All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 51 - Chapter 60

158 Chapters

51. Tradisi Lebaran

Allaahu akbar…. Allaahu akbar…. Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar. Allaahu akbar walillaahil hamd. Gema takbir di malam lebaran terdengar saling bersahutan di berbagai penjuru tempat, menandakan bahwa Ramadhan telah berakhir. Pada malam lebaran ini, semua anggota keluarga di rumah Azwa melakukan sungkeman, maaf-maafan, dan saling mendoakan yang terbaik untuk kedepannya. Hal tersebut sudah menjadi tradisi yang setiap tahun selalu dijalankan. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, keluarga Azwa bersilaturahmi ke rumah nenek, baik di pihak ayah maupun ibu. Kalau biasanya Azwa bisa berlama-lama di sana, tapi kali ini dia harus ikut suaminya ke rumah mertua. Kini, Azwa, Aufal, beserta keluarganya tengah berbincang seru di ruang tengah, minus Razan. Kakak pertama Aufal itu tidak bisa mudik tahun ini karena istrinya baru saja melahirkan beberapa hari yang lalu. Anak perempuan, cantik sekali membuat Azwa ingin memiliki satu yang seperti itu. “Kamu gimana, Sayang? Udah isi bel
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

52. Kemarahan Ardiaz

Azwa mendongak melihat seseorang yang menggenggam tangannya. “Mas Diaz?” gumamnya terkejut mengetahui orang itu adalah kakaknya sendiri. Laki-laki itu menatap tajam semua orang yang ada di ruangan ini. Rahangnya mengeras dengan sebelah tangan terkepal kuat. Dia dibuat sangat terkejut begitu tiba di rumah ini langsung melihat adiknya yang diperlakukan tidak baik. “Jadi seperti ini perlakuan kalian terhadap adik saya?” tanya Diaz dingin. “Kenapa emangnya? Salah? Wajar dong. Dia sebagai menantu sekaligus tuan rumah harus membantu mertuanya melayani tamu. Apa kau tak tau itu?” sahut wanita bertubuh gempal. “Iya! Saya sangat tau tugas menantu perempuan di rumah mertuanya, tapi bukan berarti kalian bisa berlaku semena-mena terhadap adik saya. Kalian tidak membiarkannya berhenti bekerja barang sejenak! Apa kalian tidak bisa melihat wajah kelelahannya?!” Azwa menarik pelan lengan sang kakak. “Udah, Mas, jangan bikin keributan di sini.” Diaz tidak menghiraukan Azwa. Dia tetap meluapkan
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

53. Kekecewaan Aufal

“Puas kalian begini?! Udah puas kalian menghinanya, hah?!” “Perempuan miskin yang kalian hina itu istriku! Kalian menghina dia sama aja menghinaku!” murka Aufal sambil menunjuk dirinya sendiri. Napasnya memburu tanda emosi menguasai jiwa. “Kok marah? Kenyataannya emang kayak gitu kok. Istrimu itu berasal dari keluarga miskin yang levelnya sangat jauh dari kita,” balas sepupu perempuan Aufal. Sontak, Aufal menatap sengit orang itu. “Kenapa kalau miskin? Yang penting dia nggak miskin akhlak kayak kamu!” tudingnya. “Aufal Aufal…. Kamu itu jadi laki-laki terlalu bucin sampai-sampai bertindak bodoh dengan melawan kami demi bela istri macam dia,” sahut sepupu yang lain. “Yang bodoh itu kalian, nggak bisa bedain mana yang baik dan mana yang buruk. Hanya karena status sosial yang rendah, semuanya kalian anggap buruk.” “Percuma pendidikan tinggi kalau mulutnya aja nggak disekolahkan juga. Percuma punya kedudukan bagus, tapi akhlak, adab, dan sopan santun nilainya nol besar.” “Seperti in
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

54. Hampir Kehilangan

Aufal menggeleng tegas. “Nggak, Mas. Aku nggak akan pulang sebelum bertemu dengan Azwa. Tolong, biarkan aku menemuinya.” “Kalau udah ketemu, kamu mau apa? Mau menyakitinya lagi? Mau bikin adikku tersiksa lagi? Iya?!” sentak Diaz. “Aku nggak akan tega melakukan itu, Mas.” Aufal menghela napas panjang sebelum melanjutkan, “aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas nama keluarga besarku. Kejadian hari ini tuh benar-benar diluar kendaliku.” Diaz tersenyum mengejek. “Baru kejadian itu aja kamu udah melanggar janji. Orang tuamu nggak bisa membela Azwa di hadapan keluarganya sendiri. Kamu juga nggak bisa selalu ada di samping Azwa. Gimana nanti seterusnya?” “Aku pastikan nggak akan terulang lagi,” balas Aufal tegas. “Tolong, izinkan aku bertemu istriku, Mas. Aku ingin tau keadaannya. Tadi aku lihat wajahnya pucat. Aku khawatir sama dia.” “Apa pedulimu? Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarin Azwa tenang di sini. Aku nggak–” “Diaz,” panggil Bunda Nawa memotong ucapan Diaz. Beliau datang
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

55. Anugerah Terindah

Azwar menatap suami dan kakaknya bergantian dengan sorot mata meminta penjelasan. Diaz mendekati Azwa. Dia menunduk dan mengusap kepala adiknya. “Alhamdulillah, kamu udah sadar, Dek.” Laki-laki itu tersenyum. “Mulai sekarang, kamu harus lebih hati-hati, ya. Nggak boleh ceroboh lagi,” katanya yang dibalas anggukan oleh Azwa. “Yaudah kalau gitu Mas tinggal, ya. Mau beli makan malam di kantin.” Diaz mencium kening Azwa lantas menegakkan tubuh. Dia menatap Aufal untuk beberapa saat seolah berkata, ‘kamu aja yang jelasin’ sebelum berlalu keluar ruangan. Azwa mengalihkan tatapannya ke Aufal. “Mas,” panggilnya pelan. “Iya, Sayang. Mas di sini.” Aufal dengan setia menggenggam tangan Azwa sesekali menciumnya. “Tadi Mas Diaz bilang janin. Janin siapa yang dimaksud?” Aufal terdiam sejenak kemudian menghela napas panjang. “Sayang, Mas minta maaf nggak bisa jagain kamu. Karena kelalaian Mas ini, kita hampir aja kehilangan calon anak kita.” Azwa mengerutkan keningnya. “Anak?” Aufal mengan
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

56. Wanita yang Dipanggil Ibu

Azwa berjalan di sepanjang koridor rumah sakit tanpa alas kaki. Dia merasa bosan di kamar rawat sendirian sehingga memilih untuk jalan-jalan tanpa menunggu Aufal. Lagi pula, dia masih enggan berbicara dengan suaminya dan sengaja menghindar barang sejenak. Perempuan itu melangkah sambil merenung. Dia masih tak percaya kalau saat ini dirinya tengah mengandung. Ada malaikat kecil yang tumbuh dalam rahimnya. Semuanya masih terasa mimpi.Tiba di ruangan khusus bayi, kaki Azwa berhenti melangkah. Dia mendekati jendela kaca transparan yang memperlihatkan aktivitas di dalam sana. Tatapannya tertuju pada sejumlah bayi yang berada di ranjang kecil. Ada yang tidur dan menguap. Ada yang membuka mata dengan berkedip-kedip lucu. Ada pula yang menangis karena merasa lapar. Tangan Azwa terangkat menyentuh kaca itu. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman manis ketika membayangkan kelak bayinya mungkin akan menjadi salah satu di antara mereka.Makhluk kecil itu tidak berdosa. Ia lahir atas
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

57. Menerima Kehadirannya

Siang perlahan berganti menjadi sore, tetapi Aufal masih belum juga menemukan keberadaan istrinya. Kini, dia tengah berjalan di koridor lantai dua setelah sebelumnya berkeliling di daerah lantai tiga. Entah kemana lagi dirinya harus mencari Azwa di rumah sakit sebesar ini. “Kamu pergi kemana, Sayang?” gumamnya penuh kekhawatiran. Aufal terus melanjutkan langkahnya mencari Azwa. Hingga pandangannya tak sengaja mengarah ke seberang dekat ruangan tertutup. Di sana tampak dua orang perempuan berbeda usia berjalan menuju ke arahnya yang tak jauh dari lift. Pria itu memicingkan mata memastikan jika penglihatannya tidak salah mengenali. Tak ingin membuang waktu, dia pun segera menghampiri mereka. “Dek Azwa,” panggilnya membuat dua orang perempuan itu menoleh. Aufal langsung menarik perempuan muda yang merupakan Azwa ke dalam dekapannya. Dia beralih menangkup wajah istrinya. “Kamu baik-baik aja kan, Sayang? Nggak ada yang luka, hm?” “Azwa baik-baik aja, Mas,” balas Azwa dengan senyum pa
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

58. Persiapan PKL

“Sayang, beneran nggak papa Mas tinggal?” tanya Aufal menatap istrinya khawatir. Dia berdiri di teras rumah Azwa dengan penampilan yang sudah rapi. “Beneran, Mas. Kan semalam kita udah bahas ini. Mas, nggak usah khawatir. Azwa baik-baik aja kok,” jawab Azwa disertai senyuman meyakinkan. Hari ini, Aufal memutuskan ikut Papa Wirya ke Jakarta untuk melihat dan mengatasi masalah di kantor. Dia yang mempunyai keahlian dibidang IT mau tak mau harus turun langsung dan tidak bisa diwakilkan. Kemarin setelah perdebatan alot karena Azwa juga tidak memperbolehkannya pergi, Bunda Nawa memberikan solusi tengah-tengah. “Biarkan Aufal di sini dulu satu hari, Pak Wirya. Azwa sekarang ini juga sangat membutuhkan suaminya. Nanti biar kami yang membujuknya agar mengijinkan Aufal pergi.” Solusi dari Bunda Nawa itu langsung disetujui oleh semuanya. Dan pagi ini sesuai kesepakatan bersama, Aufal harus kembali ke Jakarta meski masa cutinya belum habis. “Pergilah, Mas. Perusahaan sedang membutuhkan M
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

59. Sebuah Kabar

Meyra mengerjapkan matanya berkali-kali. “Hah?! Jadi beneran?” tanyanya sangat antusias. “Apanya yang beneran?” Bahira menatap Meyra dengan pandangan penuh tanya karena masih mencerna apa yang terjadi. “Ini maksudnya gimana sih?” sambung Eliza. Azwa tersenyum malu dan mengangguk pelan menjawab pertanyaan Meyra. “Iya.” “Serius, Wa, kamu hamil?! Nggak bohong kan?” Meyra langsung melompat duduk di dekat Azwa, begitu pula dengan Bahira yang langsung merapat. “Ck! Iya, Mey. Ngapain aku bohong? Aku mengandung anaknya Mas Ofa.” Azwa bangkit untuk mengambil ponselnya yang terletak kasur, mengutak-atik sebentar, kemudian kembali duduk di tempat semula. “Nih, kalau nggak percaya.” Ketiga sahabat Azwa merapat guna melihat layar ponsel yang menampilkan foto USG. Sontak, Meyra memeluk Azwa erat. “Alhamdulillah, selamat, Azwa. Ya Allah…. Tak lama lagi kamu akan jadi ibu.” Bahira tersenyum bahagia mendengar kabar itu. “Alhamdulillah. Sumpah, aku nggak nyangka, Wa.” “Selamat, Azwa,” ucap E
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

60. Datangnya Masa Lalu

Azwa mematung menatap sosok yang berjalan mendekat ke arahnya. “Na–nazhan,” lirihnya. “Aila, ternyata beneran kamu. Aku takut salah orang tadi,” ujar seseorang yang memiliki nama Nazhan saat sampai di hadapan Azwa. Azwa bergeming. Dia menatap Nazhan dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada perasaan berkecamuk dalam dadanya. “Ai? Aila. Hey, ini beneran kamu kan?” Nazhan menjentikkan jarinya di depan wajah Azwa. “Eh? I-i-iya,” jawab Azwa gugup, bahkan sekarang tangannya berkeringat dingin. Rasanya campur aduk bisa bertemu Nazhan kembali setelah sekian lama. Nazhan adalah teman semasa SMA Azwa yang berkuliah di kota ini, tepatnya di kampus impian Azwa. Cowok yang bernama lengkap Muhammad Nazhan Alghifary itu menjadi satu-satunya cowok yang berteman dekat dengan Azwa. “Sungguh, aku nggak nyangka bisa bertemu kamu di sini. Kamu apa kabar?” “Ba-baik.” Saking gugupnya, Azwa berbicara dengan singkat. Jantungnya pun tak berhenti berdetak normal malah semakin cepat. Dia takut, Nazhan b
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more
PREV
1
...
45678
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status