Home / Pernikahan / Istri Sementara untuk Kakak Ipar / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 101 - Chapter 110

347 Chapters

BAB 101

Muak mendengar ucapan Julia, Edward memutuskan untuk segera melangkahkan kakinya, meninggalkan Julia di tempat tersebut tanpa menoleh sama sekali. Sekarang, Edward benar-benar sedang berpikir keras, bagaimana dia akan mencari keberadaan Alenta yang sulit sekali diketahui keberadaannya. Langkah kaki Edward melambat saat tak sengaja melihat dokter yang menangani pengobatan Elea masuk ke dalam sebuah kamar rumah sakit. Awalnya Edward tidak ingin terlalu banyak memikirkannya. Tapi, entah mengapa dia tiba-tiba saja ingin menoleh, melihat dari pintu yang ada bagian terbuka dari kaca. Deg!Edward mengerutkan dahinya, meski tidak terlihat full wajahnya, Edward merasa sangat tidak asing dengan wanita yang duduk di brankar rumah sakit tersebut. Edward melangkahkan kakinya, dia sejenak mematung di sana untuk memperhatikan lebih jelas lagi, berharap segera seragam dokter yang menutupi pandangannya pada sebagian wajah wanita itu cepat menyingkir.
Read more

BAB 102

Edward berjalan cepat menuju ruangan rumah sakit, tempat di mana dia dan Benjamin bertemu tadi. Brak!Edward terdiam, jelas dia terlihat sangat terkejut sekaligus kesal karena nyatanya ruangan itu sudah kosong. “Sial!” Maki Edward frustasi. Tak ingin membuang waktu, Edward segera menghubungi orang suruhannya untuk segera mendapatkan alamat tinggal Benjamin. Sementara itu, Edward coba untuk mencari keberadaan Alenta di sekitaran rumah sakit sembari menunggu. Edward berlarian kesana kemari, naik turun lantai tak perduli seberapa melelahkannya. Kali ini, dia tidak akan mau kehilangan Alenta apapun yang terjadi. Masih belum menemukan Alenta, Edward memutuskan untuk menunjukkan foto Alenta kepada orang-orang yang dia lihat. “Apakah ada melihat orang ini?” seperti itu terus, tapi Edward tak mendapatkan jawaban seperti yang dia inginkan. Frustasi sekali rasanya, tapi dia tidak ingin menyerah. Edward bergegas berjalan ke luar, mencoba mencari ke sana kemari di sekitaran rumah sakit. “A
Read more

BAB 103

Alenta kini tengah berada pada posisi berbaring setelah Benjamin membantu untuk melakukan itu. Setelah mendengar dari Benjamin bahwa Edward bahkan sudah berada di kamar rawat tempat dia berada, Alenta bergegas memohon kepada dokter agar dia dibiarkan kembali pulang ke rumah. Walaupun memang benar Benjamin tidak dikenali oleh Edward, tapi Alenta terlalu takut, dan tak bisa merasa tenang. “Kau bisa tenang sekarang, Alenta?” tanya Benjamin, mencoba untuk memastikan benar. Alenta memaksakan senyumnya, mengangguk dengan cepat meski hatinya tak merasa tenang sama sekali. “Iya. Sekarang, aku sudah aman di rumah Bibi Lien, jadi kau juga bisa tenang, dan istirahat dulu di rumah, oke?” ucap Alenta, dia tahu benar bagaimana Benjamin sangat lelah beberapa hari belakangan ini. Benjamin menghela nafasnya, sebenarnya memang dia merasa lelah. Tapi, karena dia lihat Ron sedang bermain di halaman rumah bersama dengan Lien, Benjamin jadi ingin sebentar saja bermain dengan Ron. “Baiklah, kau juga i
Read more

BAB 104

Edward mengendarai mobilnya menuju sebuah alamat yang di kirimkan oleh orang suruhannya. Sungguh, Edward tidak menyangka kalau Alenta akan pergi sejauh itu, bahkan tinggal di sebuah pedesaan yang sangat jauh dari kota. Melihat alamat melalui maps, sepertinya Edward akan sampai di sana 4 atau 5 jam lagi. Tidak ada rasa kantuk, meski benar sebelumnya dia sempat tidur, nyatanya beberapa waktu sebelumnya Edward tidak bisa merasakan tidur dengan nyaman dan nyenyak. Hampir lima jam dilalui, akhirnya Edward sampai dengan alamat yang ingin dia tuju. Sebuah rumah berukuran sedang, bangunannya nampak kuno, tapi terasa menyejukkan karena ada begitu banyak pohon buah dan bunga di sekitarnya. “Aku harap, kau tidak akan melarikan diri dariku lagi, Alenta,” ucap Edward penuh harap. Dengan langkah yang cepat, Edward mulai menuju ke pintu utama rumah tersebut, lalu mengetuk pintu itu. Sengaja Edward menggunakan kaca mata hitam, meski saat Alenta memb
Read more

BAB 105

Grep!Edward langsung memeluk tubuh Alenta erat, rasa rindu yang luar biasa itu membuat ia lupa bahwa Alenta belum lama ini menjalani operasi pengambilan sumsum tulang belakang untuk Elea. Alenta terkejut, dia tidak menyangka kalau yang akan dilakukan pertama kali oleh Edward adalah memeluknya. “Apa kau tahu aku sudah hampir mati karena menunggumu yang tidak kunjung kembali, Alenta?” tanya Edward, pelukannya masih enggan untuk dia lepaskan. Tubuh kurus Alenta begitu terasa, lantas bagaimana bisa wanita dengan tubuh kurus seperti itu mendonorkan sumsum tulang belakang. Belum lagi, penderitaan yang harus dijalani Alenta selama ini tidaklah main-main. Alenta masih tidak tahu harus mengatakan apa, dipeluk Edward, dan mendengar ucapan Edward barusan adalah hal yang tidak ada dalam ekspetasinya. Edward mengendurkan pelukannya, netranya kini tertuju untuk menatap sepasang bola mata indah berwarna coklat milik Alenta dengan sendu, namun kesan serius untuk tiap kata yang akan keluar dari m
Read more

BAB 106

“Kak Edward, kali ini percayalah padaku aku tidak bisa meninggalkan tempat ini. Sekarang, kembalilah dulu ke keluargamu, kak. Sungguh, aku benar-benar memohon padamu....”ucap Alenta, menatap Edward dengan tatapan memohon karena dia tahu benar Edward pasti akan bersikeras untuk membawanya pergi. Edward terdiam mendengarkan ucapan Alenta, meski ingin sekali dia bicara, nyatanya Edward tetap menahan dirinya. “Kak,” panggil lagi Alenta, namun Edward juga masih tidak mengatakan apapun. “Kak, cepatlah pergi karena aku benar-benar membutuhkan istirahat sekarang!” titah Alenta frustasi. Mendengar Alenta yang terus memberikan reaksi penolakan, Edward mulai bereaksi. “Apa kau sudah selesai bicara, Alenta?” tanya Edward, sorot matanya yang dingin itu membuat Alenta justru merasa semakin tertekan.Tak bisa mengatakan apapun, Alenta sadar dia menang tidak akan pernah bisa menolak Edward. Namun, membayangkan akan kembali kepada keluarga, Alenta merasa begitu
Read more

BAB 107

“Saat ini Alenta sedang dalam masa pemulihan, kalau bisa tunda dulu untuk pergi ke kota, ya?” Pinta Lien kepada Edward. Edward tak langsung menanggapi ucapan Lien. Sebenarnya, dia benar-benar ingin langsung membawa Alenta untuk kembali ke kota. Ada banyak hal yang ganjal harus segera dia selesaikan. “Kak, tolong turuti ucapan Bibi Lien, ya? Aku benar-benar masih lemas, juga mudah sekali gemetaran,” ucap Alenta, berharap benar Edward mendengarkan. Mendengar Alenta memohon seperti itu, Edward tak kuasa untuk menolak. Pada akhirnya, Edward menganggukkan saja kepalanya menurut apa yang diminta oleh Alenta. Ron ada dipangkuan Alenta, dia benar-benar mengkerut karena takut akan adanya Edward. Kini, kedua bola mata Edward mulai tertuju dengan anaknya. Sungguh, dia benar-benar sangat bahagia karena memiliki anak dengan Alenta. Mungkin Alenta memang tidak akan menceritakan tentang ketakutannya untuk kembali ke kota, tapi Edward bena
Read more

BAB 108

“Jangan pernah datang lagi untuk menemui Elea, apa kau paham?!” peringat Julia kepada Michael. Saat ini mereka berdua berada di luar ruangan dengan alasan mengobrol tentang Edward.Michael menghela nafasnya, senyum kecut timbul di wajahnya, sedang matanya menatap Julia dengan tatapan heran. “Aku sendiri juga sudah cukup paham bahwa aku tidak boleh membiarkan semua orang curiga. Tapi, memang apa salahnya jika aku datang sekali saja?” Protes Michael. Julia mengepalkan tangannya, pikirannya menjadi rancu karena terlalu banyak hal yang ia pikirkan belakangan ini. Sedikit saja orang salah di matanya, reaksinya mungkin akan berlebihan. “Ke depannya, jangan pernah datang lagi untuk menemui Elea apapun yang terjadi dengan Elea, apa kau paham?!” Mata Julia membelalak tajam kepada Michael. Mendengar dan melihat ancaman Julia, Michael seperti kehabisan kata-kata. Cukup sadar bahwa dia tak ada ubahnya dari seorang pemuas saat Julia merasa lapar a
Read more

BAB 109

Edward membukakan pintu mobil untuk Alenta, lalu setelah itu dengan hati-hati dia berpindah kepada Ron. Dengan hati-hati, Edward membuka pengaman pada car seat yang digunakan oleh Ron. “Tubuhnya ringan sekali, apa dia tidak menyusu dengan baik?” gumam Edward yang sebenarnya hanya untuk meledek Alenta sama. Mendengar ucapan Edward, Alenta benar-benar bereaksi kesal. Bagaimanapun, dia sudah berusaha susah payah menentukan asupan gizi yang seimbang untuk Ron, tidak pernah telat juga memberikan ASI serta MPASI tapi bisa-bisanya Edward mengomentari seperti itu. “Kak Edward,” panggil Alenta. “Sejak kapan kak Edward punya hak untuk berkomentar seperti itu?!” protes Alenta. Edward tersenyum miring, “kecilkan suaramu, kau mau dia bangun?”Alenta langsung menutup mulutnya, bukan berarti dia kehilangan rasa kesalnya. “Selamat datang, Tuan dan Nyonya....” sapa pelayan rumah yang masih juga belum ganti orang. Alenta tersentak d
Read more

BAB 110

“Mengenai Ron, tolong juga jangan beritahu dulu terutama kepada kedua orang tua kak Edward. Nyonya Karina sangat benci padaku, dia pasti akan sangat membenci Ron,” pinta Alenta.Mendengar permohonan dari Alenta, Edward merasa sangat bingung. Sejuta pertanyaan mulia melintasi kepalanya, namun jelas dia tidak boleh memprotes permintaan Alenta. “Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanya Edward yang tidak bisa menahan rasa penasarannya, “aku bertanya bukan berarti akan memaksamu mengenalkan Ron kepada orang tuaku, aku hanya penasaran saja.”Alenta terdiam sejenak, rasanya tidak nyaman kalau membicarakan Karina dengan Edward. Tapi, Alenta akan coba menjawab pertanyaan Edward dengan kalimat yang sebisa mungkin tidak membuat Edward merasa Alenta menilai Karina buruk. “Itu, mungkin Nyonya Karina sedang emosi jadi mengatakan sesuatu yang semacam itu,” jawab Alenta. Jawaban dari Alenta barusan benar-benar membuat Edward ingin garuk kepala. Bertany
Read more
PREV
1
...
910111213
...
35
DMCA.com Protection Status