Share

83. Perasaan Candra

Penulis: Putri Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Karena aku mencintaimu.”

Deg!

Azwa membelalakkan matanya terkejut. “Ma-maksud–”

“Aku sangat mencintaimu, Azwa.” Candra mengubah posisinya menjadi serong menghadap Azwa.

“Aku nggak pernah merasakan perasaan tulus kepada seseorang. Cuma sama kamu aku bisa seperti ini,” ungkapnya jujur.

Azwa diam dengan jantung yang berdegup sangat cepat. Dia tak menyangka Candra memiliki perasaan lebih untuknya. Apa yang harus dilakukannya?

Bersama Acha, dia bisa menjelaskan pelan-pelan dan memberi pengertian, tapi tidak dengan Candra. Ya Allah, bagaimana ini?

“Tapi kamu juga yang menghancurkannya,” lanjut Candra melengos lantas kembali ke posisi semula.

“Kau tau? Dengan sikapmu yang menyembunyikan status pernikahan, sama aja kamu memberiku harapan. Sayangnya, hanya harapan kosong yang sampai kapanpun nggak akan pernah bisa kudapatkan.”

“Kakak,” panggil Azwa memberanikan diri untuk menjelaskan. “Aku nggak bermaksud membuat Kakak berharap kepadaku. Aku juga nggak menyembunyikan statusku.”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   84. Berusaha Ikhlas

    “Harapan yang mana maksudmu?” tanya Om Tama heran. “Menjadi kakak ipar buat Acha.” “Oh…. Kalau soal itu, kamu sendiri kali yang kebawa perasaan.” Melihat putranya yang akan protes, Om Tama lekas melanjutkan ucapannya. “Sebenarnya harapan itu kita sendiri yang ciptakan.” “Perbuatan yang seseorang lakukan membuat kita berharap lebih padanya, padahal dia melakukan itu karena memang seperti itulah dirinya.” “Dia nggak sadar akan sikapnya yang membuat kita menaruh harapan sebab dia menganggapnya wajar dan biasa saja. Kecuali kalau dia memberikan kode atau mengucapkan langsung terus dia bersama yang lain, itu baru ngasih harapan.” “Azwa juga gitu, Pa. Dia meminta Acha buat bilang sama Candra soal kakak ipar itu seolah memberi kode kepada Candra untuk melangkah maju.” “Apa itu namanya kalau bukan harapan, Pa? Kalau memang dia nggak bisa, nggak usah ngomong kayak gitu dan langsung aja bilang kalau udah menikah. Sampai situ beres, Pa.” “Candra akan membunuh perasaan ini dan akan menjauh

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   85. Tujuh Bulanan

    Azwa menjalankan rutinitas seperti biasa semenjak konfliknya dengan Candra. Dia masih bekerja sebagai guru privat Acha meski dengan suasana yang berbeda. Dengan kondisinya yang sedang hamil ini, wanita itu tidak diperbolehkan Om Tama datang setiap hari, melainkan hanya saat weekend saja seperti dulu.Selain bekerja sebagai guru privat, Azwa juga membantu Nazhan mengurus bisnis online. Dia bekerja dari jarak jauh sebagai penerima pesanan. Dikarenakan kinerjanya bagus, dia dipasrahi Nazhan menjadi admin akun Instagram. Tugasnya tak hanya menerima pesanan, tetapi juga membuat iklan promosi dalam bentuk gambar maupun video yang diunggah di Feed dan story. Semua itu dia lakukan sesuai dengan arahan Nazhan.Di kampus, semua orang sudah tahu tentang kehamilan Azwa. Mereka tidak mempermasalahkannya membuat Azwa merasa lega. Meski tak bisa dipungkiri ada beberapa orang yang menggunjingnya dengan dugaan-dugaan tak mendasar.Beruntung ada Meyra yang pasang badan serta Bahira yang memperingatka

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   86. Tawaran Menggiurkan

    Rooftop Tempat yang dipilih Candra untuk berbicara dengan perempuan asing itu karena tempatnya lebih privasi. Kini, keduanya berdiri di dekat pembatas sambil menikmati pemandangan kota Surabaya di malam hari. Untuk beberapa saat, suasana hening menyelimuti mereka. Candra berkali-kali melihat jam tangannya gusar. “Mohon maaf. Kalau memang tidak ada hal yang dibicarakan, lebih baik kita pulang.” “Hari semakin larut. Waktu saya jadi terbuang sia-sia hanya untuk menunggumu berbicara,” ujarnya sedikit pedas karena sudah merasa jengkel dan tidak sabar. Perempuan itu tersenyum. “Azwa Aila. Kamu tentu mengenal nama itu, bukan? Oh, bukan hanya sekedar mengenal, tapi sangat-sangat mengenalnya bahkan menjadi bagian terpenting dalam hidupmu. Right?” Dia menoleh untuk melihat ekspresi Candra yang terlihat sangat terkejut seperti dugaannya. “Dia bekerja sebagai guru privat adikmu yang bandel. Atas jerih payahnya, perlahan-lahan adikmu mulai berubah menjadi gadis baik-baik dan sholehah.” Rau

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   87. Hasutan

    Laki-laki itu berusaha mati-matian menahan diri agar tidak goyah. Diambang kewarasannya yang kian menipis, nasehat sang ayah terngiang-ngiang dalam benaknya. “Nak, lepasin Azwa ya. Relakan dia bahagia bersama suaminya. Allah udah nyiapin seseorang yang jauh lebih baik daripada Azwa untukmu.” “Hanya Azwa yang terbaik untukmu, Candra. Kamu nggak akan pernah bertemu Azwa lain di dunia ini.” “Mungkin ada orang yang mirip Azwa, tapi belum tentu kamu bisa mencintainya sebesar rasa cintamu untuk Azwa.” Perempuan itu kembali bersuara dan semakin merapatkan tubuhnya. Tangannya kini sudah melingkar sempurna di pinggang Candra. “Allah tau mana yang baik dan mana yang nggak baik buat kamu. Semuanya udah diatur sama Allah termasuk rasa cinta.” “Yang bisa mengatur rasa cinta itu dirimu sendiri, bukan yang lain. Kamu bisa memilih pada siapa hatimu berlabuh. Berjuanglah demi mendapatkan cintamu, Candra.” “Belum tentu juga ketika kamu bisa mendapatkan Azwa, dia akan bahagia bersamamu. Kamu bisa

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   88. Keanehan di Kampus

    Azwa kembali ke aktivitasnya sebagai mahasiswi. Setelah beberapa hari kemarin menghabiskan waktu di rumah, kini harus kembali kuliah seperti biasa. Hari ini kelasnya dimulai pukul setengah sepuluh.Wanita yang mengenakan gamis abu-abu itu berjalan menuju kelasnya. Jam-jam segini suasana koridor sudah pasti ramai. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang ataupun hanya sekedar duduk santai sambil menunggu kelas tiba. Namun, ada yang berbeda di sini. Azwa merasa, mereka semua menatapnya sinis, bahkan ada yang terang-terangan menggunjingnya. Entah hanya perasaannya saja atau memang faktanya seperti itu. Dia berusaha tak menghiraukan semua itu dan tetap melanjutkan perjalanannya.“Sok suci banget sih.”“Nggak tau malu.”“Masih punya muka dia menginjakkan kaki di FEB.”“Polos-polos menghanyutkan.”“Tampaknya kek wanita baik-baik, tapi kelakuannya berbanding terbalik.”“Penampilan tertutup gitu, tapi nggak taunya…. Ck ck ck!”“Makanya jangan nilai orang dari cover-nya. Kek gini nih contohnya.

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   89. Gosip Miring

    Perasaan Azwa semakin tidak enak. Dia meremas jemarinya yang berkeringat dingin dalam genggaman tangan Meyra.Kakinya bergerak-gerak tak menentu tanda dirinya tengah gelisah. “Kenapa?" tanyanya pelan.Meyra memberikan kode kepada Bahira agar dia saja yang menjelaskan. Gadis itu takut, tak bisa mengontrol emosinya yang malah membuat perasaan Azwa menjadi tak karuan. Di sisi lain, Bahira yang mengerti kode dari Meyra menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, “ada gosip miring tentang kamu, Azwa.”“Gosip miring maksudnya?”“Kamu….” Bahira menjeda ucapannya sejenak karena ragu. Dia menatap ekspresi Azwa yang tengah menunggu kelanjutan dari kalimatnya. “Kamu dituduh hamil diluar nikah,” tuturnya pelan dan cepat, tapi masih terdengar jelas oleh Meyra dan Azwa.Deg!Jantung Azwa seketika berdegup kencang. Hatinya mencelos dan sakit secara bersamaan. Ya Allah, apalagi ini? Bagaimana bisa ada tuduhan seperti itu? Astaghfirullahal'adzim.Meyra semakin mengeratkan genggamannya saat merasakan

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   90. Bullying

    Azwa merapatkan diri di papan tulis. Dia berusaha menghindari lemparan-lemparan itu, bahkan Meyra dan Bahira pun dibuat kewalahan saking banyaknya yang melempari. Beberapa gumpalan kertas berkali-kali mengenai tubuhnya. Dia berdiri menyamping dan memeluk perutnya sendiri bermaksud melindungi. Sungguh, saat ini Azwa sangat takut. Kenapa jadi begini? Beberapa cowok yang duduk di barisan depan, bergegas maju untuk melindungi Azwa. Mereka adalah Afnan, Arta, Farid, dan Hendra. Keempatnya berdiri mengelilingi Azwa membentuk tameng sehingga tubuh merekalah yang terkena lemparan. Mereka ini berada di pihak netral, tidak menyalahkan ataupun membenarkan sebelum Azwa menjelaskan kebenarannya. “Azwa, kamu nggak papa?” tanya Afnan yang kebetulan berada tepat di hadapan Azwa. Dia khawatir ketika melihat mata wanita itu yang berkaca-kaca. Azwa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dia memejamkan mata tak sanggup melihat semua ini. “Azwa, jangan takut. Kami akan melindungimu,” ucap Farid

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   91. Klarifikasi

    Azwa tersenyum manis menutupi kekesalannya. ‘Ngaku, gundulmu!’ serunya dalam hati. “Aku akan jelasin semuanya dan aku harap nggak ada yang memotong ucapanku.” Wanita itu melihat ke arah meja dosen untuk mencari spidol. Paham dengan gerak-gerik Azwa, Farid segera beranjak mengambil spidol dari dalam tas Afnan lantas menyerahkannya pada Azwa. Azwa tersenyum tipis sebagai tanda terima kasih. Kemudian dia mendekat ke arah papan tulis. “Mari kita buat analisis sama-sama.” Semua yang berdiri di depan kelas menepi untuk melihat apa yang dilakukan Azwa. “Aku menikah tanggal 16 Januari,” kata Azwa mulai menjelaskan sambil menuliskannya di papan tulis. “Aku dinyatakan mengandung tepat di hari lebaran dengan usia kandungan sembilan minggu. Kalau tidak salah ingat, HPHT-ku berada di pertengahan Maret.” “Januari ke Maret jaraknya berapa bulan? Dari sini udah tampak jelas kan? Kalian bisa menyimpulkan sendiri.” Azwa menatap mereka sejenak sebelum menulis lagi. “Sekarang usia kandunganku t

Bab terbaru

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   Extra Part 3 : Dadah, Aarash

    “Anak bungsu lo. Jadi, kami bisa mengasuhnya dari bayi biar berasa punya baby newborn,” jawab Kahfi seraya menatap intens ke arah Dedek Aya di pangkuan ibunya. “Nggak boleh!” sahut Azwa langsung. Dia memeluk bayi perempuannya posesif. “Dedek Aya nggak bisa jauh dari Azwa karena dia butuh banget ASI eksklusif.” “Putri gue ini kayak masnya Wafa yang punya alergi susu formula. Nutrisinya harus dari ASI, nggak boleh dari yang lain,” timpal Aufal ketika melihat Kahfi yang ingin bersuara. “Mungkin bisa pakai ASI perah, tapi kan rumah lo ada di Jakarta. Nggak mungkin lo bolak balik Jakarta-Semarang cuma untuk mengambil ASI perah doang.” “Gue tau, lo nggak segabut itu. Kalau misalnya lo tinggal di kota ini, mungkin permintaan lo bisa kami pertimbangkan. Ya kan, Dek?” Pria itu menoleh ke arah istrinya meminta pendapat. Azwa mengangguk setuju karena memang itulah alasan utamanya. “Dedek Aya punya alergi cukup serius, jadi nggak bisa makan atau minum sembarangan.” Kahfi menyandarkan tubuh

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   Extra Part 2 : Permintaan Kahfi

    “Fal, lo kan udah punya empat anak, sedangkan gue, satu aja belum punya. Boleh nggak kalau gue adopsi salah satu anak lo?” tanya Kahfi.“Apa? Lo gila?!” Aufal membelalakkan mata terkejut. Tangannya mengepal geram mendengar permintaan tak masuk akal Kahfi. “Gue masih sangat sanggup membesarkan dan mengasuh anak gue sendiri,” balasnya ngegas.“Gue tau.” Kahfi mengalihkan pandangannya ke depan. “Gue benar-benar ingin mengasuh anak lo, Fal. Gue pengen banget ngerasain gimana rasanya menjadi orang tua.”“Kenapa lo tiba-tiba berpikiran kayak gitu?” tanya Aufal dengan nada lebih rendah. Dia merasa, permasalahan yang Kahfi hadapi tidak sesederhana itu.Kahfi menghela napas panjang dan kembali menatap Aufal. “Lo pasti tau, permasalahan yang selama ini gue hadapi itu apa. Tentang anak yang sampai detik ini belum hadir diantara kami.”“Dan sekarang muncul masalah baru. Khanza desak gue buat menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan. Padahal gue sama sekali nggak masalah kalau nggak ada anak,

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   Extra Part 1 : Keluarga Kecil Aufal

    “Astaga! Kenapa kalian berantakin lagi?!” Azwa memekik terkejut melihat mainan yang kembali berserakan padahal sebelumnya sudah dibereskan agar mudah disapu. Baru ditinggal sebentar untuk menyapu halaman rumah, anak-anaknya kembali berulah. Dia menatap satu-persatu ketiga anaknya yang hanya diam mematung. “Bunda kan udah bilang sebelumnya, jangan diberantakin lagi. Mau Bunda sapu lantainya. Kalau ingin main lagi, nanti aja habis Bunda nyapu,” omelnya. “Kalau kayak gini, Bunda jadinya kerja dua kali. Kalian kan udah berkali-kali Bunda bilangin, habis main itu dibereskan mainannya biar rapi dan nggak kececeran.” Azwa masih terus mengomeli anak-anaknya yang kini menunduk takut. Wanita itu menyandarkan sapu di dinding. Dia hendak membereskan lagi mainan mereka dan memasukkannya ke dalam keranjang. Baru satu mainan yang masuk, terdengar suara tangisan bayi berasal dari dalam kamarnya. Azwa menghela napas lelah lalu menatap putra-putrinya. “Bunda nggak mau tau pokoknya kalian bereska

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   155. Cinta Masa Depanku [End]

    “Kenapa, Sayang? Papa ingin peluk Aarash loh.” Azwa mengusap lembut rambut Aarash. Dia sangat mengerti bila putranya sudah seperti ini. “Aarash takut?” tanyanya yang dijawab anggukan oleh Aarash. “Nggak papa, Nak. Papa itu orangnya baik kok. Papa sayang banget sama Aarash.” Aarash tetap menggeleng dan malah berlari menuju opanya menyusul kedua saudaranya yang lebih dulu ke sana. Azwa menghela napas dan tersenyum tidak enak kepada Aufal. “Namanya Aarash Nazhief Putra Ar-Rasyid kembarannya Aresha. Dia memang begitu kalau sama orang baru. Harap maklum, ya, Mas,” ucapnya. “Nggak papa, Dek. Mas mengerti kok. Mereka pasti bingung dengan kehadiran Mas. Nggak pernah bertemu wajar kalau merasa asing dan takut,” balas Aufal. Azwa memandang sendu Aarash yang sedang bercanda dengan Papa Wirya. “Aarash mengalami yang namanya speech delay, Mas, membuat dia lebih banyak diam. Dia mengerti bahasa yang kita ucapkan.” “Tapi, untuk mengucapkannya sendiri dia agak kesulitan kalau nggak dipan

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   154. Ini Papa, Nak

    Bukan hanya Azwa saja yang terkejut, melainkan orang tua Aufal pun tak kalah kagetnya. “Yang bener kamu, Andra? Sejak kapan?” tanya Mama Erina. “Beneran, Tante. Kami udah menikah empat tahun yang lalu,” jawab Andra. Aufal terkekeh kecil melihat respons mereka. “Aufal awalnya juga sangat kaget sama kayak kalian. Pasalnya setau Aufal, Andra ini benci banget sama Sheilla. Eh, nggak taunya malah udah nikah dan punya anak.” “Gue kemakan omongan sendiri, Fal. Dari yang mulanya benci banget berubah jadi cinta. Sekarang mah kami saling mencintai bahkan udah bucin. Iya kan, Sayang?” Andra mengedipkan sebelah matanya pada Sheilla bermaksud menggoda. Sheilla membalas dengan mata melotot sambil mencubit keras pinggang suaminya lalu kembali tersenyum ke arah semua orang. “Pernikahan kami ini sebenarnya masih ada kaitannya sama kondisi Aufal yang koma,” timpalnya. Dia berdehem sejenak dan memperbaiki posisi duduknya untuk memulai bercerita. “Jadi, gini. Kami sebetulnya udah dekat sejak Azwa

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   153. Tentang Kecelakaan Itu

    “Nggak, Dek, nggak ada perceraian diantara kita.” Aufal masih terus membujuk Azwa agar bersedia mendengarkan penjelasannya. Dia bahkan sampai berlutut di depan pintu kamar Azwa dengan kening yang menyentuh daun pintu. “Mas mohon, buka pintunya, Sayang. Beri Mas kesempatan buat menjelaskan semuanya ke kamu. Tolong, Dek,” ucapnya dengan suara yang semakin parau. Di dalam kamar, Azwa yang duduk di balik pintu menutup mulutnya rapat-rapat guna meredam suara isaknya. Dia sebenarnya tidak tega mendengar nada melas dan parau milik Aufal. Namun, dirinya belum siap apabila penjelasan itu tidak sesuai harapannya. “Pergilah, Mas.” “Mas nggak akan pergi sebelum kamu membuka pintu. Mas akan menunggumu sampai kamu mau mendengarkan penjelasan Mas,” balas Aufal. Azwa tidak sampai hati membiarkan Aufal terus berada di sana dan memohon seperti itu. Dia mengusap air matanya, menarik napas dalam-dalam, sebelum bangkit berdiri. Tangannya memutar kunci lalu membuka pintu kamarnya. Aufal juga ikut be

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   152. Keluarga Baru

    “Kita ini sebenarnya mau kemana, Ma?” “Ke acara ulang tahun cucu teman Papa yang tahun ini dirayakan di sini.” Azwa bersama Mama Erina sedang dalam perjalanan menuju lokasi berlangsungnya acara. Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi berhenti di parkiran sebuah restoran cukup mewah. Keduanya turun lalu berjalan beriringan memasuki area restoran yang sudah di reservasi penuh untuk acara ulang tahun ini. Di dekat pintu masuk terdapat stand banner berwarna biru bertuliskan, Happy 3th Birthday Haisha Raveline Andriana Disertai dengan foto seorang anak perempuan yang tampak sangat cantik dan menggemaskan. Acara ini bertemakan Frozen terlihat dari hiasannya berwarna biru dan putih disertai karakter Elsa. “Lihat, Ma. Ternyata anak yang ulang tahun seumuran dengan si kembar. Azwa kira anak remaja,” komentar Azwa setelah membaca isi banner. “Mama juga ngiranya begitu. Papa nggak memberitahu Mama siapa yang berulang tahun. Untung kadonya udah disiapin Papa sebelumnya,” bal

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   151. Kembali Menolak

    “Buna, mau itu.” Echa menunjuk ke arah salah satu kotak bekal. “Iya, Sayang.” Azwa mengambil roti yang sudah diolesi selai lantas menyerahkan pada putrinya. “Ini untuk Echa. Aarash mau?” tanyanya dengan menatap kembaran Echa lalu dibalas anggukan oleh Aarash. Dia juga memberikan roti itu untuk kedua putranya. “Ayah mau juga nggak?” Wafa menawarkan rotinya kepada Nazhan. “Buat Wafa aja. Nanti Ayah bakal minta sama Buna,” balas Nazhan melirik Azwa yang sibuk menata barang bawaannya. Hari libur, Azwa mengajak anak-anaknya melakukan piknik kecil-kecilan di sebuah taman. Saat akan berangkat tadi, tiba-tiba Nazhan datang dan memaksa ikut. Kini, mereka semua duduk di karpet dengan berbagai macam cemilan berada di tengah-tengah. Orang lain yang melihat pasti akan mengira mereka adalah keluarga kecil yang bahagia dan harmonis. “Nazhan!” Dua orang dewasa itu menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju batik formal serta hijab segi empat berjalan mendekat. “Ib

  • Menikah Muda dengan Anak Rentenir   150. Calon Ayah Baru

    “Sampai Mas Aufal ditemukan, baik dalam keadaan hidup maupun meninggal. Selama apapun itu Adek akan setia menunggunya, Bun,” jawab Azwa.Bunda Nawa merasa prihatin dengan nasib putrinya. “Ya Allah, Dek, jangan gitu. Udah saatnya Adek buka hati untuk orang lain yang ingin mendekat. Adek jangan menutup diri seperti ini. Udah empat tahun loh, Dek.”Azwa menghela napas panjang. Memang benar, sudah empat tahun berlalu dan Aufal belum juga ditemukan bahkan pencariannya dihentikan sejak tiga tahun lalu. Aufal menghilang tanpa jejak bagaikan ditelan bumi. Entah masih hidup ataupun sudah meninggal, Azwa pun tak tahu. Namun, dia tetap meyakini bahwa suaminya masih hidup dan pasti akan kembali lagi suatu saat nanti.“Bagaimana bisa Adek buka hati sementara hati Adek udah terpaut sempurna sama Mas Aufal, Bun? Adek nggak bisa menggantikan posisi Mas Aufal,” balasnya pelan.Bunda Nawa masih setia mengusap kepalanya. “Bunda paham. Tapi kita ndak tau, keadaan Mas Aufal itu gimana. Apakah masih hidup

DMCA.com Protection Status