All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 61 - Chapter 70

158 Chapters

61. Keanehan Azwa

Melihat Azwa hanya terdiam, Nazhan kembali berujar, “yah, kalau kamu nggak mau juga nggak papa. Aku bisa cari–” “Aku mau,” jawab Azwa cepat tanpa pikir panjang karena menurutnya ini adalah kesempatan emas. Dia sangat membutuhkan pekerjaan dan Nazhan membutuhkan karyawan. Pas sekali, bukan? “Serius?” tanya Nazhan memastikan dengan mata berbinar-binar. Azwa mengangguk semangat. “Serius, karena aku butuh pekerjaan banget buat nambah penghasilan.” Nazhan tersenyum senang. “Oke, deh. Nanti aku ajari teknisnya.” Sedetik kemudian senyumnya luntur saat mengingat sesuatu. “Tapi kan kamu mau PKL. Apa nggak mengganggu?” “Santuy mah. Insyaallah, aku bisa bagi waktu.” “Oke, kalau kamu setuju. Akan aku diskusikan sama teman-teman. Nanti aku kabari lagi untuk langkah selanjutnya.” “Siap.” Azwa tersenyum bahagia. Allah begitu baik padanya. Di saat dia membutuhkan pekerjaan, Allah mengirimkan seseorang yang menawarkan pekerjaan. Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih banyak, batinnya. Dan tak
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

62. Pernikahan Kahfi

Pagi ini Aufal sudah rapi dengan setelan kerja siap berangkat ke kantor. Berbanding terbalik dengan Azwa yang masih mengenakan kaos dan celana pendek serta rambut yang dicepol tinggi. Keduanya sekarang berada di ruang makan sedang menikmati sarapan bersama. Lebih tepatnya hanya Aufal, sedangkan Azwa memakan buah pepaya karena perutnya terasa sangat mual. “Semalam ada pesan masuk di hp-mu. Itu dari siapa?” tanya Aufal penasaran. Sebenarnya dia tidak ingin menanyakan ini, tapi rasa penasarannya sudah tidak terbendung lagi. “Dari operator yang ngingetin kalau kuota Azwa hampir habis,” jawab Azwa santai. “Operator?” Azwa mengangguk sambil mengunyah. “Sebelum ke kamar mandi kan Azwa udah matiin data selulernya. Tadi pagi waktu Azwa cek emang dari operator kok.” Aufal tertegun sejenak. Semalam dia sudah berpikiran macam-macam tentang pesan itu dan ternyata cuma dari operator? Jadi, dirinya sudah salah sangka? Namun, tetap saja sikap Azwa terasa aneh. “Terus semalam chattingan sama
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

63. Mengidam Versi Azwa

Hari Minggu bagi Aufal adalah hari dimana dia harus menuruti semua keinginan Azwa, atau dengan kata lain mengidam. Laki-laki itu dibuat kelimpungan sendiri dengan acara ngidam istrinya yang tak jarang membuatnya susah. Seperti sekarang ini. “Huwaaaaa…! Hus hus! Sana, jangan dekat-dekat.” Andra berdiri di atas kursi sambil mengibas-ngibaskan tangannya berusaha mengusir makhluk kecil berbulu abu-abu loreng yang menatapnya bingung dan terus berjalan mendekat. Laki-laki itu semakin melompat-lompat tak karuan. “Hus hus! Kemarin-kemarin nggak ada, kok sekarang nongol sih? Hus! Pergi pergi!” Azwa? Dia dengan santai menikmati sepiring siomay dan kelapa muda sambil menonton televisi, sedangkan Aufal tengah memasak untuk makan siang di dapur atas permintaan sang istri. Wanita itu sama sekali tak terusik dengan teriakan heboh dari Andra, malah terkesan tak peduli. “Azwa, tolongin gue…! Kucing lo ini. Hus hus! Hih! Azwa…!” “Apaan sih, Kak? Wong kucingnya pengen main sama Kakak kok.” Bagaima
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

64. Permintaan Aneh

“Ada perlu apa, Fal, malam-malam begini berkunjung?” tanya Papi Kafka membuka pembicaraan. Setelah melalui perdebatan panjang lebar disertai dengan perjalanan yang lumayan, kini Aufal dan Azwa sudah berada di hadapan seluruh anggota keluarga Kahfi yang berkumpul di ruang tamu. Untung saja, Ilham masih begadang menyelesaikan tugas kuliahnya. Jadi, dia bisa membukakan pintu untuk keduanya dan ikut bergabung juga. “Em… sebelumnya Aufal minta maaf udah ganggu waktu istirahat kalian. Aufal mau minta tolong.” “Minta tolong apa, Fal? Insyaallah, kami akan bantu,” ujar Mami Asha. Aufal menatap Kahfi ragu-ragu. “Duh… gimana ya, ngomongnya? Gue mau minta tolong sama lo, Fi.” “Minta tolong apa? Bilang aja nggak usah sungkan,” ucap Kahfi membuka suara. “Gini, em…. Ini menyangkut ngidamnya Azwa. Dia pengen… lo usapin perutnya.” Semua orang yang ada di sana terkejut bukan main. Mereka kompak menatap Azwa yang menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Gue?” tanya Kahfi memastikan sambil menunjuk
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

65. Berubah

Hari demi hari telah berlalu. Satu minggu sudah Azwa menjalani kegiatan PKL di perusahaan Papi Kafka. Azwa ditempatkan di bagian pemasaran online yang pekerjaannya tidak terlalu berat. Dia tidak sendirian, ada mahasiswa dari kampus lain dan siswa SMK yang menjadi teman magangnya. Semua pegawai di sana pun begitu baik padanya. Mereka tidak membiarkan Azwa kerja berat-berat atas perintah Papi Kafka karena kehamilannya. Dan sesuai ucapan beliau waktu di pernikahan Kahfi, Papi Kafka sendiri yang menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Azwa. Dalam seminggu ini pula, Aufal sangat sibuk dengan pekerjaan membuat waktunya untuk Azwa berkurang. Hampir tiap hari dia lembur, bahkan tak jarang pulang larut saat istrinya sudah tertidur pulas. Kadang, Azwa merasa jenuh dan bosan karena tidak ada temannya. Dia bertemu Aufal hanya saat pagi sebelum berangkat ke kantor. Pulang PKL pun dia di rumah sendirian. Benar-benar membosankan. Semuanya berjalan lancar. Aufal yang sibuk kerja, sedangkan Azw
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

66. Kedai Nazhan

“Azwa, kamu pulang naik apa?” “Eh, Mbak Ilya. Naik ojol, Mbak, kayak biasanya.” “Oh…. Gimana kalau bareng aku aja?” tanya cewek bernama Ilya menawarkan. “Rumah kita kan searah. Lumayan hemat ongkos juga.” “Nggak usah, Mbak, makasih. Azwa udah pesen ojol ini.” “Gitu, ya? Yaudah deh, aku duluan, ya. Kalau ada apa-apa, hubungi aku aja.” “Iya, Mbak.” “Aku tinggal, ya. Kamu hati-hati. Dah….” Ilya berlalu dari hadapan Azwa menuju parkiran. Sebenarnya, Azwa berbohong mengenai pesan ojol. Pasalnya dia bingung mau kemana. Hari ini dia pulang agak awal. Pukul setengah empat. Masih terlalu awal untuk pulang ke rumah. Lagi pula kalau pun pulang, sudah pasti dia sendirian di rumah. Aufal mengirimkan pesan kalau akan pulang telat. Azwa menghembuskan napas bosan. Tangannya memain-mainkan ponselnya bimbang. Tiba-tiba dia teringat dengan Nazhan. Ah, iya, kenapa dia tidak main ke kedai milik cowok itu saja? Hm… ide bagus. Dengan semangat, Azwa memesan ojol dengan alamat kedai Nazhan. Dia me
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

67. Selingkuh?

Aufal mendudukkan dirinya di sofa setelah meletakkan berkas di meja. Dia baru saja kembali dari ruang rapat. Kepalanya disandarkan dengan mata terpejam lelah. Kedatangan tim audit beberapa hari yang lalu membawa dampak cukup besar bagi perusahaan. Kekhawatirannya benar-benar terjadi yang mana masalah internal diketahui oleh publik. Harga saham menurun drastis membuat beberapa investor menarik pendanaannya karena perusahaan ini terbukti mengalami penurunan laba dan pendapatan yang signifikan. Selain itu, sejumlah perusahaan yang masih menjalin hubungan kerja sama pada akhirnya memilih mundur sehingga perusahaan ini sudah tidak mempunyai kontrak kerja sama dengan perusahaan manapun. Aufal merasa pusing memikirkan semua masalah itu. Belum lagi hasil rapat pemegang saham tadi yang berlangsung sangat alot. Beberapa dari mereka mengusulkan agar Aufal turun jabatan. Untungnya belum ada persetujuan terkait hal tersebut dan akan dilakukan rapat lagi kedepannya. Oleh karena itu, dia mas
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

68. Kak Nabhan

Azwa tak tahu harus menjawab apa. Dia berdiri dengan gelisah dan mata yang bergerak liar. Sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Nabhan. Hingga tak berapa lama, Nazhan datang bagaikan penyelamat baginya.“Kak Nabhan,” sapa Nazhan seraya mengulurkan tangannya mengajak salaman.Nabhan menerima uluran tangan Nazhan dengan senang hati. “Oi, Zhan. Lama nggak ketemu.”“Iya, Kak. Lo juga udah jarang ke sini lagi padahal gue nunggu pelanggan setia gue loh.”“Gue sibuk ngurus wisuda, belum lagi gue harus kerja. Jadi ya, gitu deh. Ini aja gue pulang kerja cepet, makanya gue sempatkan mampir.”Nazhan manggut-manggut paham. “Oh ya, lo pesen seperti biasa kan? Kebab original satu dibungkus.”“Yoi.”“Oke, ditunggu, ya.” Nazhan berlalu memasuki kedai untuk membuatkan pesanan Nabhan.Beberapa saat menunggu, cowok itu kembali dengan membawa pesanan Nabhan. “Nih, Kak, pesanannya.”Nabhan berdiri, menyerahkan uang kepada Nazhan, dan menerima pesanannya. “Thanks, Bro,” ujarnya. Dia melirik Azwa y
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

69. Kesedihan yang Terpendam

Aufal dan Azwa menikmati sarapan dengan tenang. Tak ada obrolan hangat seperti sebelum-sebelumnya. Sudah beberapa hari ini suasana di meja makan tampak lebih dingin tidak seperti biasanya. “Dek,” panggil Aufal setelah menyelesaikan sarapannya. “Kapan kita check-up lagi?” tanyanya begitu teringat kalau selama di sini Azwa sama sekali belum check-up. Azwa yang tengah membereskan piring kotor, menghentikan aktivitas. “Besok,” jawabnya singkat. “Jam berapa?” “Rencananya pagi sekitar jam delapan.” Aufal terdiam, tampak memikirkan sesuatu. “Maaf, Dek. Kalau besok, Mas nggak bisa nemenin. Mas ada meeting pagi.” Azwa tersenyum tipis menutupi rasa kecewanya. “Nggak papa. Pekerjaan Mas jauh lebih penting.” “Bukan gitu–” “Azwa ngerti.” Aufal mencekal lengan Azwa yang hendak pergi. “Sayang, maaf.” “Nggak papa. Azwa bisa pergi sendiri.” Azwa melepaskan tangan Aufal lantas berlalu ke dapur untuk mencuci peralatan makan. Mata bulatnya berkaca-kaca menahan tangis. Sungguh, hatinya benar-be
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

70. Keraguan

Satu minggu telah terlewati. Selama itu pula, hubungan Aufal dan Azwa menjadi renggang. Mereka semakin sulit menemukan waktu untuk berdua. Azwa bahkan belum memberitahukan hasil check up-nya kepada Aufal. Bukan tak mau ataupun lupa, tapi Aufal yang tidak memiliki waktu untuknya sama sekali, seperti menghindar. Berangkat ke kantor lebih pagi dan pulang semakin larut bahkan sampai tengah malam. Sebagai istri, dia mengerti kesibukan suaminya. Namun jika seperti ini terus, kapan Aufal punya waktu untuknya? Hingga pada akhirnya, Azwa mengikuti alur yang dibuat Aufal dengan bersikap cuek dan tidak peduli. Dia juga menjadi lebih dekat dengan Nazhan. Cowok itu mampu membuatnya bahagia walau dengan cara sederhana. Lalu bagaimana dengan perasaannya? Entahlah, Azwa tidak mengerti. Di satu sisi, perasaannya untuk Nazhan semakin bersemi. Namun di sisi lain, Azwa sedih, tak rela, dan kecewa saat Aufal mengabaikannya. Wanita itu ingin Aufal seperti dulu lagi. Aufal yang menyayanginya, Aufal
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status