All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 21 - Chapter 30

347 Chapters

BAB 21

Edward mencium bibir Alenta, dia sadar itu Alenta tapi dia tidak bisa menahan diri. Lagi pula, mereka bahkan sudah pernah melakukan hubungan intim beberapa kali. Ciuman bibir itu bisa terjadi karena, Edward yang tidak sengaja melihat wajah Alenta, begitu juga sebaliknya. Mereka saling menatap satu sama lain untuk beberapa detik, pada akhirnya Edward terbawa suasana begitu juga dengan Alenta. Terlalu mudah luluh, mungkin itu kata yang pantas diberikan kepada Alenta. Kebaikan Edward dengan merawat lukanya, menggantikan perban adalah hal yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain kepada Alenta sebelumnya. Alenta menggigit bibir bawahnya saat Edward mulai menjalankan ciuman bibirnya menuju ke bagian lehernya. Suasananya yang sepi di ruangan itu benar-benar mendukung mereka berdua. Tidak perlu khawatir soal luka Alenta, Edward sudah menyelesaikan semua itu. Tangan Edward sudah menjalar, menyentuh salah satu bagian dada Alenta dan memberikan tekanan serta gerakan pada jemarinya. Al
Read more

BAB 22

"Apa kau sedang menempatkan dirimu sebagai istriku?" tanya Edward, "apa yang terjadi padaku memangnya kau ikut andil di dalamnya?"Michael memaksakan senyumnya, tentu saja dia tahu benar bahwa sejak dulu sampai dengan sekarang Edward memang tidak pernah berubah. Paling tidak suka ada orang lain yang mencoba mencari tahu tentang kehidupan pribadinya, dan menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak ditanyakan. "Baiklah, intinya aku benar-benar turut berduka karena situasi istrimu saat ini benar-benar sangat memprihatinkan," ucap Michael terlihat tulus. Edward menganggukkan saja kepalanya. "Ngomong-ngomong, kau terlihat santai sekali seperti tidak terjadi sesuatu dengan istrimu. Atau jangan-jangan kau tidak menyayangi istrimu sama sekali ya? Seharusnya, kau berada di rumah sakit setiap hari untuk menemani istrimu, kan?" tanya Michael penasaran lagi. Edward menghela nafasnya. "Aku memang tidak setiap hari berada di sisinya. Bagaimanapun, kehidupan juga harus terus berjalan sesedih apapun
Read more

BAB 23

Alenta kebingungan sendiri melihat pelayan rumah Edward mondar-mandir, membawa barang-barangnya dan juga barang Edward untuk dimasukkan ke dalam kamar yang kemarin sempat di tempati untuk tidur. Melihat Edward berjalan ke arahnya sembari melihat ponsel, Alenta memutuskan untuk langsung bertanya kepadanya. "Kak," Edward menoleh ke arahnya. "Kenapa mereka memindahkan barang-barang ku, dan sebagian pakaian kakak ipar kesana juga?" tanya Alenta tak dapat menahan rasa penasarannya lagi. Edward terdiam sebentar sebelum pada akhirnya dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Edward menatap Alenta namun tak ada ekspresi khusus yang ditunjukkan di wajahnya. "Bukanya akan lebih baik kalau kita memiliki kamar tidur sendiri?" Alenta benar-benar terdiam karena dia tidak tahu harus bagaimana menanggapi jawaban dari Edward barusan. "Kau membutuhkan barang lain?" tanya Edward, "kalau masih ada yang kurang, kau minta pelayan rumah untuk membelinya."Alenta menggeleng. "Tidak, aku tidak k
Read more

BAB 24

"Kak?" panggil Alenta. Edward sontak menatap ke arah sumber suara di mana Alenta saat itu berdiri, menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca sama sekali. Edward menelan salivanya sendiri. Apa Alenta mendengar ucapannya barusan?Sofia mengerutkan dahinya bingung, Kenapa penampilan Alenta tidak seperti biasanya saat dulu dia datang ke rumah itu. Alenta menatap Edward dan juga Sofia secara bergantian, sebenarnya tidak nyaman untuk dia berada di sana saat itu. Tapi, ada hal yang cukup mendesak yang harus dia sampaikan kepada Edward. Alenta tidak mendengar apapun sebelumnya. "Ada apa, Alenta?" tanya Edward. "Ibuku ingin bicara dengan kakak ipar," jawabnya jujur. Alenta berjalan mendekat kepada Edward, lalu menyerahkan ponselnya yang masih terhubung dengan telepon dari ibunya. Edward menerima ponsel Alenta, mendekatkan pada telinganya. "Ada apa, Ibu mertua?" tanya Edward. "Edward, barusan Julia menggerakkan jari telunjuknya!" jawab Herin dari seberang telepon. Edward terdiam se
Read more

BAB 25

Begitu sampai di rumah sakit, Alenta dan juga Edward bergegas menuju ke ruangan di mana Julia berada bersama dengan Herin dan juga Ayahnya Alenta. "Edwar?" Herin tersenyum saat mendapati Edward tiba, namun senyum itu memudar saat dia melihat putri keduanya juga ikut. "Alenta, kenapa kau datang ke sini?" tanyanya tak senang. Alenta terdiam saat melihat ekspresi wajah ibunya yang terlihat kecewa, ingin menjawab tadinya tapi tiba-tiba saja dia memutuskan untuk diam saja. Padahal, dia hanya ingin melihat keadaan kakaknya secara langsung tetapi kenapa ibunya berekspresi seperti itu seolah-olah Alenta tidak memiliki hak untuk mengetahui keadaan Kakaknya sendiri. "Alenta juga ingin melihat keadaan kakaknya, itu bukan sesuatu yang salah, kan?" ujar Edward berharap tak ada perdebatan apapun. Ayahnya Alenta yang bernama Wilhem itu hanya bisa menghela nafas. Herin mengatakan kepada dirinya, sengaja melarang Alenta datang karena takut kecerobohan Alenta dapat membuat kondisi Julia semakin b
Read more

BAB 26

"Kalau saja kau tidak membuat kakakmu terjatuh dari tangga, kekacauan ini tidak akan pernah terjadi, Alenta." Alenta menggigit bibir bawahnya, walaupun memang benar kenyataannya seperti itu tetap saja Alenta merasa bosan mendengar kalimat yang sama keluar dari mulut ibunya. Tidak perlu terus diingatkan, nyatanya Alenta juga masih terus bisa mengingatnya dengan sangat baik sampai tidur pun tidak pernah bisa dia merasa nyenyak. "Aku tidak pernah memiliki niat untuk membuat kakak jatuh dari tangga, apalagi sampai seperti ini, Ibu." Alenta berkata dengan ekspresi wajahnya yang terlihat putus asa. Dia juga ingin mengatakan apa yang ingin dia katakan kepada ibunya, setidaknya agar ibunya tak terus-menerus mengulangi kalimat yang sama Padahal sudah tahu bahwa kalimat itu pasti akan sangat menyakiti Alenta. Herin mengalihkan pandangannya, enggan terlalu lama melihat wajah Alenta. Ada perasaan tidak tega terhadap Putri keduanya, namun juga ke
Read more

BAB 27

Selama di dalam perjalanan kembali dari rumah sakit, Alenta terus saja berpikir dengan amat rumit. Bagaimana bisa kakak iparnya itu tidak memiliki minat untuk menemani Julia di rumah sakit? Untuk ukuran seorang suami, Edward tentu saja kurang menunjukkan perasaan cintanya dan juga perhatiannya kepada Julia. Satu atau dua bulan setelah Julia dinyatakan koma, Edward memang hampir setiap hari berada di rumah sakit dan perusahaan. Selama 2 bulan itu pula, Edward hampir tak pernah menghabiskan waktu untuk bersama Elea. Tapi, perasaan Edward terlalu mudah berubah bukan?Menyadari jika sejak tadi Alenta terus melamun, terlihat memikirkan sesuatu, Edward yang penasaran pada akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Alenta. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Alenta tersentak kaget, dia melihat ke arah Edward yang masih fokus untuk mengemudi."Tidak ada," bohongnya. Edward tak ingin memaksakan orang yang tidak ingin memberitahun
Read more

BAB 28

Alenta menggigit bibir bawahnya menahan suaranya agar tak lepas saat Edward menghentak tubuhnya. Mereka sedang melakukan hubungan suami istri, namun waktunya benar-benar sangat kurang tepat bagi Alenta. Padahal, tadi Alenta sudah bersiap dan hanya tinggal berangkat saja ke cafe. Tapi, tiba-tiba saja Edward keluar dari kamar mandi dan menarik Alenta menuju ke tempat tidur. Alenta ingin menolaknya, tapi dia tidak terlalu berani. Dia pikir, hanya butuh waktu 15 sampai 30 menit saja. Nyatanya, sudah hampir satu jam Edward juga masih belum berhenti. Apa dia manusia? Alenta benar-benar tidak berkonsentrasi pada awalnya, entah mengapa dia merasa begitu malu padahal sudah beberapa melakukan hubungan intim seperti itu dengan Edward. Jika Alenta tidak merasakan apapun pada awalnya karena perasaan terhina dan bersalah, lantas kenapa dia baru mulai merasakan malu sekarang?Apakah ada yang berubah dengan perasaannya?"
Read more

BAB 29

Edward menatap Michael dengan tatapan serius. "Menurutmu, seberapa besar kemungkinan untuk Julia bisa bangun?"Michael mengangkat kedua bahunya, tentu saja dia tidak tahu karena dia bukanlah dokter. "Kau bisa menanyakan langsung saat bertemu dengan dokter itu. Tapi, setahuku juga dokter itu perlu memeriksa terlebih dahulu keadaan istrimu, dan menerima laporan kesehatan terakhir milik istrimu itu," jawab Michael. Edward menghela nafasnya, matanya menatap, menerawang mencoba untuk menimbang hal itu dengan sangat matang. Dia tidak ingin membuang-buang waktu jika memang benar dokter itu memiliki keahlian seperti yang diucapkan oleh Michael. Michael mengerutkan dahinya, netranya yang sejak tadi tertuju kepada Edward menjadi mulai menyelidiki mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Edward dengan ekspresi wajahnya yang tidak terbaca sama sekali. "Kau benar-benar tidak terlihat seperti suami yang sangat mencintai istrinya, kau seharusnya langsung bersemangat dan menghubungi
Read more

BAB 30

"Alenta!"Alenta dan juga Michael tersentak kaget mendengar Edward berteriak menyebut namanya. Mungkin, lebih tepatnya lagi Edward membentak Alenta. Dengan segera Alenta berjalan mendekati Edward. "Ada apa, kak?'' tanya Alenta gugup. Alenta tak berani melihat wajah Edward, tentu saja karena dia takut. Edward mengeraskan rahangnya menahan kekesalan. Melihat Alenta yang tadi sempat terlihat sangat manis dengan tersenyum kepada Michael, lalu tiba-tiba Alenta langsung berjalan mendekat ke arahnya begitu dia memanggil nama Alenta namun ekspresi wajah Alenta benar-benar berbanding terbalik dari wajah yang dia tunjukkan kepada Michael. Alenta nampak tertekan, ketakutan. Sungguh, Edward sangat tidak menyukai hal itu. Seharusnya, Alenta hanya menunjukkan ekspresi wajah seperti tadi di hadapannya saja bukan?"Masuk ke kamarmu, segera!" Titahnya tak terbantahkan. Alenta menganggukkan kepalanya, bergegas menjalankan kakinya menuju kamarnya. Setelah Alenta pergi, Edward menatap Michael yang
Read more
PREV
123456
...
35
DMCA.com Protection Status