All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

347 Chapters

BAB 51

Alenta menarik tangannya perlahan, menjauh dari kaki Julia. Bingung ingin menjawab apa, Alenta termenung dalam kebingungan. “Kenapa kau diam saja, Alenta?” tanya Julia yang menjadi semakin penasaran. Julia ingin bertanya lebih dalam lagi, dia ingin mencecar Alenta. Seperti rasa haus, dia membutuhkan air untuk melepas dahaga. “Alenta, walaupun aku sendiri tahu benar otakku sedang kacau bahkan ingatan juga seperti semu, tapi aku tidak lupa bagaimana biasanya kau berpenampilan. Kau, sekarang seperti seorang pelacur, Alenta!” Terkejut sekali, sampai rasanya Alenta kehilangan detak jantungnya. Pelacur? Sungguh, Alenta benar-benar tidak menyangka kalau mulut kakaknya dapat menyebut dirinya dengan sebutan yang amat kotor seperti itu. Diremasnya kain dress rumahan yang dia gunakan, Alenta sedang berusaha dengan susah payah menahan suara tangisnya yang ingin pecah. Matanya sudah memerah, bibirnya mulai gemetar. Tapi, Alent
Read more

BAB 52

Julia menatap ponsel Edward yang kini sudah terjatuh di lantai, dan layar ponselnya juga sudah ada retakan yang terlihat jelas di sana. Edward hanya menatap ponselnya dengan ekspresi wajahnya yang dingin, tentu saja dia tidak ingin mempermasalahkan ponselnya yang terjatuh dan rusak. “Kau sedang mencari apa di ponselku?” tanya lagi Edward karena tak mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sebelumnya. Julia menggigit bibir bawahnya, dia tidak tahu harus menjawab apa. Edward menghela nafasnya, berjalan mendekati Julia untuk mengambil atau memungut ponselnya. Meski sudah tahu menjatuhkan ponsel miliknya, nyatanya Julia seperti tak memiliki keinginan untuk memungut ponsel tersebut. “Kalau kau ingin menggunakan ponselku, kau bisa bicara dulu denganku. Dengan begitu, aku bisa memberitahu sandi ponselku padamu, benar kan?” ujar Edward tak berekspresi sama sekali. Julia jelas gugup, namun dia sedang mencoba sebaik mungkin
Read more

BAB 53

“Sayang,” panggil Julia. “Jadi, mau sampai kapan kau akan berada di kamar ini?” tanya Julia. Mendengar pertanyaan dari Julia, Edward benar-benar terdiam dengan kebingungannya. Julia memang sedang sakit, Edward tentu saja tidak lupa tentang itu. Hanya saja, apakah seorang Ibu yang sakit bahkan tidak memilki niat sama sekali untuk memeriksa keadaan anaknya?Edward tidak bisa berkata-kata, dia diam dan hanya membiarkan saja Julia berpikir semaunya. “Sayang, kenapa tidak menjawab?” tanya Julia yang masih menunggu jawaban. Alenta yang mendengar itu merasa sedih, tidakkah kakaknya itu ingin melihat dulu keadaan Elea? Kalaupun memang tidak memiliki ikatan batin atau yang biasa disebut bonding, apakah bisa seorang Ibu kandung begitu acuh terhadap anaknya sendiri?Tadinya Alenta tidak ingin mengatakan apapun, tapi dia merasa sakit seolah mewakili perasaan Elea. “Kak, Elea sedang demam tinggi, apa kakak tidak ingin memeriksa keadaan El
Read more

BAB 54

“Elea, Ayah berangkat kerja dulu ya?” pamit Edward. Selesai sarapan, Elea langsung mengajak Alenta untuk bermain di teras depan rumah.Elea menganggukkan kepalanya patuh, dia tentu sempat ingin meminta Ayahnya untuk menggendong dan membawanya serta. Tapi, larangan dari Alenta membuat Elea mematuhinya. Edward tersenyum sembari mengusap kepala putrinya, lalu Sebentar mencium pipinya. Cup!Alenta membulatkan matanya, Dia benar-benar sangat terkejut karena Edward mencium pipinya padahal saat itu mereka berada di teras rumah dan bisa saja nanti Julia melihatnya. “Kak, jangan macam-macam!” peringat Alenta.Edward terkekeh pelan, mengabaikan saja peringatan dari Alenta. “Aku berangkat dulu ya, sayang...” bisik Edward dengan sengaja menggoda Alenta. Alenta menggigit bibir bawahnya, rasanya kesal sekali tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Edward mulai berjalan, saat dia akan masuk ke dalam
Read more

BAB 55

“Kau pasti sengaja mencelakai ku supaya kau bisa mengambil kesempatan, kau bermimpi ingin menjadi Nyonya rumah ini?” sindir Julia. “Kau benar-benar si cacat yang tidak tahu malu!”Tes....Air mata Alenta berjatuhan begitu saja, hatinya sakit luar biasa mendengar apa yang diucapkan oleh kakaknya barusan. Jika soal fisiknya yang tidak bisa dia elak, apakah pantas seorang Kakak kandung mengatakan semua itu? Alenta ingin marah, dia ingin membuat kakaknya mengerti bahwa apa yang dia ucapkan barusan sangat menyakiti hatinya. Tapi, mengingat semua hal buruk terjadi juga karena dirinya, lidah Alenta begitu kelu. Kakaknya koma, penyebabnya adalah dirinya. Kakaknya marah, sakit hati dan kecewa juga karena dirinya. Melihat air mata Alenta jatuh, Julia semakin terprovokasi. Ditatapnya kembali wajah sang adik yang terlihat tak berdaya, matanya yang mencoba untuk menghindari kontak langsung dengannya seolah seperti solar yang membarakan ke
Read more

BAB 56

“Buka pintu gerbangnya, biarkan dia pergi!” perintah Julia. Alenta tidak memiliki niat untuk bereaksi, dia terlalu lelah. Penjaga pintu gerbang mengangguk pasrah, Julia adalah Nyonya rumahnya yang utama. Dengan terpaksa dia mulai mengeluarkan kunci, membukakan pintu gerbang tanpa kata. Melihat pintu gerbang sudah terbuka, Alenta bergegas menuju ke sana untuk keluar. “Jangan biarkan dia masuk ke rumah ini, kau akan diberhentikan kerja dan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru kalau sampai kau tidak mematuhi apa yang aku ucapkan!” peringat Julia. Satpam penjaga gerbang mengangguk dalam diam, namun tetap dia harus menghubungi atau mengirimkan pesan kepada Edward. Walaupun Julia adalah salah satu majikannya, tapi Edward jelas adalah penguasa rumah tersebut. Sejak awal, ia hanya menerima perjanjian dan menyanggupinya kepada Edward saja. Julia meninggalkan tempatnya, dia ingin segera masuk ke dalam kamarnya. Dia juga sud
Read more

BAB 57

Alenta mengerutkan dahinya, perlahan dia menggerakkan matanya yang tertutup agar terbuka. “Kau sudah bangun?” Suara itu terdengar jelas, Alenta bergegas menatap ke arah sumber suara. “Kak Edward?” ucapnya lirih. Edward tengah duduk di pinggiran tempat tidur, sejak tadi dia hanya memandang wajah Alenta saja. “Berbaringlah saja dulu, pelayan sedang memesankan makanan untukmu,” titah Edward. Alenta tidak ingin mengatakan apapun, dia terlalu lemah untuk itu. “Aku akan keluar sebentar, kau tidurlah lagi saja dulu,” ucapnya. Alenta mengangguk lemah. Edward bangkit, berjalan untuk keluar dari kamar itu. Alenta terdiam saat matanya bisa dengan jelas memperhatikan bahwa itu bukanlah kamar yang ada di rumahnya Edward, juga tidak seperti di hotel. “Kita bicara di depan saja,” ucap Edward kepada dokter yang beberapa saat tadi memeriksa keadaan Alenta. “Baik,” jawab Dokter itu.
Read more

BAB 58

“Apa yang kak Edward katakan sebenarnya?” tanya Alenta. Sorot matanya penuh tanya, otaknya yang penuh dengan rasa penasaran membuatnya menuntut Edward untuk menjawab semua rasa penasarannya. Melihat tekanan yang diberikan oleh Alenta melalui matanya Edward mulai mencoba untuk diam agar bisa berpikir dengan baik dan menyampaikan yang sebenarnya tanpa perlu melebih-lebihkan dan menutupi. “Kenapa kak Edward diam? Jangan bilang, kak Edward sendiri tidak tahu alasannya. Atau mungkin, kak Edward sedang berbohong?” tuntut Alenta. Edward mengarahkan tatapannya, jelas dia menunjukkan kepada Alenta secara langsung bahwa dia membantah pertanyaan yang juga tuduhan kepadanya. “Terlalu aneh jika aku mengatakan yang sebenarnya sekarang, kau akan menganggapku pria brengsek yang tidak berperasaan,” ungkapnya. Alenta semakin tidak mengerti, namun dia seperti putus asa untuk bertanya karena dia tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Read more

BAB 59

“Tapi, semua itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang terjadi kepada kita sekarang ini, kak!” ucap Alenta frustasi. “Ada!” Bentak Edward. Tatapan mata Edward yang begitu tegas, dia jelas ingin membuat Alenta tersadar dan berhenti menolak untuk mempercayainya. “Itu adalah alasan aku menikahi kakakmu, alasan aku membiarkan orang lain menyalahpahami segalanya! Aku melakukan kesalahan itu, dan aku tidak menyadarinya lebih awal,” ungkapnya jujur. Alenta masih tidak memahaminya. Dia ingat kalau dia memang pernah menyelamatkan seseorang beberapa tahun yang lalu, tapi dia tidak menyadari jika orang itu ternyata adalah Edward. “Aku selalu memberikan uang kepada kakakmu untuk biaya kehidupanmu, aku juga yang sudah membayar biaya sekolahmu sampai kau lulus kuliah. Aku memiliki niatan awal untuk menikahi mu, tapi kau masih terlalu muda. Aku bingung, lalu kakakmu memberikan saran untuk menjadi Kakak iparmu saja, menjadi suaminya kaka
Read more

BAB 60

“Tidak apa-apa, Kak. Pulang saja dulu, Elea pasti akan berhenti menangis kalau Kak Edward pulang,” pinta Alenta. Mendengar cerita dari Edward tentang Elea, dia merasa tidak tega. Rasanya, dia benar-benar ingin cepat berlari untuk mendapatkan Elea. Tapi, sadar tak bisa melakukan semua itu dan hanya bisa mengandalkan Edward sekarang. Edward menghela nafas, tentu dia sadar dia tidak memiliki pilihan lain. Meski berat harus meninggalkan Alenta di sana, nyatanya dia juga tidak bisa mengabaikan Elea. “Baiklah. Kau perbanyak istirahat, jika membutuhkan apapun kau tinggal panggil pelayan rumah. Ingat, jangan coba kabur karena itu akan percuma saja!” Peringat Edward. “Ngomong-ngomong, kita ada di rumah siapa?” tanya Alenta. Edward tersenyum. “Rumah kita!” jawabnya. Mendengar jawaban Edward, Alenta benar-benar hanya bisa bengong sendiri. “Aku pergi dulu ya, Sayang...” ucap Edward seraya bangkit dari duduknya. Meni
Read more
PREV
1
...
45678
...
35
DMCA.com Protection Status