Dan kehebohan di kediaman Erlangga dimulai pagi itu. Suara teriakan dengan isi saling ejek terdengar hingga lantai bawah. Abdi dan kepala pelayan saling pandang sebelum akhirnya menggelengkan kepala bersamaan.Hari tenang itu sudah berakhir rupanya. Namun semua orang sepertinya menyukai suasana ini. "Kek, duluan ya. Telat. Rona nungguin." Zee mencium tangan Abdi takzim, bahkan pada kelapa pelayan, Zee melakukan hal sama."Gak sarapan dulu, Nduk. Wafa pesan gak boleh telat makan." Abdi menahan Zee. Telat? Siapa yang peduli, kalau kampus adalah miliknya."Sudah tadi minta sama Bibi dibekalin." Zee menyahut dengan langkah tergesa. Di tangga Zee berhenti, melihat Birru yang menjegal jalannya."Jangan mulai lagi. Aku telat," adu Zee."Salahmu sendiri." Birru tak mau kalah. Zee berdecak kesal, berlalu melewati sang suami. "Nduk, lupa ya." Suara Abdi membuat Zee kembali berbalik. "Apa?" Galak Birru, melihat Zee mengulurkan tangan. Zee manyun, hingga Birru tanpa sadar ikut mengulurkan tang
Read more