Semua Bab Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Bab 111 - Bab 120

347 Bab

BAB 111

Di sore hari yang masih cerah, Edward, Alenta, dan juga Ron pergi berbelanja kebutuhan Ron juga kebutuhan mereka yang Alenta rasa kurang. Mainan sudah menumpuk sampai mobil hampir tidak muat. Tidak mungkin langsung pulang begitu saja, mereka memutuskan untuk pergi makan malam bersama. Di sebuah restauran yang tidak asing, Alenta ingat restauran itu adalah tempat dia dan juga Edward makan malam bersama untuk pertama kali. Senyum di bibir Alenta terbit, aneh sekali padahal mungkin hanya sebuah kebetulan saja tapi kesannya manis. “Ayo!” ajak Edward, dia langsung mengambil Ron untuk masuk ke dalam gendongannya. Menunggu Alenta keluar, Edward langsung merangkul Alenta. Ron menahan tangis di dalam gendongan Edward. Dia tidak ingin berada di dalam gendongan Edward, tapi juga tidak berani menangis. Mereka sampai, duduk di meja yang sudah di pesan Edward sebelumnya. Ada tempat duduk khusus untuk Ron, mempermudah
Baca selengkapnya

BAB 112

“Kemana saja kau ini, Edward?!” tanya Karina, menyambut kedatangan Edward di rumah sakit. Tidak ada jawaban yang diberikan Edward, dia terlalu malas untuk melakukannya. Fokus untuk melihat bagaimana keadaan Elea, Edward bahkan juga mengabaikan tatapan semua orang yang nampak mengharapkan jawaban darinya. “Ayah.....” panggil Elea pelan, matanya yang memancarkan kerinduan itu benar-benar terlihat jelas. Edward langsung memeluk Elea, mengusap kepalanya dengan lembut setelah memberikan beberapa kali kecupan di sana. “Bagaimana kabarmu hari ini? Maaf Ayah baru datang menemuimu,” ucap Edward. Mereka masih saling berpelukan, melepaskan rindu yang dirasakan satu sama lain. “Ayah dari mana saja?” tanya Elea, mungkin juga itu adalah bentuk protes darinya. Edward tersenyum, jelas dia tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada Elea dan di hadapan begitu banyak orang. Namun, Edward memiliki niat di dalam hatinya ak
Baca selengkapnya

BAB 113

Edward kembali ke rumah sakit sore harinya seperti yang dia janjikan. Sebentar dia menemui Elea untuk bermain dan mengobrol, dan lagi-lagi dia hanya bisa mengabaikan saja Julia yang ada di sana. Tahu, sejak Edward kembali datang ke rumah sakit Julia terus menetap ke arahnya seolah-olah meminta kepada Edward sebentar saja waktu untuk mereka bisa bicara. Sudah sangat lelah, Edward tidak ingin membuang-buang waktu untuk terus merasakan emosi di hatinya. Baginya, tenang dan tidak melakukan interaksi apa-apa bersama dengan Julia sudah sangat jauh lebih baik. Tapi, jelas aja Julia tidak akan menyerah begitu saja. “Bisa kita bicara sebentar di luar, Edward?” tanya Julia, ekspresi wajahnya yang terlihat begitu memohon dapat tersampaikan secara langsung kepada Edward. Namun, saat ini Edward benar-benar sangat malas untuk berbicara bersama dengan Julia. Edward menghela nafasnya, dia mengabaikan saja ajakan dari Julia barusan karena terlalu mal
Baca selengkapnya

BAB 114

Edward kembali ke rumah, sedang perasaan lelah dan penat yang dia rasakan sebisa mungkin tak dia bawa pulang ke rumah. “Kak, sudah pulang?” ucap Alenta begitu membukakan pintu untuk Edward, “bagaimana keadaan Elea? Kak Edward datang ke rumah sakit dulu, kan?” tanyanya. Edward tersenyum, dia tidak langsung menanggapi pertanyaan dari Alenta. Segera dia memeluk Alenta, sebentar mencium pipinya dan juga bibirnya. “Kak,” panggil Alenta yang benar-benar merasa sangat penasaran dengan keadaan Elea, tapi Edward justru tidak langsung memberitahunya membuat dia merasa sangat penasaran saja. “bagaimana keadaan Elea?”Mendengar Alenta yang tidak sabaran, Edward terkekeh pelan. “Dia baik-baik saja, Sayang. Tidak perlu mengkhawatirkannya begitu, kalau kau ingin bertemu secara langsung, tentu saja kau bisa menemuinya, iya kan?”Ucapan Edward barusan benar-benar membuat Alenta menghela nafas lesu. Bagaimanapun, tentu saja orang-orang di sekitar Elea t
Baca selengkapnya

BAB 115

“Kak Edward, kenapa kak Edward menceritakan tentang kak Julia sampai seperti itu?” tanya Alenta, ekspresi wajahnya terlihat kecewa, “kalau memang kak Edward tidak mencintai kak Julia, apa pantas kak Edward menceritakan hal buruk semacam itu?” Alenta menatap Edward dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tak percaya, dia kecewa karena menganggap Edward terlalu memburukkan Julia. Semalaman itu, Edward dan juga Alenta tengah menceritakan tentang kondisi elea yang mana pada akhirnya Edward menceritakan bahwa Julia pernah mencekoki Elea dengan obat tidur. Mendengar ucapan Alenta yang menjelaskan bahwa dia tidak mempercayai dengan apa yang diucapkan olehnya, Edward jadi menghela nafasnya. “Kau bisa tanyakan langsung kepada Julia sendiri, juga dengan kedua orang tuamu.” jawab Edward tak terlihat merasa takut sama sekali. Alenta benar-benar tidak bisa mempercayai apa yang diucapkan oleh Edward sebenarnya. Mengingat bahwa Julia adalah ibu kandungnya Ele
Baca selengkapnya

BAB 116

“Wanita ini, yang Ibu ucapkan dengan nada sinis itu, dia adalah istriku. Jadi, jagalah cara bicara Ibu kalau tidak ingin menyesal,” ucap Edward, lalu mengajak Alenta untuk semakin masuk dan bisa melihat Elea lebih dekat lagi. Mendengar peringatan dari Edward, Karina sebenarnya merasa sangat kesal. Dia ingin memprotes ucapan Edward tapi juga tidak mungkin membuat keributan. Herin terus menatap Alenta, matanya memerah menahan tangis hanya saja dia tidak tahu bagiamana cara mengajak Alenta bicara karena Alenta terus menghindari kontak mata dengannya. “Hai, Elea?” sapa Alenta. Elea yang sejak tadi hanya berbaring, dia terus menatap Alenta seperti tengah menerka dan coba mengingat siapa Alenta. “Ayah....” panggil Elea, dia tidak dapat mengingat tentang Alenta, justru merasa takut hingga mencoba berlindung kepada Ayahnya. Mendengar Elea memanggil dirinya, dengan segera Edward mengulurkan kedua tangannya dan membawa Elea masuk ke
Baca selengkapnya

BAB 117

“Kak Edward,” panggil Alenta, dia berharap Edward tak terus membahas soal Ron di hadapan Karina dan juga Herin. Edward menghela nafasnya, dia tentu saja paham apa maksud Alenta memanggil namanya. kembali fokus kepada Elea, Edward harus membujuk Elea karena dia juga harus mengerjakan beberapa hal penting. “Sayang, nanti Ayah akan datang lagi ke sini. Tapi, kau juga tahu kan kalau Ayah harus bekerja supaya bisa membayar tagihan rumah sakit?” ucap Edward, jelas aja dia hanya mencari alasan karena tidak ingin berlama-lama berada di sana. Edward bukan tidak ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan Elea, hanya saja dia merasa tidak betah jika harus terus berada di dalam satu ruangan bersama Karina, Herin, ditambah lagi Julia. mendengar bujukan dari Edward, Elea pada akhirnya menganggukkan kepalanya setuju. Saat Edward meraih tangan Alenta, mengajaknya untuk keluar dari ruangan itu karena dia tahu juga bahwa Alenta tidak nya
Baca selengkapnya

BAB 118

Edward membawa Alenta kembali, sesampainya di rumah Alenta langsung mencari keberadaan anaknya untuk dia peluk. “Ron...” ucap Alenta, matanya sendu karena dia benar-benar ingin memeluk bocah kecil itu. Ron berada di dalam pelukannya, dengan begitu penuh cinta Alenta menebarkan ciuman di wajah mungil bocah itu. “Ibu benar-benar sangat menyayangimu, nak.” ucap Alenta, dia memeluk kembali putranya yang nampak kebingungan. Edward tersenyum, entah mengapa dia merasa bangga kepada dirinya sendiri. Kalau saja bukan karena dia yang memiliki nafsu luar biasa kepada Alenta, tentu saja Ron tidak akan pernah ada. Dia bangga karena mampu memberikan sebuah alasan agar Alenta bisa merasa bahagia. “Haruskah aku buat dia melahirkan banyak anak?” tanya Edward di dalam hatinya. Melihat Alenta yang begitu bersemangat hingga tak terlihat ingin melepaskan Ron yang terlihat tidak nyaman karena Alenta terus menciumi wajahnya, Edward memu
Baca selengkapnya

BAB 119

Malam itu, suasana di meja makan keluarga Edward dan Alenta begitu hangat. Meja makan telah dihiasi dengan berbagai macam hidangan yang lezat, dan di tengah-tengah meja terlihat Ron, anak mereka yang sedang asyik makan. Edward dan Alenta berdua saling berpandangan, lalu kompak menggoda Ron yang sedang menikmati makanannya. “Ron, hati-hatilah, jangan terlalu cepat makannya ya!” goda Edward sambil tersenyum ke arah Alenta. “Kau seperti anak yang sudah setahun tidak makan makanan enak!” Edward terkekeh setelah mengatakan itu. Alenta pun ikut tertawa dan menambahkan, “Iya Ron, pelan lah sedikit, bisa-bisa kami tidak kebagian nanti.” Ron yang mendengar godaan orang tuanya hanya menatap sambil melanjutkan makan malamnya.Ron tidak terlalu paham, dia hanya fokus memakan makanan yang sesuai dengan seleranya. “Dia pasti sangat menyukai makanan ini, ditambah dia juga belum makan sejak siang tadi.” ujar Alenta.Dalam hati, Alenta merasakan benar
Baca selengkapnya

BAB 120

“Tidak ada alasan khusus untuk Ayah dan Ibu datang kemari, kan? Aku harap, kedepannya jangan pernah lagi datang ke tempat ini, setidaknya jangan sembarangan datang karena jelas itu tidak nyaman untuk Alenta dan anak kami.” ucap Edward, menatap Ayah dan juga Ibunya secara bergantian.Tahu ucapannya pasti menyakiti Ayah dan Ibunya, tapi Edward tidak ada pilihan lain selain memperingatkan mereka berdua dengan kalimat semacam itu. Karina terperangah kesal begitu mendengar ucapan Edward. Padahal, dia adalah orang yang telah melahirkan Edward ke dunia ini. Tapi, entah bagiamana bisa Edward memperlakukan dirinya seperti seorang musuh bebuyutan saja. “Kau ini gila atau apa sih, Edward?” tanya Karina, jelas dia terlihat marah. Horrison terdiam di tempatnya, dia tahu tak boleh memperkeruh suasana. “Aku justru tidak pernah merasa se-waras ini, ibu.” jawab Edward yakin. Karina semakin kesal, tapi dia coba meredam kekesalannya karena tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
35
DMCA.com Protection Status