Semua Bab Menikah Muda dengan Anak Rentenir: Bab 21 - Bab 30

158 Bab

21. Bertemu Sahabat

Hari Kamis sesuai dengan jadwal, Azwa bersama teman-temannya akan melakukan bimbingan DPA. Sebenarnya bukan bimbingan, lebih tepatnya meminta tanda tangan KRS (Kartu Rencana Studi) dan KHS (Kartu Hasil Studi) pada DPA sebagai syarat untuk menempuh semester selanjutnya.Azwa pergi bersama ketiga sahabatnya yang kebetulan memiliki jadwal di hari yang sama. Pagi ini dia dijemput oleh Eliza seperti biasa.“Hai gaessss! Assalamualaikum, selamat pagi," sapa Almeyra yang kerap disapa Meyra yang baru saja datang di gazebo dekat GA1 (Gedung Akuntansi). Dia langsung mengambil tempat di samping Azwa.“Wa'alaikumsalam, pagi” balas Azwa dan Eliza yang sudah tiba lebih dulu.“Aku kangen banget sama kalian.” Meyra menatap teman-temannya satu-persatu. “Akhirnya, ketemu lagi.”“Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan buat bertemu lagi,” sahut Bahira, lalu pandangannya beralih ke Azwa. “Gimana-gimana, Wa?” Dia menampilkan senyum menggoda dan menaik turunkan alisnya.Azwa mengernyitkan dahi bingung.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

22. Permintaan Azwa

Azwa terdiam. Diingatkan tentang beasiswa membuat hatinya kembali resah. “Itu yang jadi masalah utamanya. Aku nggak punya solusi buat itu. Ayah-bunda sama kakakku juga memikirkan masalah ini. Kami sepakat untuk merahasiakan pernikahanku selama di kampus. Suamiku juga udah setuju dengan itu.” “Jadi, aku minta tolong banget sama kalian buat merahasiakan pernikahanku, ya. Jangan sampai ada yang tau, apalagi sampe didengar oleh dosen-dosen kita. Aku nggak mau beasiswaku dicabut. Please, aku minta tolong sama kalian,” pintanya seraya menangkupkan kedua tangan memohon. Meyra merangkul bahu Azwa. “Tenang, Wa, rahasia kamu aman sama kami.” “Iya, Wa, nggak usah khawatir. Kami nggak akan bilang siapa-siapa tentang ini.” Bahira ikut mengusap lengan Azwa. “Makasih.” “Kamu ini, kayak sama siapa aja.” “Kalau kalian mau tau, inilah alasannya kenapa aku nggak ngundang kalian dan teman-teman lainnya,” ungkap Azwa. “Tuh kan, benar. Pasti ada alasan yang kuat kenapa kamu nggak undang kami,” sahut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

23. Kembali Rutinitas

Azwa kembali menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa. Perkuliahan semester enam mulai aktif. Beberapa dosen juga sudah memberikan tugas, baik kelompok maupun individu. Aktivitas sehari-hari pun tidak berubah banyak. Bedanya, jika dulu Azwa teleponan dengan bunda, sekarang beralih ke Aufal. Oleh karena itu, hubungan Azwa dan Aufal semakin dekat walaupun terbentang oleh jarak. “Wa, aku bener-bener nggak nyangka banget saat tau kalau kamu udah nikah secepat ini apalagi bukan sama si Doi,” ujar Meyra yang siang ini berkunjung di kosan Azwa sepulang kuliah. Diantara ketiga temannya, Azwa paling dekat dan akrab dengan Meyra. Dia sudah menceritakan kisah cintanya pada gadis itu. Meyra yang menjadi tempat curhatnya selama ini. “Aku bahkan lebih terkejut, Mey. Rasanya campur aduk, nggak bisa aku gambarkan dengan jelas. Paham kan maksudku?” Meyra mengangguk. “Gimana sama Doi? Kamu masih menyukainya? Atau udah move on?” tanyanya hati-hati. Azwa terdiam. Apakah dia harus mengatakan yang s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

24. Azwa Kenapa?

Azwa mengikuti teman-temannya menuju salah satu ruangan di GE3 untuk menghadiri seminar proposal skripsi milik kating. Sebenarnya, hari ini dia tidak ada matkul. Dia ke kampus niatnya untuk mengerjakan tugas metodologi penelitian bersama ketiga temannya. Namun, mereka malah berencana menghadiri sempro kakak tingkatnya. Mau tak mau Azwa mengikutinya agar bisa bareng-bareng. Menjadi audiens sempro adalah salah satu syarat agar bisa melaksanakan sempro di semester depan nanti. Sempro yang dihadiri minimal enam, tetapi Azwa baru mendapatkan tiga. Untungnya, di semester ini katingnya banyak yang sempro sehingga dia tidak terlalu khawatir kalau tidak kebagian. Sampai di depan ruangan, Azwa harus menelan kekecewaan karena kuotanya sudah penuh. Dia bersandar di tembok sambil memegangi perutnya yang semakin terasa sakit. Sudah sejak pagi perutnya terasa tidak enak. Mungkin magnya kembali kumat. Sudah minum obat juga, tetapi semakin ke sini rasa sakitnya semakin terasa. “Pulang, yuk. Kuo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

25. Sakit

Pagi hari Azwa tengah berbaring sambil memejamkan mata di kamar kosannya. Semalam dia tidak bisa tidur karena merasakan perutnya yang terasa diremas-remas. Berkali-kali pula dia harus bolak-balik ke kamar mandi akibat diare hebat. Makan pun rasanya tidak enak. Mual, pengen muntah, tapi tidak bisa. Entah kenapa, perutnya juga terasa nyeri saat dimasuki makanan. Sungguh sangat menyiksa. Namun, dia tetap harus makan agar tidak semakin parah. Usai sarapan tadi, Azwa langsung merebahkan kembali tubuhnya di kasur. Badannya benar-benar terasa lemas dan sakit kalau disentuh. Untungnya hari ini Azwa kuliah siang sekitar jam satu nanti. Jadi, dia bisa beristirahat sekarang. “Azwa, ada yang nyariin kamu di bawah,” ucap Nella, teman kos Azwa, di ambang pintu kamar. Azwa menoleh dan bertanya dengan suara lemah, “siapa?” “Nggak tau. Mending kamu temui aja, deh.” Azwa mengangguk dan perlahan bangkit dari tidurnya. Dia lantas mengenakan cardigan, rok panjang, serta kerudung karena sebelumn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

26. Syafakillah, Sayang

Azwa tidak menjawab melainkan memejamkan mata siap menerima perlakuan Aufal selanjutnya. Jarak keduanya tinggal beberapa senti, bahkan dia bisa merasakan hembusan napas Aufal menerpa wajahnya. Tinggal sedikit lagi sebelum…“Permisi, Mas Aufal, Dek Azwa. Makan siangnya udah siap, monggo makan siang bareng,” kata Mbok Yanti yang tiba-tiba masuk. Beliau dan suaminya, Pak Diman, dipekerjakan oleh Mami Asha untuk merawat rumah ini.Refleks, Aufal beralih memeluk atau lebih tepatnya membenamkan kepala Azwa di dadanya. “Hah? Oh iya, Mbok, iya. Nanti Aufal sama Azwa nyusul,” balasnya salah tingkah.“Eh! Maaf, Mbok ganggu. Dilanjut aja kalau gitu, permisi." Tanpa persetujuan, Mbok Yanti langsung keluar kamar.Azwa menepuk punggung Aufal keras. “Lepasin. Azwa… nggak bisa napas….”Aufal melepaskan Azwa. Gadis itu terlihat menarik napasnya dalam-dalam. “Hehehe… maaf-maaf. Bentar ya, Mas ambil makanan dulu.” Sebelum benar-benar keluar, dia mengecup bibir istrinya singkat.“Mas Ofa!”“Buat gantiin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

27. Pulih

Semakin hari, kondisi Azwa semakin membaik. Sekarang dia dalam tahap pemulihan. Semua itu karena semangatnya yang tinggi untuk sembuh agar tidak di opname. Aufal juga menjalankan perannya dengan sangat baik. Dia menjaga dan merawat Azwa dengan sepenuh hati, bahkan tak jarang cowok itu terjaga hanya untuk memastikan istrinya tidak ngedrop lagi.Hari Senin, seharusnya Azwa masuk kuliah. Berhubung masa istirahatnya sampai hari ini sesuai dengan saran dokter, jadi dia tidak masuk kuliah dulu.“Dek, kamu tau? Kemarin Mbok ngiranya kamu hamil loh,” kata Aufal seraya mengusap kepala Azwa yang bersandar di dadanya.“Hah? Kok bisa? Gimana ceritanya?”“Mas kan cerita semuanya tentang keadaan kamu, terus Mbok bilang mungkin kamu lagi ngidam. Mas jadi kepikiran, tapi semakin dipikirkan semakin nggak masuk akal. Nggak mungkin juga kan?”Azwa menegakkan badannya. “Ya, nggak lah, Mas!” balasnya ngegas.“Jangan ngegas dong, Sayang. Mas kan cuma mengatakan apa yang Mbok bilang. Tapi, Dek. Kalau dipiki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-28
Baca selengkapnya

28. Guru Privat

Sabtu ini Azwa beserta ketiga temannya menghadiri acara talk show nasional yang diadakan oleh jurusan. Semua mahasiswa Ekonomi Islam diwajibkan hadir karena mengusung tema tentang ekonomi Islam di era generasi millenial yang sangat bagus untuk menambah pengetahuan mereka. Pembicara yang diundang pun tak main-main, yakni dua pengusaha terkenal dan lebih mengejutkannya lagi salah satu pengusaha itu adalah orang yang tak disangka-sangka sama sekali. Dr. Kafka Rajendra Arzaquna, S.E., M.B.A. Azwa tentu saja sangat terkejut mengetahui itu. Sebelumnya, dia memang sudah pernah bertemu dengan Papi Kafka saat balik ke Surabaya bersama Mami Asha waktu itu. Azwa juga tak menyangka kalau Papi Kafka memiliki perusahaan besar dan terkenal yang dulu menjadi tempat suaminya bekerja. Dia bahkan ditawari secara langsung untuk bekerja di sana. Setelah menghadiri acara tersebut, Azwa beserta ketiga temannya kini tengah menikmati soto Lamongan di sebuah rumah makan daerah Betis Kulon. Acara makan b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

29. Namanya Acha

Siang ini matahari bersinar tidak terlalu menyengat. Awan putih yang bergumpal di atas sana menutupi sang surya bahkan di ujung selatan sudah ada yang mulai berubah menjadi kelabu. Mungkin beberapa jam kemudian akan turun hujan mengingat bulan ini masih musim penghujan.Azwa menatap pagar hitam yang menjulang di depannya. Dia menghembuskan napasnya berkali-kali guna mengusir kegugupannya saat ini. Hari pertama menjadi guru privat membuatnya sangat gugup. Ingat, ini adalah pengalaman pertamanya. Sekali lagi gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, memantapkan hati bahwa keputusannya sudah tepat. Bismillahirrahmanirrahim. Bantu Azwa, Ya Allah, ucapnya dalam hati.Dengan tangan yang sedikit gemetar, Azwa menekan bel rumah yang menempel di tembok sebelah kanan pagar. Beberapa saat menunggu, datanglah seorang wanita yang kira-kira seumuran dengan Mbok Yanti membukakan gerbang.“Mbak Azwa, ya?” tanya beliau sambil tersenyum.Azwa mengangguk dan tersenyum canggung. Saking gugupnya, lidahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

30. Keluarga Acha

Pukul 18.00 WIB, Candra baru menginjakkan kaki di rumahnya. Ini terlalu awal untuk pulang. Biasanya dia pulang minimal pukul sepuluh malam atau bahkan tidak pulang sama sekali. Namun, mengingat kejadian tadi siang, membuatnya khawatir dengan Azwa dan ingin mengecek secara langsung. Bukan apa-apa, Azwa terlalu pendiam untuk adiknya yang bendel. Menurut Candra, gadis itu bukan tipe orang yang mudah bergaul, sangat berbeda dengan guru privat sebelum-sebelumnya. Saat bersamanya saja, Azwa bicara singkat dan seperlunya apalagi ketika bersama sang adik. Dia tak tahu apa yang terjadi. Semoga dugaannya salah dan mungkin juga Azwa sudah pulang mengingat jam mengajar sudah habis.Candra mengerutkan keningnya heran saat memasuki ruang keluarga. Di sana, dua orang gadis tengah bercengkrama dengan sangat asyik sampai-sampai tak menyadari kedatangannya. “Ehm! Acha,” panggil lelaki itu.Acha menoleh diikuti oleh Azwa. “Mas Candra? Tumben Mas udah pulang?”Candra mengambil tempat di samping kanan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status