusif, Meyra berinisiatif memanggil Aufal. “Kak Aufal, tolongin Azwa, Kak. Mereka berantem. Eliza mengamuk sambil dorong-dorong Azwa.”“Cepet, Kak, tolongin. Kasihan Azwa. Bahira nggak bisa mengatasi sendirian,” pinta Meyra panik sambil sesekali menengok ke arah teman-temannya.Tanpa pikir panjang, Aufal segera ke tempat Azwa berada. Dia dibuat khawatir dan cemas kalau-kalau Eliza melukai istrinya.“Sini, Kak. Wafa biar sama kami,” ujar Bahira saat Aufal datang.“Kalian selesaikan masalah kalian dulu,” sambung Meyra lalu membujuk Wafa.Awalnya bayi itu tidak mau karena masih merasa asing dengan keduanya. Namun berhubung Bahira punya trik khusus, Wafa akhirnya mau bersama mereka.Suasana menjadi hening sepeninggal keduanya. Eliza berdehem meminta perhatian. “Kak Aufal masih ingat aku?”Aufal mengernyitkan dahi. “Kamu Eliza kan? Temennya Azwa?”Eliza tersenyum miris. “Ternyata Kakak nggak ingat aku.”“Loh, bener kan? Apanya yang nggak ingat?” balas Aufa
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

125. Keguguran?

“Tapi....” Raut wajah sang dokter berubah sendu. Dia menghela napas berat sebelum berkata, “tapi maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di rahimnya.”Deg!“Ja-janin? Ma-maksud Dokter istri saya hamil?” tanya Aufal memastikan.Sang dokter mengangguk. “Usianya 10 minggu. Kami mohon maaf sekali karena tidak bisa menyelamatkannya. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain.”“Pendarahan yang hebat membuat janin tersebut tidak bisa bertahan dan tampaknya si ibu juga memiliki banyak beban pikiran, stress yang berlebihan, serta kelelahan.”“Belum lagi usia kandungan yang masih muda sehingga sangat rentan mengalami keguguran. Kami terpaksa melakukan tindakan kuretase,” jelasnya.“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.”Aufal terduduk lemas di kursi ruang tunggu dengan tatapan kosong. Perasaannya campur aduk. Antara sedih, kecewa, menyesal, dan marah. Hatinya sakit seakan ada ribuan belati yang menancap di sana. ‘Ya Allah, kenapa secepat ini Engkau mengambilnya? Bahkan di saat a
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more

126. Antara Eliza & Azwa

“Assalamualaikum, El.”“Wa'alaikumsalam, ngapain kalian ke sini?” tanya Eliza datar saat tahu siapa yang berkunjung.“Ada yang ingin kami bicarakan,” jawab Bahira.“Kalau kalian ingin membicarakan tentang Azwa, mending pulang aja. Aku sedang nggak mood.”“Kami ke sini jauh-jauh cari alamat rumah ini dan kamu dengan gampangnya mengusir kami?” tanya Meyra tak menyangka. “Kamu–”“Please, El. Kali ini aja dengarkan kami. Kami hanya ingin masalah ini cepat selesai. Tolong, beri kami waktu. Setelah itu, terserah kamu mau apa,” ujar Bahira memotong ucapan Meyra.Eliza mengangguk dan membawa keduanya duduk lesehan di teras rumah. Sebelum memulai pembicaraan, gadis itu mengambilkan cemilan serta minuman untuk sahabatnya.“Sebelumnya aku mau tanya, Azwa salah apa sih sama kamu sampai kamu berbuat sesadis itu?” tanya Bahira dengan tenang mengawali obrolan.Eliza tersenyum miring. “Kan udah jelas. Dia menusukku dari belakang dengan–”“Merebut Kak Aufal darimu,” potong Meyra sambil menatap tajam E
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

127. Trust Issue

“Sebelum kejadian itu Azwa pernah bilang sama kami…”‘Apapun yang terjadi sama aku dan Eliza, kalian jangan pernah putus pertemanan sama dia, ya. Eliza pasti butuh kalian. Jangan hanya karena aku, kalian ikutan musuhin dia. Cukup aku aja.’“... Bahkan Azwa masih memikirkanmu. Dia nggak ingin kamu sendirian, El.”Air mata Eliza tak henti-hentinya mengalir apalagi setelah mendengar penuturan Bahira barusan. Sungguh, dia sangat menyesal.“Aku sangat tau seberapa dekat hubunganmu dengan Azwa. Kalian udah seperti kakak beradik. Kamu yang paling peduli sama Azwa. Tapi kamu juga yang tega melukai dan menghancurkan Azwa,” ucap Bahira lagi.“Apa yang dialami Azwa itu sungguh kejam. Misalkan kamu ada di posisinya, belum tentu kamu bisa melaluinya!” sahut Meyra geram karena sudah tidak tahan.“Kamu tau, kondisi Azwa setelah kejadian itu?” tanya Bahira dengan suara bergetar menahan tangis.Eliza menoleh menatap Bahira. “Azwa… kenapa?”“Azwa….” Bahira menarik napasnya dalam-dalam. “Azwa kehilangan
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

128. Pengakuan Eliza

“Aku minta maaf, Azwa.” Eliza melangkah maju mendekati Azwa. Namun, respons dari wanita itu diluar dugaannya.Azwa mundur tidak ingin didekati oleh Eliza. “Aku udah maafin, tapi bukan berarti bisa melupakan semua perbuatanmu,” balasnya datar.Dia berbalik badan hendak masuk ke dalam rumah. “Cepet masuk, Mas. Jangan lama-lama di luar,” ucapnya kepada sang suami sebelum berlalu dari sana.Aufal hanya menatap kepergian Azwa dalam diam tanpa mampu mencegah ataupun memaksa untuk bertahan. Dia lantas mempersilahkan Eliza duduk di kursi teras rumah.Meski masih ada rasa kecewa, mau bagaimanapun Eliza adalah tamu yang wajib dijamu dengan baik. Apalagi gadis itu datang jauh-jauh dari luar kota. Pastinya ada hal penting yang ingin disampaikan selain minta maaf.“Kak Aufal, tolong sampaikan maafku kepada Azwa, ya. Aku sadar, perbuatanku memang sangat keterlaluan,” kata Eliza membuka pembicaraan.“Akan kusampaikan. Maaf juga buat sikap Azwa tadi, ya,” balas Aufal.“Nggak papa, Kak, aku memaklumin
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

129. Rencana ke Jakarta

Aufal mendekati Azwa dan duduk di sampingnya. “Eliza tadi bermaksud minta maaf sama kamu, Dek, tapi kamunya malah pergi. Yaudah, Mas yang temui dia sebagai tamu.”Azwa tersenyum miring. “Itu sama aja Mas ngasih dia harapan. Mas nggak lupa kan kalau dia cinta sama Mas?”“Mas nggak akan pernah lupa, Sayang. Dia datang ke sini baik-baik loh. Nggak ada maksud tertentu, niatnya cuma pengen minta maaf sama kamu doang. Seharusnya kita menghargai itikad baiknya itu,” jelas Aufal dengan tenang.“Bisa aja kan dia cuma pura-pura biar dapat simpati dari Mas?”“Dia benar-benar tulus minta maaf sama kamu, Sayang. Nggak ada unsur kepura-puraan.”“Oh, sekarang Mas berani belain dia? Atau jangan-jangan Mas udah mulai ada rasa sama dia, iya?!” tuduh Azwa.“Astaghfirullahaladzim, nggak gitu, Dek.” Aufal menarik napas dalam-dalam lalu dihembuskannya guna mengisi stok kesabaran. Dia menggenggam erat tangan Azwa. “Dengarkan penjelasan Mas dulu, ya, Sayang. Adek mau kan?” tanyanya lembut yang jawab angguka
last updateLast Updated : 2024-04-25
Read more

130. Hanya Sebatas Teman

“Anak?”“Iya, dia anakku. Namanya Wafa. Usianya satu tahun.” Azwa beralih ke putranya yang sedang asyik bermain sendiri. “Ayo, Sayang, salim dulu sama Om Azhan.”Wanita itu mengulurkan tangan kecil Wafa ke arah Nazhan untuk bersalaman sekaligus mengajarkan sopan santun. “Pintarnya anak Bunda.”Nazhan melihat pemandangan di depannya dengan tatapan sulit diartikan. “Kamu ke sini sama siapa? Sendirian?” tanyanya berusaha biasa saja.“Nggak, tapi sama suamiku. Dia lagi mengangkat telepon temannya sebentar di luar.” Azwa celingak-celinguk memandang ke arah pintu masuk. Dia tersenyum begitu melihat eksistensi Aufal.“Nah, itu dia.” Wanita itu mengangkat sebelah tangan menunjukkan keberadaannya pada sang suami.Aufal langsung mengambil tempat duduk di samping Azwa saat sudah tiba. Dia tersenyum menyapa Nazhan.“Mas, kenalin ini Nazhan, teman Azwa yang udah Azwa ceritakan ke Mas,” ucap Azwa mengenalkan kemudian beralih ke Nazhan. “Ini suamiku, namanya Mas Aufal.”Kedua laki-laki itu bersalama
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status