Semua Bab Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Bab 91 - Bab 100

347 Bab

BAB 91

“Ahhhh” Lenguh Julia menikmati benar penyatuannya bersama dengan seorang pria. Matanya terpejam erat, tak ingin membiarkan cahaya mempengaruhi keadaannya saat ini. Rasa tidak tahan mendera pikirannya, terasa seperti akan kehilangan kendali jika dia membuka mata. Bibir bawahnya digigit dengan penuh nafsu, tak ingin dilepaskan, karena begitu kuatnya rasa yang muncul dari dalam hatinya. Keringat dingin mengucur dari setiap pori-pori kulitnya, membentuk rintik-rintik yang membasahi tubuhnya. Dia merasa ingin segera lepas dari situasi yang tengah mengejarnya, namun tidak ada jalan keluar yang terlihat jelas baginya. Sementara itu, matanya sebentar terbuka dan kembali memejam erat, berusaha menahan perasaan yang menguasai seluruh dirinya; rasa nikmat yang begitu hebat. Dalam hatinya, dia berharap rasa euforia itu tak segera berakhir, seolah ingin ia terus-menerus dibuai oleh kenikmatan yang telah berhasil menghanyutkan dirinya. Namun, sejauh mana ia bisa ber
Baca selengkapnya

BAB 92

“Pastikan lagi, aku tidak ingin ada kesalahan! Beberapa bulan lalu kau juga mengatakan pernah melihat Alenta, ternyata cuma gadis yang mirip Alenta saja!” Kesal Edward, berbicara melalui sambungan telepon dengan detektif bayarannya. Selama Alenta menghilang, sudah 14 detektif yang dia gunakan secara bergantian karena dia menganggap detektif itu tidak bisa bekerja secara totalitas hingga menemukan Alenta saja sangat sulit untuk dilakukan. Langsung mengakhiri sambungan telepon begitu saja, dia benar-benar tidak ingin terus diberikan harapan, karena yang dia inginkan hanyalah Alenta saja. Edward berniat bangkit dari duduknya, dia ingin coba keluar dari kantor sebentar karena rasanya dia benar-benar sesak dan pusing. Baru saja, tangannya menyentuh handle pintu, pelayan rumah yang diminta untuk menjaga Elea menghubungi Edward. “Ada apa?” tanya Edward begitu sambungan telepon di antara mereka terhubung. Deg!Edward terdiam membeku
Baca selengkapnya

BAB 93

Edward tertunduk lesu begitu dokter membacakan hasil pemeriksaan Elea. Benar, dugaan dokter tentang Leukimia benar-benar sedang bersarang di tubuh balita yang umurnya saja belum genap 3 tahun. Julia juga merasakan kesedihan yang sama, dia menyesali apa yang sudah dia lakukan terhadap putrinya. Andai saja dia akan lebih memperhatikan putrinya, andai saja dia tidak sibuk memikirkan dirinya sendiri, tentu saja putrinya tidak bagus mengidap penyakit yang sangat mematikan seperti itu. “Dok, kemoterapi jelas akan menyakiti putriku, bukan? Apakah ada jalan lain selain kemoterapi?” tanya Edward penuh harap.Tentu saja melihat putrinya menderita karena kemoterapi sungguh dia masih belum siap. Julia juga mengharapkan yang sama, namun karena perasaan sedih dan menyesal membuatnya tak bisa berkata-kata. “Jelas cara itu diperlukan juga, Tuan. Tapi, akan lebih efektif jika menggunakan transplantasi sumsum tulang belakang,” ujar dokter tersebut.
Baca selengkapnya

BAB 94

Julia hanya bisa menangis menatap Elea yang berbaring lemah di atas tempat tidur. Dia bingung dengan semua yang terjadi, sampai-sampai dia tidak tahu harus melakukan apa. Melihat Elea hatinya hancur, dia menyesali apa yang sudah terjadi. Meski dia bukan ibu yang baik, tetap saja kehilangan anak adalah hal yang sangat menakutkan. Kembali mengingat masa saat mengandung Elea, hati seorang Ibu seperti tersayat perih. “Bagaimana Ibu harus mengambil sikap, Elea? Haruskah Ibu benar-benar mempercayai ini?” tanya Julia frustasi. Bangkit dari posisinya saat itu, dia berjalan mendekati brankar rumah sakit di mana Elea berada. Ditatapnya lekat wajah Elea yang nampak begitu polos dan melas. “Maafkan Ibu, sayang...” ucapnya lirih. “Ibu pergi dulu sebentar, Ibu harus menemui seseorang yang bisa memberikan sumsum tulangnya untukmu,” ucapnya pilu. Begitu Julia ingin keluar dari ruangan, berbarengan dengan Herin baru saja tiba sehingga menjadi angin segar untu
Baca selengkapnya

BAB 95

“Ron, ini sudah malam jadi harus tidur, ya?” bujuk Alenta saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Benjamin hanya bisa merengut sedih, bagaimanapun dia ingin bermain bersama Ron lebih lama. Tapi, tidak boleh juga menganggu jam tidurnya Ron. Alenta tersenyum geli melihat tingkah Ron yang seperti anak-anak. “Bye bye, paman...” ucap Ron dengan gaya bicara balita yang masih cadel dan sulit bicara. “Bye, mimpi yang indah ya, Ron?” Benjamin melambaikan tangannya saat Ron melakukan yang sama. Benjamin menghela nafas saat Ron dan Alenta sudah masuk ke dalam kamar dan tidak terlihat lagi. “Tidak terasa, Ron sudah satu tahun lebih saja. Waktu memang benar cepat berlalu,” ujar Benjamin. Lien yang ada di sana juga hanya bisa terkekeh mendengar Benjamin bergumam. Sebenarnya, dia sendiri merasakan yang sama. Dia yang setelah kehilangan anak dan juga suaminya selalu saja berpikir akan menghabiskan waktu seorang diri, dan
Baca selengkapnya

BAB 96

Edward kembali ke rumah sakit setelah beberapa hari terakhir dia menghilang untuk menenangkan diri. Hatinya masih sakit, dia kesal, dan menyalahkan Julia untuk semua kekacauan yang terjadi dalam hidupnya. Hanya saja, sekarang Edward mulai menyadari bahwa, Elea bukanlah pihak yang bersalah. Elea tidak minta untuk dilahirkan, dia tidak minta untuk berpura-pura menjadi anaknya Edward selama ini. Walaupun benar rasanya sesak, tapi ini adalah kehidupan yang nyatanya selalu penuh dengan kejutan. “Ayah....” panggil Elea lirih saat Edward masuk ke dalam ruangan. Semua orang menoleh, termasuk Julia. Edward mencoba untuk tersenyum sebaik mungkin, tidak ingin menunjukkan bahwa dia benar-benar sedang kacau saat ini. “Hei, sayang?” sahut Edward, bergegas menjalankan kakinya untuk mendekat kepada Elea. Sudah mengulurkan tangan kepadanya, tentu saja Edward langsung menyambut dengan hangat. Dia berikan kecupan hangat di dahinya, mengusap p
Baca selengkapnya

BAB 97

Alenta menepuk dadanya pelan beberapa kali, berharap gugup yang dia rasakan sedikit berkurang.Dia menggunakan topi, masker wajah berwarna hitam. Dia tidak ingin ada yang mengenalinya, dia tidak siap menghadapi orang yang ada di sana nanti. “Kau gugup untuk apa?” tanya Benjamin penasaran. “Aku akan ada di sini, jadi jangan terlalu gugup seperti ini, oke?” ucapnya mencoba menenangkan. Benjamin merangkul Alenta, menepuk pelan pundak Alenta berharap itu dapat membuat Alenta tak terlalu tegang. Melihat perlakuan Benjamin yang begitu perhatian, Alenta tersenyum lega. “Benar, aku datang bersama dengan Benjamin, kenapa aku gugup untuk sesuatu yang tidak asing untukku?” gumam Alenta di dalam hatinya. Pada akhirnya, Alenta mulai bisa kembali melangkahkan kakinya dengan berani bersama dengan Benjamin. Mereka berdua segera pergi ke resepsionis untuk menanyakan ruangan di mana Elea sedang mendapatkan perawatan. “Lantai 4, no 101.”
Baca selengkapnya

BAB 98

Edward terdiam sembari menatap Elea, sedangkan Julia juga sama hanya saja dia memilih untuk duduk di ujung ruangan. Air matanya kembali jatuh mendapati kenyataan bahwa Michael yang adalah Ayah kandung Elea pun tidak bisa menolong Elea saat ini. “Ibu meminta orang-orang kepercayaan ibu untuk mencari pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untuk Elea, semoga saja kita cepat menemukannya agar ia juga bisa cepat sembuh,” ujar Karina penuh harap. Netranya terus tertuju kepada sang cucu, bersamaan dengan doa baik dan juga keselamatan untuk cucunya. Herin yang juga ada di sana merangkul Julia, mengusap punggungnya secara perlahan berharap hal itu dapat membuat Julia sedikit lebih baik dan juga lebih bersabar menghadapi kenyataan. “Elea pasti sembuh, kau harus percaya itu, nak...” ucap Herin mencoba untuk menyemangati putrinya. Julia tak mengatakan apapun, saat ini dia benar-benar sedang sangat penat sekali sampai tidak bisa berpikir deng
Baca selengkapnya

BAB 99

11 hari setelah kabar tentang adanya pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untuk Elea, akhirnya hari ini proses operasi dilaksanakan. “Elea, Ayah tahu kau adalah anak yang sangat hebat, dan juga kuat. Jadi, buktikan kepada Ayah dan kembalilah dengan selamat karena kami sedang menunggumu dengan penuh harapan,” bisik Edward sebelum Elea masuk ke dalam ruang operasi. Julia sejak tadi juga terus menggenggam erat tangan Elea, doa serta harapan yang dia miliki juga sama seperti yang diharapkan oleh Edward. Semua orang berada di sana, mereka juga berdoa untuk keselamatan Elea. Begitu Elea masuk ke dalam ruang operasi, satu lagi brankar rumah sakit di dorong untuk masuk. Semua mata tertuju kepada orang yang ada di atas brankar, menggunakan penutup wajah, menggunakan kain yang hanya memperlihatkan matanya yang terpejam saja. Deg!Edward mengerutkan dahinya saat merasai jantungnya tiba-tiba saja berdebar sangat kuat. Di
Baca selengkapnya

BAB 100

Beberapa jam setelah operasi sumsum tulang belakang, Elea sudah mulai tersadar meski agak lemas dan bicaranya tidak jelas, tidak nyambung. Memastikan benar keadaan Elea membaik, dokter juga sudah menyatakan tentang kondisi Elea, Edward kini mulai merasa agak tenang. “Untuk beberapa waktu ke depan nanti, pasien akan terus dipantau kesehatannya. Sel kanker tidak mudah dikalahkan, jelas kita membutuhkan waktu yang cukup lama. Setelah di rasa sembuh nanti, pasien juga harus memastikan lagi setiap 3 bulan sekali karena takutnya sel kanker akan kembali aktif,” ucap sang dokter menjelaskan sedetail mungkin apa saja yang akan dijalani oleh Elea setelah operasi itu. Julia mengangguk, bibirnya tersenyum senang karena perasaan bahagia yang dia rasakan. Walaupun untuk jangka panjang anaknya harus terus mendatangi rumah sakit, setidaknya tak mengerikan jika harus dibandingkan dengan kematian. Meski Edward sudah merasa lega, entah mengapa dia jadi mulai fokus memikir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
35
DMCA.com Protection Status