All Chapters of Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Chapter 31 - Chapter 40

158 Chapters

31. Video Call

Suamiku Sayang😘 : [Assalamualaikum, Sayang. Video call, yuk. Udah selesai kan pekerjaan rumahnya?]Azwa yang baru saja selesai memakai skincare pagi tersenyum membaca pesan dari sang suami. Jemarinya dengan lincah mengetikkan balasan.Azwa : [Wa'alaikumsalam, Mas. Hayuk]Hanya butuh beberapa detik pesan yang semula centang dua kini berubah menjadi warna biru. Tak lama kemudian ada panggilan masuk berupa video berasal dari orang yang sama.Azwa lebih dulu mengatur posisi dan pencahayaan yang pas, menata sedikit tatanan rambutnya yang tergerai sebelum menggeser tombol biru. Dan terpampanglah wajah rupawan Aufal sedang tersenyum manis. Lelaki itu mengenakan kaos hitam dengan wajah tampak fresh seperti habis mandi. Rambutnya yang sedikit berantakan menambah kesan tampan dan keren. Untuk sejenak, Azwa terpukau menatap penampilan Aufal yang tampak berbeda di matanya. Atau mungkin efek kerinduannya?“Assalamualaikum, Sayang,” sapa Aufal.“Wa'alaikumsalam, Mas.”“Masyaallah, cantiknya istri
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

32. Bersama Eliza

Hari Senin perkuliahan hanya sampai pukul sepuluh pagi karena dosen mata kuliah kedua tidak hadir. Beliau hanya memberikan tugas untuk melakukan presentasi mandiri sekaligus mencatat siapa saja yang mengajukan pertanyaan selama presentasi berlangsung.Sesuai rencana, Eliza mampir ke kos Azwa sepulang kuliah. Hanya sendirian, sedangkan Meyra dan Bahira pulang ke tempat tinggal masih-masing. Dia jadi lebih leluasa dan punya banyak waktu untuk bercerita sebelum berangkat mengajar ngaji.Azwa dengan setia mendengarkan keluh kesah Eliza tentang diskriminasi yang dialaminya saat berada di organisasi Islam Fakultas hanya karena berbeda kufu. Dia tidak tahu harus memberikan solusi seperti apa. Jadi, yang bisa dirinya lakukan adalah menenangkan dan memberikan dukungan positif kepada Eliza.Sudah sejak dulu Azwa dijadikan tempat curhat oleh teman-temannya. Dia mampu menjadi pendengar yang baik dan menampung semua cerita mereka. Namun untuk curhat tentang dirinya sendiri, Azwa pilih-pilih teman.
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

33. Tentang Utang

Azwa meraih ponselnya lantas kembali membuka room chat Papa Wirya. Ditatapnya sekali lagi dengan perasaan ragu. Dia menarik napas dalam-dalam guna mengurangi rasa gugupnya.Bismillahirrahmanirrahim.Jarinya yang gemetar menekan tombol panggil. Azwa menunggu dengan jantung yang berdetak cepat. Hingga sebuah suara bariton membuatnya sangat terkejut bahkan hampir menjatuhkan ponsel.“Assalamualaikum, Azwa.”“Wa-waalaikumsalam, Pa,” jawab Azwa gugup. Dia mengernyitkan dahi heran. “Papa tau?”Terdengar suara kekehan kecil di seberang sana. “Tentu, Nak. Papa udah nyimpen nomormu dari awal. Gimana kabarmu di sana? Sehat?”“Azwa sehat, Pa. Papa sendiri gimana kabarnya sama Mama?” Azwa berusaha berbicara santai, meski jantungnya tak ada santai-santainya sedikitpun.“Alhamdulillah, Papa sama Mama juga sehat. Tumben sekali kamu menelepon Papa. Ada apa?”“Papa sibuk?”“Nggak terlalu sih. Ya, seperti biasa ngecek laporan perusahaan sama nyiapin berkas buat besok.”Azwa manggut-manggut paham. “Azwa
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

34. Menjemput Istri

“Gue masih nggak nyangka kita bisa memenangkan tender itu. Lo hebat, Fal, bisa bikin pemerintah kota ini yakin dan akhirnya kita dipercaya buat menangani proyek itu.”Aufal yang fokus mengemudi menatap sekilas ke arah spion di mana seorang perempuan duduk di jok belakang. “Lo terlalu berlebihan, Ray. Semua ini juga berkat bantuan kalian para tim gue.”Perempuan yang dipanggil 'Ray' itu mengangguk. “Tetep aja lo punya pengaruh besar. Kalau nggak ada lo, nggak mungkin kita bakal berhasil.”“Ingat, ini baru awal. Kita dikasih waktu maksimal enam bulan dihitung mulai awal bulan depan,” sahut Danang yang duduk di samping Aufal. Dia tampak sibuk mengutak-atik tabletnya.“Kalau bisa lebih cepat malah lebih bagus,” lanjutnya seraya menoleh ke samping dimana Aufal berada.“Sebisa mungkin jangan sampai mengecewakan mereka. Ini amanah buat kita.” Aufal kembali memusatkan perhatiannya pada jalan raya yang tampak macet. “Besok kalian semua balik ke Jakarta jam berapa?”“Pagi, sekitar jam delapanan
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

35. Hari Bersamamu

Seminggu ini Aufal menghabiskan waktu di Surabaya. Setelah menyelesaikan urusan bisnisnya selama empat hari kemarin, dia masih memiliki waktu tiga hari untuk dihabiskan bersama istri tercinta sebelum kembali ke Jakarta.Azwa sangat bahagia hari ini. Setelah sekian lama mendekam di kosan, akhirnya dia melihat dunia luar juga. Aufal mengajaknya ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi. Selama ini dia tidak pernah keluar kemana-mana. Paling mentok di Plaza yang paling dekat, itu pun bisa dihitung dengan jari. Bukan tidak mau pergi, tapi tidak ada yang mengajak. Pernah diajak ketiga temannya, sayangnya cuma wacana saja.Aufal lebih dulu mengajak Azwa jalan-jalan di Plaza, salah satu mall terbesar di Surabaya. Banyak hal yang mereka lakukan di sana, mulai dari foto booth, bermain di time zone dan berakhir dengan belanja. Aufal membebaskan istrinya membeli apapun yang diinginkan.“Dek, kok diem aja? Ayo, pilih lagi mana yang kamu suka.” Aufal sibuk memilih barang yang sekiranya cocok
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

36. Memilikimu Seutuhnya

Azwa berdiri di depan cermin meja rias. Tangannya menyisir rambut yang tergerai jatuh di sebelah bahu. Dia menatap pantulan dirinya di dalam cermin itu. Baju berbahan tipis warna biru muda membalut tubuhnya dengan indah.Gadis itu menyiapkan diri untuk menyambut kepulangan Aufal dari masjid. Berkali-kali dia menarik napas dalam-dalam berusaha meyakinkan hati agar tidak ragu.Kalau bukan malam ini, mau kapan lagi?Pintu kamar terbuka diikuti kemunculan Aufal. “Assalamualaikum, Sayang,” sapanya sambil menutup pintu. Dia meletakkan sajadah beserta pecinya di meja, masih belum melihat ke arah Azwa. “Maaf, Mas pulang telat soalnya tadi diajak Pak RT hadiri acara–” Ucapan Aufal terpotong begitu tatapannya mengarah ke sang istri.“Wa'alaikumsalam, Mas.” Azwa tersenyum membalas tatapan suaminya lewat pantulan kaca.Aufal tertegun melihat penampilan istrinya malam ini. Dengan senyum mengembang, dia melangkah mendekati Azwa. Dipeluknya tubuh mungil itu dari belakang. “Kamu serius, Sayang? Hm?
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

37. Kekhawatiran Azwa

Hari Minggu yang sangat cerah. Mentari bersinar dengan gagahnya di luar sana memberikan semangat dalam menikmati waktu weekend. Burung-burung pun terbang bebas dan berkicau dengan riangnya setelah seharian kemarin mendekam dalam sangkar karena hujan mengguyur bumi.Akan tetapi, berbeda dengan perempuan bernama Azwa ini. Raut wajahnya tak secerah cuaca di luar. Dia terdiam, merenung, dan melamun. Tayangan televisi sudah tak menarik lagi baginya. Otaknya memutar kejadian satu hari yang lalu, dimana dia telah menyerahkan segalanya kepada Aufal. Tidak. Azwa sama sekali tidak menyesal. Justru dia bahagia bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Namun, ada ketakutan yang tersirat dalam mata bulatnya.Aufal yang sudah membereskan barang-barangnya untuk dibawa kembali ke Jakarta memutuskan menghampiri Azwa di ruang keluarga. Dia mengernyitkan dahinya melihat sang istri yang duduk dengan tatapan kosong. “Sayang,” panggilnya dengan menyentuh pundak Azwa pelan.“Astaghfirullahaladzim,
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

38. Masalah Mulai Timbul

Azwa menggigit bibir bawahnya. Ini dia sedang tidak lamar oleh Acha untuk kakaknya kan? Sumpah! Ini mendadak banget. Dia harus jawab apa? “Em
. Kalau itu Acha bilang sama Kakak aja, ya.” Tiba-tiba lampu dalam otaknya menyala. Dia tersenyum miring. “Emang kakaknya Acha mau sama Mbak?” tanyanya dengan maksud bercanda.“Kenapa nggak mau? Mbak kan cantik, baik, penyayang. Tenang aja, Mbak, apapun pilihan Acha, Mas Can pasti setuju.”Azwa menepuk jidatnya. Ini bocah kenapa ngotot banget, ya? Dia jadi bingung mau menjawab apa. “Iya, tapi bukan–”“Assalamu'alaikum.”Azwa menghembuskan napas lega. Alhamdulillah, dia terbebas dari pembahasan itu dan tidak harus menjelaskan secara rinci pada Acha. Dia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Pantas saja.“Waalaikumsalam.”Tak lama, muncullah Candra yang memasuki ruang keluarga. Dia langsung menghampiri sang adik dan mencium pucuk kepalanya. Saat tak sengaja matanya bertemu pandang dengan Azwa, dia mengulas senyum manis.A
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

39. Solusi dari Papa

“Fal,” panggil Andra sambil mengetuk pintu kamar mandi di kamar Aufal. “Lo nggak papa?”Tak ada sahutan, hanya terdengar suara orang muntah-muntah dari dalam membuat Andra semakin khawatir. Pasalnya, hampir setiap pagi sahabatnya selalu seperti ini. Sudah berkali-kali pula dia mengajak Aufal ke dokter, tapi ditolak mentah-mentah.CeklekPintu kamar mandi terbuka menampakkan Aufal dengan wajah pucat dan berpegangan pada tembok seraya memegangi perut. Tubuhnya terasa lemas. Perutnya juga masih mual, padahal tidak ada yang dikeluarkan.Andra membantu Aufal duduk di ranjang. “Lo kalau masih sakit, nggak usah masuk aja.”Aufal menggeleng. “Gue harus masuk. Kerjaan numpuk di kantor. Gue nggak mau dianggap nggak profesional dan lari dari masalah.”“Tapi lo sakit, Fal. Lo nggak boleh maksain diri.”“Ndra, harus berapa kali sih gue bilang? Gue beneran nggak papa. Jangan terlalu khawatir sama gue.”“Ya ya ya, serah lo, Fal, serah lo! Percuma gue ngomong panjang lebar, tapi nggak lo dengerin.”A
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

40. Semakin Kacau

Masalah kantor perlahan-lahan mulai teratasi. Hal tersebut dikarenakan Aufal mengikuti semua saran dari ayahnya yang lebih berpengalaman. Selain itu dengan bantuan Sheilla, akhirnya dia berhasil menemukan letak kesalahannya. Oleh karena itu, Aufal mengadakan rapat besar bersama dengan jajaran manajer untuk mengambil tindakan tegas. Semua laporan harus diperiksa dahulu oleh Sheilla sebelum sampai di tangannya. Begitu pula dengan transaksi atau pendanaan yang hendak keluar juga harus melalui persetujuan Sheilla. Gadis itu bertanggung jawab untuk mengecek satu persatu transaksi, apakah sudah sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya atau bukan. Keputusan tersebut mendapatkan protes dari Danang. Tugas pengecekan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya kini dialihkan kepada Sheilla yang merupakan orang baru di kantor. Tentu saja dirinya tidak terima. “Lo udah nggak percaya sama kita lagi?” tanya Danang waktu itu bersama dengan Raya yang berdiri di sampingnya. Perempuan itu hany
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more
PREV
123456
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status